* * *
Jennie terbangun ketika sinar matahari telah setinggi jendela kamar. Wanita itu merasa pusing luar biasa, ia menatap sekeliling nya, asing. itu lah pertama kali ia rasanya. Dengan masih berpakaian lengkap pengantin Jennie masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan dirinya.
Setelah selesai ia turun untuk sarapan. Sejujurnya perutnya dari kemarin belum terisi sehingga kepalanya terasa amat pusing.
"Nona. Sudah bangun?" sapa wanita paru baya pekerja di sana.
Jennie berusaha tersenyum walaupun kepalanya seakan ingin pecah. "Iya. Siapa?"
"Oh maaf nona. Saya pekerja di penthouse tuan muda Taeyong. Saya Irma, Nona bisa panggil saya bi Irma. Ada yang perlu saya bantu?" Tawarnya.
Jennie menggeleng. Ia menarik salah satu kursi makan di sana dan duduk sembari meneguk segelas air. Jennie menoleh ke arah Irma ketika wanita tua itu menyiapkan sarapan untuk Jennie, bahkan wanita tua itu mengambilkan sarapan untuknya yang jelas-jelas sudah dihadapannya. Jelas Jennie, wanita itu tidak biasa diperlakukan seperti itu.
"Bi Irma, aku bisa mengambilnya sendiri." Tolak Jennie ketika Irma dengan cepat menyiapkan makanan untuknya.
"Tak masalah non, ini sudah tugas saya disini."
"Terima kasih. Tapi sebaiknya Jangan lagi, aku merasa bener-bener tak enak," setelah sepiring nasi di depan Jennie.
"Jangan merasa sungkan nona, kau adalah majikan kami sekarang."
Jennie menggeleng. Seandainya mereka tau yang sebenarnya. "Jangan seperti itu. Aku sama seperti kalian, aku orang asing disini. Kalaupun aku butuh bantuan aku akan panggil. Jadi tolong perlakuanku seperti biasa saja."
***
"Jennie!"
Wanita berambut panjang itu menoleh ketika namanya di panggil. Ia mendapati pemuda tampan dengan setelah jaket denim membalut tubuhnya.
"Jennie. Maafkan aku kemarin tak sempat datang ke acara pernikahan kak Sonya. Kau tau sendiri aku baru pulang subuh tadi." Jelasnya.
Jennie menggeleng mencoba tersenyum manis. "Tak apa. Oh iya, bagaiman hasilnya. Apa karya mu diterima?"
Pemuda itu menggeleng kemudian tersenyum. "Ada apa?"
"Mereka bilang untuk menganalisisnya lagi dengan teliti. Untuk kesimpulan masih bisa diterima. Intinya karya ku tidak diterima tapi mereka menyatakan agar aku segera lulus dan mendaftar di perusahaan mereka." Ujarnya penuh semangat dan gembira.
"Benarkan?!" Ucap Jennie berbinar. Pemuda itu mengangguk lalu memeluk Jennie dengan gemas.
"Jennie, aku tak sabar untuk lulus dan berkerja di sana." Ucapnya melepaskan pelukannya dan menatap mata wanita di depannya ini dengan pandangan penuh sayang.
Jennie ikut senang membalas senyuman itu dengan sangat tulus. membiarkan waktu berhenti untuk merasakan kebahagian dari pemuda di depannya.
Lelaki itu langsung menarik Jennie ke dalam pelukannya membawa wanita itu pergi menuju ke dalam gedung Fakultas. Tak heran kedua memang seperti prangko. Mungkin sebagian orang mengira mereka berpacaran. Tapi nyatanya tidak. Keduanya tak mempunyai hubungan se-spesial itu, nyatanya keduanya adalah sepasang sahabat.
Dari kejauhan dua wanita yang memiliki tubuh profesional seperti model papan atas menatap kedua manusia tersebut dengan emosi. Salah satu wanita itu terlihat mengepal tangannya.
Bagaimana bisa dirinya yang merupakan primadona di kampus? kalah mendapatkan perhatikan, dari lelaki yang sudah ia incar dari zaman masuk kuliah.
Ah.. rasanya ia ingin menghabiskan wanita bernama Kim Jennie itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow Bride
FanfictionCerita Shadow Bride pindah ke akun ini ya ____________________________________________ [Warning 20+] Jennie terpaksa menggantikan kakaknya yang kabur di hari pernikahan. Dengan tekanan dari kedua orang tuannya dan juga keluarganya Jennie terpaksa me...