bab 2

22 7 3
                                    

Gerbang SMA Lima Sila terbuka. Para Siswa-siswi di sana langsung memusatkan pandangan ke arah rombongan yang baru saja datang. Mereka selalu saja terpukau dengan ketampanan serta kharismanya. Tidak ada yang berteriak histeris meskipun mulutnya ingin, karena ... mereka semua tahu, rombongan itu berisi para manusia kejam.

Lamborghini Aventador warna hitam metalik dengan kap terbuka memasuki halaman sekolah diikuti empat ninja hitam. Deruman ninja itu bersahut-sahutan hingga membuat semua yang melihatnya bergedik ngeri.

Jaegar Mavenzie Cardellions.

Dia memimpin gagah di depan sebagai komandan saudara-saudaranya. Ia menyetir dengan satu tangan. Kemudian, ia mengacungkan jari tengahnya sebagai tanda kepada adik-adik sepupunya untuk diam karena ini sudah memasuki area sekolah.

Jaegar turun dari mobil langsung dihampiri sepupu-sepupunya.

"Motor murahan, ya?" sarkas Jaegar. Bibir itu tersenyum miring. "Suaranya jelek soalnya."

"Ah, malu-maluin nama Cardellions aja lo pada. Motor rongsok dibawa," caci Jaegar lagi lalu menghisap vapenya santai. Ia tak peduli ini masih di lingkungan sekolah.

Lagian ... siapa yang berani melarang atau menegur Jaegar? Cowok ini menjadi tahta tertinggi lelaki paling menyeramkan di SMA Lima Sila.

"Njirrr mulutnya minta dicabein," Ezar komentar .

"Thanks, Dude, atas pujian lo," sarkas Gama membuat Jaegar menaikkan satu alisnya.

"Kebanyakan ngeracik racun jadi bodoh," caci Jaegar lagi. "Sarkas sama pujian aja nggak bisa bedain."

"Pasal satu, Jaegar selalu benar. Pasal dua, Jaegar nggak pernah salah. Pasal tiga, Jaegar badjingan tapi tetap paling benar, ya bund," cerocos Ezar dihadiahi pukulan kuat Gama. Adiknya ini benar-benar menguji emosinya.

"Tapi tetap Om Dieron sesepuh kebenarannya."  Carloz menyahut lalu tertawa kecil. Dieron adalah ayah Jaegar.

Jaegar mendengkus kesal lalu berjalan

dengan langkah tegap ke gedung sekolah sambil sesekali menghisap vape. Mata tajam itu fokus menatap depan, tidak ia pedulikan cewek-cewek sexy berpakaian ketat maupun cewek² yang memuji nya.

"Lirik kanan kiri kek. Ada pertunjukan tuh," saran Ezar yang sudah girang sekali melihat cewek-cewek sexy.

"Paha burik aja dipamerin. Murah cih," sinis Jaegar. Ia selalu merasa kesal sekali pemandangan ini selalu menyakiti matanya.

"Oh, lo nggak suka paha sexy? Pantes sih Om Dieron jodohin lo sama Kuntilanak," ucap Gama. "Kuntilanak kan berdaster nutup aurat."

Jaegar hanya meresponnya dengan jari tengah.

Setiap harinya Jaegar bertemu dengan berbagai macam gadis. Ia benar-benar tak habis pikir, kenapa semua gadis itu gencar mendekatinya. Apalagi yang sampai memberikannya bunga atau coklat, bahkan makanan, dan hadiah-hadiah lain nya Jaegar geli sendiri.

"Lo kira gue udah mati? Pake dikasih bunga segala," sinis Jaegar melihat satu gadis berpakaian sexy memberikannya bunga.

Ezar datang dan langsung merebut bunga itu. "Aduh, Abang. Lo jangan nolak bunga gini deh."

Perlakuan Ezar ini dihadiahi tatapan tajam dari Jaegar. Gama dari arah belakang juga datang lalu merangkul Jaegar sok akrab.

"Dia anti sama bunga," ujar Gama kepada cewek itu lalu tersenyum miring. "Dia butuhnya senjata unik buat pajangan di kamar."

Cewek itu cemberut membuat Jaegar memalingkan wajahnya. Ia muak dengan ekspresi menggelikan itu.

"Mau lo ngasih ratusan senjata unik ke Jaegar, tapi kalo lo dilindas truk masih mati yaa mundur, Cantik," sahut Ezar sambil menepuk kepala cewek itu lembut.

