Vanillia : Using My Lips

153 11 2
                                    

"I'm Vanillia, just my body tastes like a ice cream vanilla

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"I'm Vanillia, just my body tastes like a ice cream vanilla."

-🍦-

•••

Ruangan bercat biru dengan motif bunga mawar beragam corak itu, terdapat seorang gadis berusia lima tahun yang sedang terlelap pulas dalam tidurnya.

Jari-jemarinya perlahan bergerak pelan, membangunkan dirinya dari tidur yang lelap.

Memposisikan diri bersandar pada kepala ranjang dengan kesadaran yang belum sepenuhnya kembali. Bersamaan dengan itu, rasa sakit mulai menyerang bagian kepalanya.

Gadis kecil itu bangkit dari tempat tidur dan melangkah keluar kamar dalam keadaan terhuyung-huyung karena rasa sakit di kepala.

Antara rasa sakit dan keinginan, ia memilih untuk tetap terus berjalan. Berwatak keras kepala sejak lahir tidak membuatnya untuk mudah mengalah terhadap apa pun.

Bahkan jika itu adalah penyakit dalam dirinya, maka ia akan tetap melawan.

Langkahnya mulai dipercepat, dan menjadi sedikit berlari saat dirinya mendengar sebuah suara tembakan dari lantai bawah sana.

"Suara pistol..!" Seru batinnya terkejut.

Dadanya mulai bergemuruh naik turun. Ketika hendak berbelok untuk menuruni tangga, namun yang dirinya lihat dari lantai atas adalah mayat para pelayannya telah berserakan di lantai.

Menutup mulut tak percaya, gadis kecil itu kembali terkejut tatkala melihat kepala dari adiknya sudah terpisah dari tubuh, dan semakin tercengang saat melihat langsung kedua orang tuanya dipenggal oleh sebuah benda panjang yang terlihat runcing, namun ia sendiri pun tidak tahu apa nama benda tersebut.

"Papa!"

"Mama!!"

Vanillia Cryestal Blenzesky, atau wanita yang kerap disapa Krystal itu terbangun dari mimpinya dengan keadaan nafas tersengal-sengal.

Mimpi itu lagi!

Lagi-lagi dirinya dihantui oleh mimpi yang sama dari kejadian dua puluh empat tahun lalu. Kepalanya mulai terasa pening, ia memijat pangkal hidungnya yang nyeri.

Vanillia berdecak kesal, sudah selama ini dirinya tidak pernah bisa tidur dengan tenang.

Atau sekedar merasa nyaman jika tidak mengonsumsi obat penenang saat waktu istirahatnya di malam hari.

Menyebalkan!

Dirinya berada di sini, tapi pikiran ia ada di mana-mana. Perasaan kacau, tubuh merasa lelah, namun dirinya tetap masih ingin untuk melanjutkan hidup.

Vanillia ; The VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang