"Hana!" Teriak Rania berjalan sedikit cepat menuju kearah Hana yang baru turun dari mobilnya, perempuan itu menatap kearah kemudi lalu tersenyum canggung. "Eh, pagi om."
"Pagi juga." Danuarta melirik sekilas kearah teman putrinya lalu menatap kearah Hana, "papah berangkat dulu," pamitnya segera menjalankan mobilnya meninggalkan halaman sekolah.
"Iya pah, hati hati!" Hana harus berteriak saat sang ayah mengendarai mobilnya menjauh tanpa menunggu balasan darinya, ayahnya benar benar orang yang sibuk hanya sekedar mengobrol sebentar saja dia tidak bisa, lalu buru buru pergi.
"Wah ... beruntung banget yah mamah kamu Han?" Rania dan Hana sedang berjalan beriringan di koridor sekolah.
"Maksud kamu?" Heran Hana pada ucapan temannya.
"Iya beruntung karena berhasil dapetin papah kamu," jawab Rania, "udah ganteng, kaya lagi." Tadi saja Rania sempat gerogi bertatap muka langsung dengan ayah temannya itu.
Menurut Rania, Danuarta adalah pria yang menawan umurnya memang tidak muda lagi tapi ketampanannya tidak pudar sama sekali bahkan makin terlihat lebih berkarisma. Postur tubuhnya yang tinggi serta bagian tubuh yang kekar menciptakan kesan manly padanya.
Hana malah tertawa mendengar pujian temannya itu. "Iya mamah memang beruntung banget bisa dapetin papah, soalnya dulu papah itu iceran banyak wanita." Seringkali ibunya menceritakan bagaimana kisah cinta mereka dimulai, ayahnya termasuk orang yang minim ekspresi jadi saat ayahnya dulu menyatakan perasaan kepadanya, mamahnya sangat kaget dan tidak percaya sepenuhnya bahwa pria itu mencintainya bahkan sampai mengajaknya menikah.
"Kalau itu percaya sih, soalnya papah kamu itu tipikal aku baget Han," ungkap Rania tanpa malu.
"Hushh ... papah aku terlalu tua buat kamu Ra."
"Aku nggak masalah kok sama umur," jawab Rania lagi, siapa suruh pria itu menarik perhatiannya.
"Benar benar sinting kamu Ra, lagian papah punya mamah aku jadi jangan berani beraninya kamu ngerebutin punya mamah aku," ancam Hana
"Bercanda Hana, lagian mana berani aku ngerebut suami orang, bukan cita cita aku jadi pelakor yah." Rania panik segera menjelaskan ucapannya itu takut temannya salah paham.
"Iya aku tahu kok kamu bercanda, kamu pasti ngiranya aku marah yah? Hahahaha!" Hana tertawa keras melihat air muka Rania yang tampak panik dengan ancamannya, melihat hal itu Rania juga ikut tertawa.
Kedua perempuan itu tertawa bahagia di sepanjang koridor dan tak menyadari ada seseorang yang tengah memperhatikan keduanya. Hana yang pertama kali menyadarinya segera menghentikan langkahnya. "Ra lihat deh itu kak Ryan lagi ngelihatin kamu."
"Ah masa sih?" Rania tidak percaya mana mungkin seorang Ryan yang terkenal di sekolah ini mau meliriknya, dia kan hanya perempuan biasa biasa saja.
"Nggak percaya lihat saja." Sebenarnya Hana hanya menebak saja karena posisinya terlalu jauh.
Rania melirik kearah lapangan memperhatian Ryan ternyata laki laki itu juga tengah menatapnya balik, Rania segera mengalihkan perhatiannya nampak malu.
Di ujung sana Ryan tersenyum tipis, laki laki itu berjalan mendekati kedua perempuan itu.
"Hah dia kesini Han," panik Rania dia tidak siap dengan situasi seperti ini, bisa saja kan Ryan berjalan mendekati Hana bukan padanya.
Tapi semua prasangka Rania salah karena Ryan memanggil namanya cukup keras. "Rania!"
"Tuh kan bener, kak Ryan manggil kamu tuh."
"Boleh ngomong sebentar Ra." Ryan sudah berada didekat mereka dan melirik sekilas kearah Hana mengkonfirmasi agar perempuan itu meninggalkan mereka berdua.
"Kalau gitu aku pergi dulu yah." Hana paham segera pamit dari hadapan mereka.
"Emm ... mau ngomong apa yah kak?" Rania tampak segan karena sosok laki laki yang banyak diidam idamkan kaum hawa kini tengah berbicara dengannya.
"Emm sebenarnya udah dari lama aku merhatiin kamu Ra, kamu anaknya kelihatan kalem dan aku suka aja ngelihatnya tapi akhir akhir ini aku ngerasa ada yang berbeda dari semua itu."
"Maksudnya?"
"Iya perasaan aku kekamu, kayaknya aku suka sama kamu Ra," ungkap Ryan
Rania tampak kaget mendengar ungkapan Ryan barusan, masa sih Ryan suka padanya. "Kakak lagi bercanda yah?"
"Enggak kok," bantah Ryan segera, "aku beneran suka sama kamu Ra."
"Kamu mau kan jadi pacar aku?"
"Hah!" Rania bertambah kaget lagi mendengar kalimat tersebut, pacaran dengan Ryan tentu saja dia tidak bisa menolaknya.
"Mau kak." Perempuan itu menjawabnya dengan antusias. Ryan nampak puas dengan jawaban Rania, laki laki itu mendekat dan memeluk perempuan itu sebagai tanda bahwa mereka telah resmi berpacaran.
Sepasang anak remaja itu tengah berbahagia karena alasan percintaan tetapi Hana yang sedang bersembunyi dibalik tembok hanya menatap nanar kearah mereka, perasaannya mendadak kacau dia yang terlebih dulu menyukai Ryan tetapi cintanya tidak terbalas.
Biasanya Hana lebih unggul dalam segala hal tetapi kini perempuan itu kalah oleh Rania dalam hal percintaan, entah apa yang dilihat Ryan dari seorang Rania padahal Hana lebih cantik dan sempurna dari Rania.
...
Hari libur Hana nampak bermalas malasan di kamarnya, entah karena alasan malas bergerak atau karena kondisinya yang tengah patah hati. Cinta pertamanya malah berakhir menyedihkan seperti ini terlebih laki laki yang dicintainya berpacaran dengan teman dekatnya sendiri. Sungguh sial.
"Hana!" teriakkan ibunya diluar kamar membuat Hana kesal, bisa tidak sehari saja dia ingin menghabiskan waktunya tanpa diganggu siapa pun.
"Iya mah." Meski kesal perempuan itu tetap menghampiri ibunya.
"Ada apa mah?" Hana membuka pintu kamarnya dan mendapati sang ibu yang berdiri di sana sambil membawa sebuah paperbag.
"Ini." Mawar menyerahkan paperbag kepada Hana, "nanti malam papah ada acara, kamu temenin papah yah?"
"Loh kok Hana sih mah?" Hana tidak terima moodnya sedang buruk saat ini
"Ayolah sayang kasian papah pergi sendirian kepesta, kalau mamah nggak ada acara mungkin mamah yang nemenin." Mawar ada acara mendadak, dia tidak bisa menghadiri pesta bersama suaminya jadi dia meminta bantuan pada putrinya agar menemani suaminya.
Sebenarnya tidak masalah Danuarta pergi ke pesta sendirian hanya saja Mawar sedikit khawatir ada banyak wanita yang cantik dan menawan di pesta tersebut, dan dia tidak ingin suaminya tergoda dengan mereka. Mawar percaya Danuarta tipikal pria yang setia tapi tetap saja wanita wanita itu pasti memiliki berbagai cara agar bisa menggoda suaminya itu.
"Jagain papah yah, jangan sampai ada yang ngelirik papah." Hana hanya menghela napasnya mendengar perkataan ibunya, mulai lagi rasa cemburunya. Meski enggan tapi Hana tidak ingin rumah tangga ibunya hancur akibat masuknya wanita lain kedalam rumah tangga orang tuanya.
"Ya udah deh, Hana mau." Hanya sekedar menemaninya kan? Dia tidak ingin berurusan dengan apapun yang menyangkut tentang pekerjaan ayahnya yang membosankan itu.
Tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
HANASYA
Ngẫu nhiênUmur Hana belum genap tujuh belas tahun dan dia sudah mengalami kekerasan sexual hingga membuatnya hamil.