bab 3

17 6 2
                                    

Jaegar menatap tajam cowok yang menghalangi jalannya. Padahal di SMA Lima Sila sebelumnya tidak ada yang berani melakukan ini. Maka bisa Jaegar pastikan cowok ini adalah murid baru. Matanya melirik name tag cowok berpenampilan urakan ini. Ghastan asano.

Jaegar manggut-manggut, jadi ini orang yang kata Gama akan menjadi rivalnya. Bibirnya lalu tersenyum miring.

"Lo yang namanya Jaegar?" tanya Ghastan songong. Perawakannya tinggi tapi lebih tinggi Jaegar. Rambutnya dicat warna coklat, kulitnya kuning langsat, mungkin bagi cewek yang melihatnya maka akan menilai Ghastan adalah cowok berkharismatik.

"Hm. Apa urusan lo?"

"Kenalin, Ghastan," ujarnya sok asik membuat Jaegar memalingkan wajah sekaligus tersenyum remeh. Ghastan mengulurkan tangannya membuat Jaegar menatap tangan itu sekilas.

"Siapa lo?" balas Jaegar. Ia tahu di tangan itu ada silet yang siap menyayat tangannya
jika berjabat.

"Gue anti sentuhan sama mahluk burik," sinis Jaegar. Setiap orang yang berperilaku buruk pasti ia sebut burik.

Ghastan tersenyum miring sambil menaikkan satu alisnya. "Takut kalah lo?"

Kini gantian Jaegar yang terkekeh dengan nada sarkas. Matanya membidik tajam manusia sombong di depannya. "What the fuck!"

"Lelucon paling sampah di abad ini," sinis Jaegar sambil menyugar rambutnya ke belakang. Auranya sangat mengintimidasi membuat Ghastan kaget, ternyata benar kata orang bahwa Jaegar mengerikan.

"Sampah karena Lion nggak pernah takut sama modelan burik kek elo. Sampah juga karena mustahil bagi seorang Jaegar kalah... kecuali sama bokapnya," sahut Ezar yang tiba-tiba datang memberi penjelasan.

Jaegar diam saja lalu mengacungkan jari
tengahnya. Cincin perak singa itu sangat indah menghiasi jari kematian Jaegar.

"Fucking trash," desis Jaegar menyeramkan sambil melangkah pergi. Malas melihat muka Ghastan karena membuatnya mual.

Gama yang melihatnya dari jauh kemudian mendekat. Ia merangkul Ghastan sok asik. "Dude, lo anak baru jangan songong di sini," peringat Gama penuh penekanan.

"Tahun lalu ada yang mukul tangan Jaegar pake tongkat bisbol." Tiba-tiba Gama bercerita membuat Galang bingung.

"Besoknya orang yang mukul Jaegar itu masuk rumah sakit karena di luar sekolah' ada yang matahin tangannya," bisik Gama dengan nada berat.

"Lo pake silet, dia bales pake pedang. Jangan sok lo," peringat Ezar.

"Bajingan," maki Ghastan kemudian ikut pergi. Ia tetap tidak takut dengan Jaegar walaupun sudah diperingatkan. Lagian ...
Ghastan selalu suka dengan hal yang menantang.

"Belum tau aja dia kalo Jaegar alumni pemotong daging manusia paling aesthetic di geng," ujar Ezar sambil geleng-geleng kepala.

Gama yang emosi langsung memukul punggung adiknya. "Bacot lo."

Ezar mengernyit heran. Mau balas memukul tapi takut karena ia bisa saja dikasih racun mematikan.

"Lo kenapa dah, Bang?!" kesal Ezar.

"Gabut pengen mukul lo."

Setelah itu Gama pergi meninggalkan Ezar yang tercengang. Gabutnya Gama sangat mengerikan.

****

Lintang menyipitkan matanya untuk menelisik siapa dua perempuan yang mencegatnya. Bahkan ia sampai memiringkan wajahnya untuk mengingat-ingat. Tapi tak ada hasil, Lintang tidak kenal dengan cewek-cewek ini.

"Ada urusan sama gue?" tanya Lintang to the point.

Belum saja cewek itu menjawab, tangan Lintang sudah ditarik Cia untuk pergi. Lintang makin kebingungan karena Cia terlihat takut.

handsome but psychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang