Chapter One.

10 1 0
                                    

Tempat yang selalu ramai dikunjungi selain mall adalah Rumah Sakit. Mall dan tempat rekreasi lainnya akan ramai jika mereka populer namun, rumah sakit tak perlu menjadi populer untuk memiliki pasien. Akan tetapi rumah sakit yang satu ini sedikit berbeda dengan rumah sakit lainnya karena menjadi populer setelah CEO atau pemilik rumah sakit menurunkan jabatannya kepada anak tunggalnya karena terdapat suatu kejadian yang membuat CEO lama kini harus mendapat perawatan khusus di rumah sakit jiwa. Jeon Hospital, rumah sakit terbesar di Seoul, bahkan rumah sakit ini menjadi salah satu maskot kebanggaan di Korea Selatan karena prestasi yang telah dicapai rumah sakit ini tidaklah main-main.

CEO baru rumah sakit tersebut adalah Dokter Jeon, Jeon Wonwoo. Pria yang usianya akan segera menyentuh kepala empat itu sangat populer karena pendidikannya serta wajah tampan yang ia miliki, terlebih fakta bahwa ia telah bercerai dengan istrinya membuat ia menjadi lebih populer dari sebelumnya. Ia menjabat sebagai CEO namun ia juga merupakan seorang dokter disana, berbeda dengan sang ayah, ayahnya hanya menjabat saja dan ia bahkan tidak memiliki gelar dokter, meskipun begitu orang-orang tetap menghormatinya karena ia sangat handal dalam mengurus seluruh urusan serta masalah yang terdapat di rumah sakit. Kabar sang ayah masuk rumah sakit jiwa membuat seisi Korea gempar dibuatnya, namun atas pelantikan Jeon Wonwoo sebagai CEO baru kabar tersebut mulai redup perlahan dan tidak ada yang membahasnya lagi.

"Dokter, ada panggilan masuk untukmu dari presdir Kim di saluran telepon nomor 2."

Wonwoo yang sedang memeriksa catatan pasien di kursi kerjanya menyimpan kembali kertas yang sedang ia baca di atas tumpukan beberapa kertas yang mulai menggunung disampingnya. Asistennya memberitahukan hal itu melewati microphone yang tersambung dari meja asisten ke mejanya.

Saat ia akan mengangkat telepon dengan saluran nomor 2, terdapat telepon lagi yang berdering untuknya. Pria itu mengerutkan keningnya.

"Dokter, ada panggilan masuk untukmu dari Jeon Sunoo di saluran telepon nomor 1."

Wonwoo terkekeh pelan, ia mengganti saluran teleponnya mengangkat panggilan dari anak semata wayangnya itu, dan mengabaikan telepon masuk dari Mingyu. Jeon Sunoo, anak satu-satunya yang ia miliki, ia berhasil mendapatkan hak asuh untuk anaknya itu saat berada di pengadilan ketika melakukan sidang perceraian karena mantan istrinya melakukan tindakan yang membuat ia tidak bisa mendapatkan hak asuh atas anaknya.

"Halo?"

"Papa, lihat ini sudah pukul berapa? Apakah kau lupa untuk menjemput anak semata wayangmu?"

Hanya suara kekehan yang Wonwoo berikan. Benar, ia telah berjanji untuk menjemput anaknya pulang dari sekolahnya, ia bahkan telah terlambat 30 menit dari jam pulang sekolah Sunoo. Anaknya itu masih berusia 14 tahun dan akan segera lulus dari Junior High School, hanya menunggu 1 semester lagi saja. Tapi pria muda itu masih saja manja, ia bersumpah akan memasukkan Sunoo untuk melakukan wamil lebih cepat.

"Aku akan segera menjemputmu, tunggulah di ruangan Kepala Sekolah bersama dengan Pak Yoon."

Sambungan telepon terputus, ia segera beranjak dan mengenakan jas dokternya. Ia sangat suka mengenakan jas tersebut karena dengan begitu orang-orang bisa tahu pekerjaannya, meskipun sekarang ia telah populer sekalipun rasanya memamerkan pekerjaan hasil dari study keras yang ia lakukan itu terasa menyenangkan dan membanggakan. Saat berjalan melewati lorong dan juga lift menuju basement, ia terus mendapat sapaan dari beberapa pengunjung hingga para pasien yang tengah menikmati udara segar bersama dengan suster mereka.

Saat sedang fokus mengendarai mobilnya, Wonwoo mendapatkan panggilan masuk melalui saluran panggilan mobilnya, tertera nama Mingyu disana. Ia menekan beberapa tombol lalu panggilan itu tersambung dengan sendirinya. Sekarang semua hal telah menjadi sangat canggih.

Diamond Housing (Seventeen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang