Katie's POV
Hariku berjalan dengan cepat dan baik. Aku mempunyai teman baru, namanya Emily. Dia sangat baik. Aku tidak melihat Harry setelah percakapan pendek kami, tapi aku melihat Marcel.
Sekarang, aku sedang bersiap-siap untuk pergi ke rumah Marcel. Aku turun kebawah, dan ibu sedang berada di dapur.
"Hei sayang, makan malam akan siap 5 menit lagi," kata ibu dari dapur. Aku menghampirinya dan duduk di kursi meja makan.
"Uh um, aku tidak lapar. Dan aku mau pergi ke rumah temanku." Ibu menyeringai dan menghentikan apa yang dia lakukan.
"Oh, rumah teman atau, hm, rumah.... pacar?" Ibu tertawa dan lanjut memasak. "Untuk apa kamu ke rumah 'teman' di hari pertama?"
"Aku ada project dan lelaki ini adalah partnerku, jadi kita akan mengerjakannya." Kataku tapi aku langsung dan menyesali diriku sendiri karena mengatakan 'lelaki ini'. Ibu akan terus memikirkan itu. Matanya melotot and dia menyeringai lagi karena dia berpikir kalau aku akan pergi ke rumah teman untuk 'bermain' atau sesuatu.
Meskipun aku berpikir apakah ibu sudah menemukan pacar baru. Aku harap belum. Sebelum dia berbicara yang lain, aku berlari ke pintu dan keluar dari rumah.
----
"Jadi ini rumahnya," aku berkata kepada diriku sendiri dan menghela napas. Sebenarnya rumahnya tidak jauh dari rumahku. Kuketuk pintunya dan menunggu beberapa menit lalu pintunya terbuka.
"Harry?" Aku melotot, "Tunggu, apakah alamat ini benar?"
"Oh halo, cantik," katanya, dan dia seringaian itu muncul lagi di mukanya. Dan dia melotot sepertiku. "Tunggu, tunggu, apakah kau Katie partner kembaranku?" katanya.
"Ya, aku Kati- Tunggu, siapamu?! Kembaranmu? Kukira aku berimajinasi tadi." Dia tertawa dan mempersilahkanku masuk. "Omong-omong mana Marcel?" tanyaku.
"A-aku disini." Aku menutar badanku untuk menghadap Marcel. Dia tersenyum kepadaku dan aku membalas senyumannya.
Aku mundur sedikit dan mereka saling menatap. Harry memberi tatapan tajam dan Marcel terlihat gugup. Mereka mungkin saling menatap, tapi mereka berbeda. Dan bukan hanya gaya mereka yang berbeda, tapi kepribadiannya juga.
"Baiklah, hentikan tatapan itu dan mari kita mulai bekerja! Senang bertemu denganmu lagi, Harry," kataku sambil tersenyum, lalu aku menyusul Marcel naik keatas.
Harry's POV
Untuk pertama kalinya, aku merasa iri kepada Marcel. Dia bekerja bersama gadis baru yang cantik.
Dia cantik dan lucu. Oh dan naif. Dan dia sudah berada di kamar Marcel selama dua jam, dan aku pergi ke kamar Marcel untuk melihat apa yang mereka lakukan.
Kubuka sedikit pintu kamarnya dan mereka sedang mengerjakan project mereka.
"Jadi, kau tidak memberitahuku kalau Harry adalah kembaranmu. Maksudku, aku bodoh, aku baru saja mengetahuinya," kata Katie dan mereka tertawa. Oh, jadi dia menyukaiku? Aku akan lebih mudah untuk mendapatkannya.
"Kupikir kau ajan mengetahuinya atau kau tidak akan menemuinya. Tapi, a-aku salah. Um.. Mu-mungkin kamu akan berpikir kalau dia umm tampan seperti gadis yang lain?" Marcel tertawa kecil dan Katie menekuk bibirnya.
Ya, Marcel. Dia berpikir aku tampan.
"Aku tidak peduli." Ouch, itu menyakitkan.
"A-apa?"
"Aku tidak naif, Marcel. Aku tidak seperti mereka yang mengencani lelaki tampan dan hal-hal seperti itu." Ya, paling tidak dia berpikir bahwa aku ini adalah lelaki tampan yang populer. Lalu, apa yang dia pikirkan tentang Marcel? Sudah pasti. Si kutu buku. Marcel tersenyum dan mereka berdiri.
"Aku harus pergi. Terima kasih karena sudah mengajarkanku beberapa hal, dan aku harap aku membantu." Dia tertawa kecil.
"Kau sangat membantu. Jadi, kita akan melanjutkan project ini besok pada saat makan siang?" Katie mengangguk dan mereka berada di dekat pintu. Aku berlari ke kamarku dan keluar, berpura-pura kalau aku baru saja keluar dari kamar. Aku ini aktor yang baik.
"Oh, eh, kau mau pulang?" tanyaku dan memberinya senyuman yang melelehkan para wanita.
"Ya, aku mau pulang. Jadi, jangan lupa Marcel, besok pada saat makan siang. Aku akan menunggu jadi kita bisa mengerjakannya" Marcel mengangguk dan aku memberinya tatapan tajam. Dia menunduk dan aku menyeringai.
Kami turun ke bawah dan Katie baru akan pergi. Aku meraih pergelangan tangannya untuk memberhentikannya dan dia menghadapku.
"Mau tumpangan?" Aku mengedipkan mata dan dia tertawa.
"Um... Tidak, Terima kasih. Aku suka berjalan." Dia menyeringai dan berjalan pergi. Aku menutup pintu dan memutar badanku. Aku melihat Marcel yang sedang tertawa.
"Apa yang kau tertawakan, bodoh?" Dia mencoba menahan tawanya. Aku berjalan ke tangga, naik ke kamarku.
"Seorang gadis berkata 'Tidak" kepada Harry." Aku berhenti dan memutar badanku until menghadapnya.
"Benarkah? Satu gadis lebih baik daripada tidak ada yang menyukaiku, betul?" Ia mengerut dan menunduk. Aku merasa sedih untuknya.
"Maaf," kataku cepat. Dia tersenyum, dan aku memutar badanku lagi dan berjalan ke kamarku.
Aku duduk di kasur, berpikir, bagaimana caranya untuk membuat Katie menyukaiku. Aku selalu mendapatkan wanita yang kumau. Mengencani mereka beberapa hari lalu meninggalkan mereka.
Tapi, dia berbeda dan dia susah untuk didapat. Aku belum pernah bertemu gadis yang tidak jatuh atas pesona yang kupunya.
Itu membuatku untuk melakukan taruhan untuk diriku sendiri, aku akan mendapatkannya.
--------------------------
Sorry for any typo(s)
Hii! Hope you enjoy it dan maaf kalo kata-katanya kurang enak, nanti bilang aja biar diganti, okay? Okay. TFIOS moment! #tijel.
Sampai ketemu di chapter-chapter selanjutnya! Bye!
Lots of love,
Mrs. Sryles aka A aka @extra-ordin-harry
Don't forget to VOTE and COMMENT thank you:)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Challenge [ Bahasa ]
FanfictionThe Challenge [ translated to bahasa ] Apa yang akan kau jika kau mengetahui bahwa dirimu dijadikan mainan? Ini bukan mainan biasa, hatimulah yang dimainkan. Dan, kau tidak dapat memilih siapa pemenangnnya. Inilah Katie, dia adalah gadis baru. Pi...