Luka Kecil di Masa Lalu

23.9K 2.2K 91
                                    

Di sore hari yang cerah, seorang anak kecil berusia lima tahun yang tak lain adalah Canva, terlihat sedang asyik bermain di halaman rumahnya. Senyum ceria begitu manis menghiasi wajahnya, dan mata bulatnya berbinar-binar penuh kebahagiaan. Anak itu berlarian di sekitar taman, mengejar kupu-kupu yang menarik perhatiannya. Terkadang, dia juga berhenti untuk meraih tanaman hias milik mamanya dan mencium bunga-bunga di sekitarnya dengan rasa ingin tahu yang khas seperti anak-anak pada umumnya.

Namun, kebahagiaan Canva tiba-tiba sirna saat kakinya tersandung oleh rantai pohon tua yang telah lama ada di halaman rumah mereka. Anak itu pun jatuh dengan keras. Rasa sakit mulai melanda pergelangan kaki dan lututnya. Air matanya mulai membanjiri wajah yang sebelumnya bersinar penuh kebahagiaan.

"Ma... Mama!" Canva berteriak memanggil mamanya dengan suara terbata-bata, berharap mendapat bantuan dari sang mama.

Namun, Nafisha–mamanya–yang tengah duduk di teras, justru menjawab dengan nada tegas, "Bangun sendiri, Va! Kamu harus belajar mandiri."

Perasaan kecewa seketika menyelimuti hati Canva. Di saat dia merasa bahwa orang yang paling dia butuhkan adalah Nafisha, mamanya itu justru menolaknya. Perasaan aman yang seharusnya dia dapatkan pun tak lagi Nafisha berikan. Mamanya itu selalu menyuruhnya untuk bersikap mandiri sejak dini. Padahal, anak seusia dia belum pantas sepenuhnya untuk hidup dengan kaki sendiri.

Dalam tangisnya yang kini tertahan, Canva mencoba untuk bangkit sendiri, walaupun air matanya masih tak berhenti mengalir. Canva tahu bahwa mamanya ingin dia tumbuh menjadi anak yang mandiri, tapi rasa sakit di kakinya terasa sangat nyata untuk anak lima tahun sepertinya.

"Mama jahat...," lirih anak itu di sela-sela tangisnya.

"Langsung mandi ya, Va," perintah sang mana, seolah menganggap bahwa kejadian tadi bukanlah hal yang serius. Namun, selang beberapa saat setelah Nafisha masuk ke dalam, Kamila–nenek Canva–kini keluar dari rumah dan berjalan menghampiri cucunya.

Canva yang semula terlihat menyedihkan, kini perlahan mulai membaik saat melihat kehadiran neneknya. Dengan langkah perlahan, dia pun ikut menghampiri Kamila yang juga tengah berjalan ke arahnya.

"Cucu Nenek kenapa?" tanya Kamila begitu jarak antara dia dan cucunya telah terkikis. Dipegangnya pipi tembam Canva dengan penuh perhatian sambil mengecek sekujur tubuh cucunya itu untuk memastikan tak ada luka di sana.

"Kaki Anva, Nek." Canva menunjuk kakinya yang memerah.

Kamila lantas berjongkok, memeriksa pergelangan kaki dan lutut cucunya. "Nenek obatin di dalem, ya?" ucapnya terlihat begitu khawatir.

Canva mengangguk dengan cepat, merasa senang sekaligus lega karena masih ada Kamila yang selalu perhatian dengan dirinya.

"Nenek gendong, ya." Kamila beralih posisi memunggungi Canva. Masih dengan posisi berjongkok, dia memberikan kode kepada cucunya untuk naik ke atas punggungnya. "Naik, Va. Nenek tahu kakimu pasti sakit banget."

Dengan cepat Canva naik ke punggung neneknya yang selalu menjadi tempat ternyaman untuk bersandar. "Sama Mama, Anva nggak pernah boleh nangis. Tapi kalau sama Nenek, Anva boleh nangis sepuasnya."

*****

Jangan lupa ikutan PO tanggal 9 Oktober 2023
Pukul 17.00

Isi buku ini bukan berupa cerita fiksi seperti yang aju tulis di sini, melainkan buku motivasi tentang "trauma" untuk mereka yang ingin sembuh sama-sama.

Isi buku ini bukan berupa cerita fiksi seperti yang aju tulis di sini, melainkan buku motivasi tentang "trauma" untuk mereka yang ingin sembuh sama-sama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 03, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'M ALIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang