Prologue.

23 1 0
                                    

"Apakah kalian sudah menyiapkan semuanya dengan baik?"

Pria tegap yang memiliki tinggi sekitar 5 kaki 10 inci atau setara dengan 1.78 meter bertanya kepada dua lawan bicaranya yang kini tengah sibuk mengenakan kedua alas kaki mereka, maka dari itu keduanya hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban.

Setelah selesai dengan urusan alas kaki, mereka beriringan melangkahkan kaki dengan santai menuju ke arah mobil van yang telah terparkir beberapa meter dihadapan mereka. Sprinter VIP van, adalah mobil van megah yang akan mereka naiki bersama. Tentu saja mereka tidak mengemudikannya dengan sukarela, telah terdapat supir yang sigap duduk di kursi kemudi.

Mobil mulai berjalan secara perlahan setelah semua penumpangnya telah memasuki set mobil dan terduduk nyaman dan juga aman dengan baik. Roda mobil van itu mulai menggelincir halus meninggalkan halaman rumah megah yang memiliki patung harimau tua antik ditengah-tengah taman luas tersebut.

"Kita akan pergi kemana?"

"Family time, bukankah kau yang menginginkan ini, Yeji? Kau bahkan selalu memintanya setiap selesai berkomunikasi denganku via telepon."

Gadis dengan rambut panjang yang telah ia tata dengan cantik itu hanya mencebikkan bibirnya kesal. Walau begitu ia tetap senang, ayahnya mengabulkan keinginan sederhananya ini dan meluangkan waktunya yang padat hanya untuk memenuhi keinginannya.

"Yah.. wanita memang seperti itu, ayah. Mereka cerewet dan suka memukul."

"Yang benar saja???"

Yeji mulai memukuli pria disampingnya yang baru saja berceloteh seenaknya dan mengejeknya didepan sang ayah. Baiklah mungkin ada benarnya soal cerewet dan memukul. Malu? Tidak, ia hanya kesal. Namun, pria disampingnya dengan handal menangkis dan menghindari pukulan gadis itu.

"Inilah sebabnya aku selalu mengeluh memiliki kakak laki-laki. Aduh, lihatlah wajahnya yang jelek itu, menjengkelkan setiap kali aku melihatnya."

"Hey, jika wajahku jelek maka wajahmu juga. Ingat, kita adalah saudara kembar."

"Memang itulah hal yang paling merugikan dalam hidupku yang sempurna."

Sang ayah hanya tersenyum kecil melihat perdebatan ringan kedua anaknya. Kwon Hyunjin dan Kwon Yeji, mereka adalah saudara kembar yang tidak identik, meskipun begitu wajah keduanya terlihat mirip. Ibu mereka Choi Yuna telah meninggal setelah melahirkan kedua anaknya, setidaknya itu adalah fakta yang kini pria dengan usia hampir menyentuh kepala empat itu percayai.

"Tuan Soonyoung, ada panggilan masuk untuk anda."

Pengemudi van bersuara di sela-sela fokusnya dalam menyetir, ia menyempatkan diri untuk sedikit menoleh kebelakang guna memastikan tuannya itu mendengar ucapannya, kebetulan didepannya terdapat lampu merah yang menandakan setiap pengguna jalan harus berhenti.

"Dari siapa?"

"Presdir Kim. CEO dari Kim Corporation."

"Sambungkan aku dengannya."

Pengemudi van itu mengangguk dan kini tangannya tengah sibuk menekan beberapa tombol yang berada dekat dengan stir kemudi.

"Kim Corporation? Presdir Kim? Kim Mingyu yang tampan itu?"

Yeji bertanya dengan semangat pada sang ayah. Kim Mingyu, siapa yang tidak mengenal CEO kekar, tampan, dan kaya raya itu? Wajahnya bahkan banyak muncul di berbagai iklan karena tampan, banyak sekali yang meminta pria itu  membintangi beberapa iklan untuk produk mereka. Dan ketika sang ayah menganggukkan kepalanya gadis itu menjerit tertahan, ia tak menyangka ayahnya merupakan kenalan dari Presdir Kim tampan itu.

"Kwon? Kwon Soonyoung?"

"Ye, aku disini."

Soonyoung menuangkan Red Wine dengan kapasitas alkohol 12% ke dalam gelas rampingnya. Ia membenarkan posisi duduk agar menjadi lebih nyaman, ia memiliki insting jika Mingyu akan berbincang lama dengannya. Tak masalah jika anak-anaknya mendengar, toh jika ada sesuatu yang sangat rahasia Mingyu tidak akan menghubungi melalui saluran komunikasi dari mobil van nya.

"Kudengar kalian akan liburan, bagaimana jika pergi ke tempatku saja? Untuk biaya biar aku yang mengurusnya. Minju membutuhkan teman, ia terlihat bersemangat saat aku memberitahunya kau memiliki seorang anak gadis."

"Ah, tapi aku telah membuat schedule liburan dengan kedua anakku, sepertinya aku akan menolaknya."

"Hey, Kwon. Aku tidak suka memohon padamu seperti ini tapi selain alasan tersebut aku memiliki suatu hal penting yang harus kukatakan padamu secara langsung dan bukan melewati saluran telepon."

Soonyoung mengerutkan keningnya setelah mendengar penuturan Mingyu yang langsung mengatakan apa maksud serta tujuannya dengan spontan. Pria itu sejatinya suka bertele-tele dalam berbicara, tapi kini ia langsung menyebutkan apa maksudnya seperti ini tandanya memang ada suatu hal penting yang harus ia sampaikan padanya. Pada akhirnya Soonyoung menganggukkan kepalanya sembari menyimpan gelas ramping yang ia genggam pada nakas yang tersedia di hadapannya.

"Aku tahu kau sedang tidak berada di Korea sekarang. Kalau begitu segera urus perlengkapan kami untuk menuju kesana, Kim."
 
 
 

TBC.
 


 
 

hai guys!

this is my first story dan mungkin bahasa atau susunan katanya a lil bit mess ya biggy sorry banget banget banget buat ini huhu ㅠㅠ

happily i said hope you guys enjoy my story, dan aku harap kalian suka. absolutely pengen banget dapet dukungan juga dari kalian lewat votment or perhaps kalian start following my acc biar notif cerita-cerita aku masuk juga di kalian nantinya also aku juga bakal merasa termotivasi dari dukungan kalian lewat hal-hal di atas itu, love ♡

oh iya ada sedikit hal yang harus kalian ingat disini, semua yang ada di cerita ini fiktif ya, hasil dari rangkaian imajinasi aku yang aku tulisin aja. kalau semisalnya nanti ada beberapa adegan yang kurang mengenakkan dan kawanannya tolong jangan terlalu di anggap serius, i mean, be wise aja ya kalian.

semua tokoh yang ada disini kembali lagi ke sang artis, aku cuma pinjam visualisasi mereka buat story fiksi yang aku tulis, dan aku ga ada niat buat menjelekkan ataupun menjatuhkan pihak manapun disini, serta semua tulisan yang ada di cerita ini purely-pure hasil dari imajinasi otak aku ya hehe, no plagiarism.

salam hangat, est!
 
 


 

Diamond Housing (Seventeen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang