3

2.5K 48 18
                                    

Malam hari Danuarta dan Hana telah tiba di tempat tujuan, Hana terlihat sangat cantik dengan balutan dress hitam rancangan ibunya, rambutnya disanggul dengan riasan make up sederhana.

Sedangkan Danuarta yang memakai setelah tuxedo berwarna hitam tampak lebih tampan. Beberapa pasang mata memperhatikan keduanya yang baru saja turun dari dalam mobil dan melangkah bergandengan tangan menuju tempat acara.

Keduanya terlihat searasi sebagai pasangan ketimbang sebagai ayah dan anak, karena Hana terlihat lebih dewasa dengan pakaian yang dikenakannya saat ini.

Danuarta datang memberikan selamat kepada pemilik acara. "Selamat atas pencapaian perusahanmu Bram."

Bram adalah rekan bisnis Danuarta tepat hari ini perusahan miliknya tengah berulang tahun dan dia menundang Danuarta sekaligus orang yang berjasa besar dalam menanam modal di perusahaannya. "Terima kasih," balasnya sambil berjabat tangan, "tanpa anda mungkin perusahaan saya tidak akan berkembang seperti sekarang ini pak."

"Saya hanya membantu sedikit Bram, selebihnya itu adalah kerja kerasmu," kata Danuarta merendah.

"Oh, iya dia siapa?" Bram kini melirik perempuan yang sedang mengandeng tangan Danuarta.

Danuarta juga ikut melirik pada Hana. "Dia putri saya."

"Oh, saya kira dia patner bapak." Bram kaget ia kira Hana adalah pasangannya Danuarta, ia tadi sudah bersorak untuk menggoda pria itu bahwa Danuarta telah menjadi seorang pria bajingan karena telah mempunyai wanita lain selain istrinya ternyata dugaannya salah perempuan itu adalah putrinya sendiri.

"Ngaco kamu, dia putri saya Bram bukan patner."

"Perkenalkan nama saya Hana om." Secara tiba tiba Hana mengulurkan tangannya menyalami teman dari ayahnya itu agar terlihat lebih sopan.

Bram segera menyambut uluran tangan Hana. "Oh iya, maaf pertemuan pertama kita saya malah mengira kamu pasangan ayahmu."

"Tidak apa apa om," maklum Hana tersenyum canggung.

"Kalau begitu saya permisi dulu Bram, mau menyapa yang lainnya," pamit Danuarta membawa Hana ikut serta bersamanya, pria itu menatap ke sekeliling ada beberapa pria yang menatap secara terang terangan kearah putrinya itu. Terang saja itu membuat Danuarta kesal karena melihat putrinya berpakaian terlalu terbuka, ini bukan salah Hana karena sang istri telah menyiapkan bajunya jauh jauh hari dan tanpa meminta izin terlebih dulu padanya agar kejadian seperti tidak terulang lagi. Danuarta tidak rela putrinya ditatap seperti itu.

"Baik pak, nikmati pestanya dengan senang pak." Setelah kepergian Danuarta dan Hana, seseorang kini menghampiri Bram.

"Om dia siapa?" Pria itu memperhatikan kepergian ayah dan anak itu.

Bram melirik keponakannya. "Dia Danuarta dan putrinya."

"Anaknya cantik."

Mata Bram memicing menatap Pras. "Kenapa? Kamu suka?"

"Sedikit, tapi aku lebih tertarik untuk mencoba tubuhnya paman," ucapnya nakal, dia begitu tertarik saat melihat lekukan tubuh Hana, perempuan itu telah berhasil menggoda otaknya yang mesum.

"Jangan macem macem kamu Pras, dia anaknya Danuarta rekan bisnis om, jangan pernah berurusan dengan pria itu karena dia bukan orang sembarangan," peringat Bram kepada keponakannya itu. Dia bukan pria sembarangan, bisnis yang didirikannya juga semakin berjaya akibat sikapnya yang sangat tak berperasaan.

"Iya iya paman, Pras paham," jawabnya walaupun mengiyakan peringatan pamannya, didalam pikirannya dia sedang menyusun rencana jahat bagaimana cara menyeret perempuan itu keatas ranjangnya malam ini, dia sudah tak sabaran untuk mencicipi tubuh seorang gadis muda.

...

Kebetulan sekali Hana ditinggal sendirian dan Pras bisa mendekatinya dengan mudah, pria itu berjalan mendekati tempat duduk Hana. "Hai, boleh saya duduk disini?"

Hana melirik pria yang mendekatinya, sedikit tidak nyaman lalu mengangguk. "Boleh."

"Saya Pras, keponakan dari pemilik acara ini," ucapnya mengulurkan tangannya dan mau tak mau Hana menyambutnya.

"Hana."

"Oh iya Hana, dimana papahmu?"

Hana menunjuk kearah yang lebih ramai, sepertinya ayahnya tengah mengobrol serius dengan beberapa orang di sana. "Sepertinya papah sedang sibuk."

"Iya kelihatan sih, mau minum." Hana menerima segelas wine dari Pras, perempuan itu sendari tadi tergoda melihat warnanya yang mencolok, dia belum genap tujuh belas tahun dan ayahnya melarangnya untuk mengkonsumsi minuman beralkohol ini dan dia penasaran untuk mencobanya.

"Maaf Pras kau dipanggil pamanmu." Baru saja Pras ingin menyaksikan Hana meminum wine pemberiaanya seseorang telah datang menganggunya.

"Hana kalau gitu saya pamit sebentar yah." Pria itu bergegas pergi dari hadapan Hana, sepanjang berjalan dia mengumpati pamannya karena telah menganggu kesenangannya. Kali ini dia mung

"Hana apa yang kamu minum?" Baru saja Hana akan mencicipi sedikit winenya tiba tiba Danuarta datang dan merebut gelas miliknya.

"Papah ihhh Hana mau coba sedikit aja," kesalnya

"Nggak Hana kamu masih kecil, biar papah aja yang minum." Pria itu segera menengguk cairan wine putrinya dengan sekali tengguk.

"Ahh ... rasanya nikmat sekali," ucapnya sambil meletakan gelas wine yang telah kosong.

Hana memberengut kesal dengan aksi ayahnya itu, padahal sedikit lagi dia akan mencobanya. Ayolah dia sangat penasaran dengan rasanya tetapi ayahnya malah menghalanginya dan meminum minuman yang telah menjadi miliknya.

"Sudah jangan cemberut, ayo kita pulang." Hari sudah larut dia melihat putrinya juga sudah mengantuk, dan karena jarak rumah yang jauh Danuarta memutuskan untuk menginap di hotel yang dekat dengan tempat acara.

...

"Hanya tersisa satu kamar." Hotel yang ditujunya menjadi tempat peristirahatan para tamu undangan jadi dia yang terakhir memesan hanya mendapatkan satu kamar saja, sebenarnya sekretarisnya telah memberitahunya untuk membantu membooking hotel terlebih dulu tetapi Danuarta menolaknya dengan alasan gampang.

Hana menunggu dengan bosan sambil berbaring di tempat tidur sedangkan ayahnya tengah mandi setelah itu baru dia yang mandi. Setelah menunggu beberapa menit Danuarta akhirnya keluar dari kamar mandi dengan balutan handuk yang hanya menutupi bagian bawahnya saja.

"Ayo, Hana sekarang giliranmu mandi." Hana nampak malas dia sudah sangat mengantuk tetapi pemandangan matanya menatap intens kearah ayahnya yang bertelanjang dada, mungkin sangat jarang dirinya melihat bagian lekuk tubuh ayahnya yang kekar dan berotot itu, apalagi dengan tetesan air yang masih mengalir diantara kulitnya mampu menambahkan kesan seksi.

Hana merasa tangannya gatal ingin menyentuh dada bidang ayahnya itu, dan menggoda pria itu tetapi Hana segera menggeleng menolak pikiran kotornya itu, meski terlihat sangat menggoda Danuarta adalah ayah kandungnya jadi Hana tidak boleh tergoda dengan ayahnya itu.

"Cepetan mandi Hana biar tidurnya nyenyak." Lagi lagi suara ayahnya memperingatkannya dan Hana bergegas masuk kedalam kamar mandi, mungkin dia akan mandi dengan cepat agar dia bisa langsung tertidur.



Tbc.















Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HANASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang