Terlihat seorang gadis membuka kedua kelopak mata sayunya di hadapan jendela kayu yang telah terbuka lebar di samping dipan tempatnya terlelap semalaman."Mas Prana belum pulang ?"
Katanya lagi yang kini sudah duduk tegap sembari mengamati sekeliling ruangan yang hanya ada dirinya sendiri* * *
"Prana Sajana"Lelaki yang telah mempersunting gadis yang tidak memiliki garis keturunan penting di tempatnya saat ini.
Lelaki yang telah berani menorehkan darah birunya untuk Widia, gadis yang ia temui saat jamuan keluarga besar Sajana yang tidak mungkin orang orang tidak tau tentang betapa tingginya Drajat Keluarga yang begitu disegani dan di hormati di penjuru Kota kelahirannya ini.- Jawa Tengah 1970
"Dek, jika suatu hari mas tidak ada di sampingmu apa yang akan kau lakukan ?"
Pertanyaan itu terlontar dari mulut pria keraton yang memiliki paras rupawan dengan senyum khas yang selalu menunjukkan lesung pipit dipipi kanan kirinya.
Jari jari tangan lentiknya mengusap Surai sang istri yang tengah berbaring di sebelahnya saat ini."Kenapa mas menanyakan sesuatu yang bahkan aku enggan memikirkannya ?"
Widia menjawab sesekali menelik setiap sudut wajah suami rupawannya ini,
"Mas,.. "
Yang di panggil tersenyum, Widia melanjutkannya.
" Matursuwun sangat karna mas telah hadir di tengah ketidak sempurnaan istrimu ini "
Senyum Widia terlihat sangat Tulus, ia menyentuh telapak tangan suaminya itu
Diciumnya beberapa kali membuat Prana tersipu.Keduanya pun saling berpelukan, melepas Asmara yang tiada habisnya ini.
Melebur sukma di dalam heningnya malam yang hanya di temani terangnya purnama sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABISATYA
Short StoryJika kita tidak dipertemukan Apa dunia ini tidak akan terlihat luas padahal hanya dalam satu lingkup sukma yang terjebak dalam sunyata sepi