"Lo belum menuhin kriteria sadis menantu idaman dari Baginda tuan raja paduka maha benar Dieron Cardellions," imbuh ezar lalu cengengesan.

"Mau tau kriterianya apa?" kata Ezar lagi. Matanya melirik Gama untuk menjelaskan.

"Yang tidak mati ketika dilindas truk. Yang tidak meringis ketika ditembak peluru. Yang mainannya belati, dan juga tahu cara bertempur dengan hebat, Yang loncat dari gedung lantai 100 ga mati, dan yg digigit harimau ga mati juga!" Gama menjawab dengan tegas. Ia lalu membasahi bibir bawahnya yang membelah. Kriteria anti-mainstream Om nya selalu ia ingat.

Cewek itu mematung sambil mengerjapkan matanya tak percaya, setelah itu ia lari terbirit birit Kriteria macam apa itu? Tak ada manusia yang bisa sanggup melakukannya. Ia langsung pergi karena sudah ditolak mentah-mentah. Ezar tertawa ngakak.

Jaegar langsung melepaskan rangkulan tangan Gama di pundaknya. Ia geli dengan ini.

"Tangan lo berkuman!" caci Jaegar.

"Mulut lo beracun!" balas Gama nyolot.

"Diem setan!" sentak Jaegar balik.

"Gama bukan setan!"

"Pistolnya abang-abang. Belatinya sekalian daripada adu bacot lebih baik langsung pertumpahan darah aja," sela Ezar yang sudah pusing dengan perdebatan keduanya.

Jaegar dan Gama kompak menatap horor Ezar. Bocah ini makin berani sekarang.

"Gimana darah lo aja kita ambil?" tawar Jaegar dan Gama kompak lu tersenyum seperti setan.

Jaegar mendekat mengintimidasi Ezar. Satu alisnya terangkat menantang. "Nggak banyak-banyak. Cuman satu ember."

Ezar langsung kocar kacir kabur.

"Produk gagal Cardellions," gumam Jaegar.

"Hm. Gue setuju. Nyimpang sendiri"

kelakuannya."

"Murid baru, ya?"

Lintang menoleh saat ada cewek rambut Panjang se pinggang menyapanya di parkiran. Ia mengangguk pelan sambil tersenyum. Lesung pipinya terlihat membuat kadar kecantikannya bertambah kali lipat.

"Kenalin, gue Cia!" Uluran tangan Cia disambut ramah oleh Lintang.

"Lintang kyra Jonesh. Panggil aja Lintang. "

Cia manggut-manggut sambil melepaskan jabatannya.

"Lo udah tau seluk beluk SMA ini belum?" tanya Cia dijawab gelengan oleh Lintang.

"Belum. Ni gedung gede banget takut nyasar gue."

Cia terkekeh. "Lima Sila emang gini. Tapi agak sedikit sakit, sih."

"Penghuninya?" tebak Lintang tepat sasaran.

"Maybe."

Deruman motor bersahut-sahutan membuat keduanya memusatkan pandangan ke arah gerbang SMA Lima Sila. Gerombolan anak sultan muncul memamerkan kendaraannya.

"Noh. Mereka penghuni sakit di sini," beritahu Cia. "Kejam tapi jenius-"

"Dan bajingan tentunya," imbuh Cia.

Lintang menatap intens sampai yang mengendarai mobil keluar. Ia cengo melihat ketampanan cowok itu

"Gila! Ini bajingan paling ganteng yang pernah gue temuin," ceplos Lintang saat melihat Jaegar.

Cia tertawa pelan. Sudah ia duga semuanya akan terpesona dengan Jaegar sebelum mengetahui sifatnya yang asli.

"Mundur deh, Lin. Lo bukan kuntilanak soalnya," jawab Cia membuat Lintang makin bingung.

"Berani banget dia ngevape?"

Cia mengendikkan bahunya tak peduli. "Lagian peran dia di SMA Lima Sila juga besar. Dia sering dapet mendali, piala, kalo ada tawuran juga diratain tuh sama dia."

Lintang makin cengo. Pengaruhnya sehebat itu ternyata.

"Siapa namanya?" tanya Lintang pada akhirnya.

"Jaegar Mavenzie Cardellions."

Detik itu juga Lintang kehabisan kata-kata.

"Bajingan paling tampan di SMA Lima Sila dengan sebutan Lion," tambah Cia membuat Lintang tercengang.

handsome but psychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang