Chapter 3

1.4K 87 0
                                    

"Prill gue balik ya" ucap Ali seraya berjalan menuju rumahnya. "Bye Halik sayang" tambah Ali menggoda lalu tertawa masuk kedalam rumahnya.

"Orang gila lo" teriak Halik.

Prilly tertawa melihat tingkah kedua sahabatnya itu.

"Prill aku pulang yaa" ucap Halik.

"Iya, kamu hati-hati ya" balas Prilly.

Halik berjalan menuju gerbang lalu melambaikan tangannya pada Prilly.

*

Halik POV

Capekkkkk. Lebih baik mandi lalu tidur. Tapi happylah bisa main seharian dirumah Prilly seperti biasa.
Kulepas bajuku lalu masuk ke kamar mandi untuk membersihkan badanku.

Persahabatanku dengan Prilly dan Ali cukup lama, tak terasa kami sudah memasuki tahap remaja. Semakin kami tumbuh besar, semakin aku dan Ali menjaga Prilly.

Lalalala~ aku bernyanyi di kamar mandi. Hem tunggu dulu, ada nada yang menurutku agak mengganggu keluar dari mulutku. Rasanya terasa berat di tenggorokan. Apa suaraku sudah mulai berubah? Ku teruskan bernyanyi lagu kesukaanku di kamar mandi. Tak begitu memperdulikan perubahan dalam suaraku.

Aku mengingat Prilly kembali. Dia semakin cantik, rambut cokelatnya tergerai begitu saja, senyumnya membuat dadaku sedikit berdebar. Eh tunggu dulu, berdebar? Apa maksudnya? Aku mulai menyukai Prilly? Menyayangi Prilly? Aku memang menyayanginya, sangat menyayanginya sebagai saudara perempuanku. Tidak mungkin aku merasakan hal yang lebih pada Prilly. Dia sahabatku, sahabat perempuan terbaik bagiku.

Setelah selesai mandi, ku pakai bajuku dan merebahkan tubuhku di kasur kesayanganku. Ku kirim pesan singkat pada Prilly dan Ali sebagai ucapan terimakasih atas hari ini.

Ali POV

Kupetik senar gitarku, menghilangkan rasa jenuh malam ini. Aku memilih untuk keluar kamar dan memainkan gitarku di balkon. Bernyanyi beberapa lagu sebelum tidur tak apa kan?

*Lalalalala*

Aku berhenti memetik gitarku saat aku melihat rumah besar di depan rumahku. Rumah Prilly. Kamarnya berhadapan langsung dengan kamarku. Sedang apa Prilly di dalam?

Persahabatanku dengan Prilly dan Halik semakin erat. Kami saling menyayangi satu sama lain. Aku dan Halik harus lebih menjaga Prilly karena ia sahabat perempuan kami satu-satunya. Mereka yang bisa membuatku tersenyum setiap saat. Mereka bagian dari hidupku.

Halik, aku kenal dia dari umur 5 tahun karena orang tua kita yang kenal dekat. Anak yang punya pemikiran yang sama, anak yang rela ngedengerin segala celotehan konyolku, intinya dia terima apapun keadaanku sebagai sahabatnya.

Prilly, gadis kecil yang aku kenal 7 tahun lalu. Gadis cantik. Wajah cantiknya tak pernah berubah. Rambutnya yang selalu di biarkan tergerai menjadi salah satu ketertarikan sendiri untuk semua cowok yang liat dia. Pipi. Aku paling menyukai pipi Prilly yang selalu chubby. Menggemaskan. Aku menyayanginya. Tunggu dulu, menyayanginya? Ya aku memang menyayanginya. Menyayanginya sebagai saudara perempuan yang harus aku jaga. Mamaku sendiri bahkan menitipkan Prilly padaku. Aku harus melindunginya sampai kapanpun.

Ku putuskan untuk masuk kedalam, mengunci pintu balkonku dan meletakkan gitarku. Merebahkan tubuhku dan menarik selimut sudah sangat pas untuk malam ini. Ku lihat handphone ku dan mendapati ada 1 pesan dari Halik, langsung ku balas dengan gaya genitku padanya. Hahahahaha.

-----

Author POV

Hari bulan dan tahun berlalu. Persahabatan Ali, Prilly dan Halik semakin erat. Saling berbagi keluh kesah, saling menyayangi dan melindungi menjadi kunci utama persahabatan mereka.

Lagu KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang