bab 27

378 22 0
                                    

~happy reading~

~apakah hidupku tidak ada artinya? Aku ingin mengabaikan semua rasa sakit yang pernah aku alami, nyatanya harapanku hilang bersamaan dengan rasa kecewa dari orang terdekatku.. ~

•••••

Suasana diruang perawatan terasa sunyi dan sepi. Seorang laki-laki dengan wajah lelahnya tertidur lelap disisi ranjang perempuan yang terbaring lemah tidak berdaya.

Sudah beberapa hari Rayyan menginap dirumah sakit, menemani Rayasa yang saat ini dalam keadaan koma. Tidak peduli betapa lelahnya ia menjaga sang adik, Rayyan tetap memaksa untuk tinggal dirumah sakit.

Setelah mendapat kabar bahwa adiknya dirawat dirumah sakit, ia memaksa papinya untuk memberitahu dimana Raya dirawat.

Itu pun sudah lebih dari enam bulan adiknya koma, Rayyan sangat marah pada papinya karena tidak langsung mengabarinya.

Hingga sampailah ia disini, diruang perawatan adik kembarnya, dengan alat penopang kehidupan yang terpasang ditubuh sang adik.

Dalam tidurnya Rayyan mengernyitkan dahinya, ia seakan merasa ketakutan dalam tidurnya. Bahkan bulir keringat mengalir deras dari dahinya.

Tidak lama setelahnya mata itu terbuka lebar, nafasnya memburu diikuti keringat yang mengalir deras.

"hahh hahh." Rayyan menegakkan tubuhnya dan mencari objek yang ingin ia lihat.

"syukurlah, jangan tinggalin aku Ray, aku gak tau apa yang harus aku lakukan kalau kamu pergi." Rayyan menggenggam tangan kecil saudara kembarnya dan mencium dengan lembut.

Rayyan percaya adiknya akan bertahan dan kembali pulih seperti sebelumnya, ia berjanji akan terus melindunginya dengan sekuat tenaga.

"aku mohon sadarlah Raya, aku kesini juga dengan anakmu. Samudra dan Samuel kini sudah bisa bicara Raya, aku sering mengobrol bersama mereka, dia sangat tampan dan juga lucu. Jika kamu bertemu dengan mereka aku yakin kamu akan menyukainya. Jadi cepatlah sadar Raya, jangan pernah tinggalin aku. Aku sangat menyayangimu!" Rayyan terus bicara dan menggenggam tangan Rayasa berharap sang adik bisa mendengarnya, kemudian ia mencium lembut dahi sang adik dengan penuh kelembutan.

Setelah puas berbicara dengan Rayasa, Rayyan bangkit dan keluar dari ruang perawatan adiknya. Kini tinggallah sosok Raya sendiri diruang rawatnya.

Tidak lama Arland masuk kedalam kamar putrinya, ia bertemu Rayyan diluar dan mengatakan ada urusan sebentar, jadilah ia yang kini menjaga Rayasa.

Arland memandang sendu kearah sosok putrinya yang kini terlihat kurus sedang menutup matanya, andai saja ia cepat menyadari keadaan mental Rayasa, mungkin saja kejadian seperti ini tidak akan terjadi. Namun nasi sudah menjadi bubur, waktu tidak bisa diputar ulang. Rayasa tetap akan terbaring koma disini.

Flashback

Saat sudah sampai dirumah sakit, Arland berteriak seperti orang kesetanan sambil menggendong tubuh putrinya yang semakin mendingin. Ia sudah tidak memikirkan apapun lagi, tubuhnya ikut bergetar hebat dan tatapannya terlihat kosong. Arland takut Rayasa tidak bisa diselamatkan.

Pihak medis secepat kilat membaringkan tubuh Raya diatas brangkar dan membawanya keruang operasi. Arland dengan setia mengikuti pihak medis sambil menggenggam tangan putrinya.

The story of figureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang