awal

15 0 0
                                    

Bangunan tak berpenghuni di perbukitan Kepulauan Bangka Belitung ini begitu sunyi hingga terdengar gema suara tetesan air yang berjatuhan dari atas genteng dan menggenang di lantai. Bangunan kosong itu hampir tidak ada cahaya sama sekali, hanya diselimuti kegelapan yang sangat pekat, seperti orang yang mengalami kebutaan.

Seharusnya hanya setetes air saja, namun berubah menjadi tetesan darah seseorang yang keluar dari kepalanya dan tetesan darah yang jatuh dari luka perut akibat terkena tembakkan peluru. Kejadian tragis ini dialami oleh pria bernama Liam.

Liam berjuang keras berusaha memberikan tekanan pada perutnya untuk menghentikan pendarahan dengan menggunakan tangan kirinya dan tangan kanannya ia gunakan untuk memegang pistol Carcano Modello 1891 infantry rifle yang ia ambil secara asal dari pihak musuh yang sudah mati untuk melindungi diri dari serangan musuh lainnya.

Liam pergi bersembunyi dengan nafas tersenggal - senggal, nyaris tidak sanggup menahan erangan kesakitan dan selalu memuntahkan darah dalam beberapa kali. Liam berusaha keras untuk tetap waspada dengan kedua matanya yang bagaikan burung elang tetap menyala tajam dan tidak melemahkan penjagannya.

Tak lama kemudian, terdengar banyak hentakan kaki disertai suara tembakan yang terjadi diluar bangunan tempat ia bersembunyi. Tembakan massal di area kosong sangatlah berisik akibat adanya gema. Pihak musuh terus menerus menembak secara brutal ke seluruh lingkungan sekitar bangunan kosong di kawasan tersebut.

7 menit telah berlalu, suasana menjadi sepi secara tiba - tiba. Liam menyadari bahwa mereka kemungkinan sudah menyadari kondisinya saat ini, Ia menyadari bahwa tetesan darahnya telah meninggalkan sebuah jejak hingga membuatnya semakin waspada.

" Hey Liam, mengapa kamu bersembunyi dari aku? aku adalah sahabat baik kamu, ini aku Alex " sahut seseorang dari luar bangunan yang berada di pihak musuh.

Liam yang mendengar itu sangat tercengang, Ia tidak tahu harus bagaimana untuk meresponnya, Ia cuman bisa terdiam termenung dan perasaan amarah, benci, sedih-nya menjadi campur aduk. Pada saat ini ia hanya memiliki satu pertanyaan yang terngiang - ngiang dikepala-nya yaitu " KENAPA ? ".

2 menit kemudian Alex tidak mendengar jawaban dari Liam, Ia mulai lanjut berbicara lagi.

" Apakah kau tahu Liam, aku melakukan semua ini demi uang. Manusia mana yang tidak tergiur mendapatkan setumpuk uang sebanyak ratusan juta setiap bulannya tanpa bekerja keras dan hanya melakukan dengan cara duduk di depan komputer lalu membalas pesan pelanggan. "

Liam hanya bisa terdiam dan tidak merespon sama sekali apa yang Alex katakan, Ia hanya memperdulikan dirinya sendiri saat ini dan mulai membuka jas untuk dirobek agar bisa diikat untuk menutupi luka di perut untuk menahan pendarahan.

" Kamu sendiri mengetahui bagaimana keadaan aku saat ini, aku tidak punya pekerjaan, dan tidak ada orang yang mau menerima aku untuk bekerja hanya karena aku dianggap sebagai anak pembawa sial. Mereka mengatakan bahwa kematian ayah aku disebabkan oleh kesialan aku, ayah aku mengalami kecelakaan tertabrak mobil. Saat itu umurku masih 5 tahun dan aku masih teringat dengan jelas bagaimana kecelakaan itu terjadi karena aku melihatnya dengan mata kepala-ku sendiri secara langsung. Aku hanya bisa terdiam tak berkutik tak bisa menolongnya sama sekali dan hanya bisa menangis, aku sangat membenci diriku sendiri setiap mengingat hal itu, yang paling terburuk adalah ketika ayah mengatakan dengan suara sekarat nya kepada aku seperti ini :

" Ayah sangat mencintai Galih Alexi, jangan menangis anakku "Setelah mengatakan itu ia menutup matanya lebih dahulu tanpa mendengar perkataan aku bahwa aku juga mencintainya"

Liam yang mendengar cerita itu hanya bisa terdiam karena ini kali pertama mengetahui tentang ayah Alex. Liam mulai menyadari bahwa selama bersahabat dengannya sejak kecil tetap tidak cukup mengetahui apapun tentang Alex. Liam mulai merasa bersalah tidak cukup peduli untuk menanyakkan tentang keluarga Alex, ia semakin merasakan sedih mengapa dia tidak menolongnya sedari kecil pada saat mereka pertama kali bertemu.

Liam mulai mengingat dengan jelas pada umur 5 tahun, ia melihat seorang bocah laki laki kecil seumuran dengannya duduk di ayunan sendirian setiap sore di taman sambil menangis tanpa mengeluarkan suara. Liam melihat bocah laki - laki kecil itu masih diposisi seperti itu selama 4 hari, dan akhirnya Ia berinisiatif mendatanginya.

" Mengapa menangis terus? apakah kamu tidak Lelah? Lihat itu mata kamu sangat merah seperti monster akibat kamu tidak berhenti nangis berhari - hari " tegur Liam secara langsung kepada bocah laki - laki kecil itu.

Bocah laki - laki kecil itu mulai berhenti menangis, dan menyadari ada seorang anak laki - laki seumuran dengannya berbicara pada dirinya. Bocah laki - laki kecil itu hanya bisa menatapnya dengan tatapan wajah lugunya.

Lalu mulai bertanya kepada anak laki - laki itu " Apakah aku terlihat seperti monster ? "

Anak laki - laki itu yang mendengar pertanyaan bocah laki - laki kecil itu pun langsung mengangguk dan menjawabnya " Tentu saja, jadi berhentilah menangis. Kamu anak laki - laki tidak boleh menangis, anak laki - laki yang kuat tidak menangis. Jika kamu menangis terus maka kamu sangatlah lemah, Aku saja tidak menangis karena aku sangat kuat, Apakah kamu tidak ingin menjadi kuat ".

Bocah laki - laki kecil yang mendengar jawaban itu pun langsung terdiam berhenti nangis, dan mengajukkan pertanyaan lagi.

" Bagaimana caranya menjadi kuat ? bisakah kamu beritahu aku ? ".

Anak laki - laki itu pun merasakan kebingungan, karena ia tidak tahu bagaimana harus menjawabnya. Ia pun mulai berpikir lama dan tetap tidak tahu apa jawabannya dan hanya mengatakan secara sepintas kepada bocah laki - laki itu sambil mengenggam tangannya untuk menariknya turun dari ayunan itu.

" Aku akan beritahu hal itu nanti, untuk sekarang ayok kita main bersama. Nama aku William Uxas Horation, kamu bisa panggil aku Liam. "

Bocah laki - laki itu merasakan tangannya ditarik, ia pun mulai turun dari ayunan dan mengikuti Anak laki - laki itu sambil mendengarkan perkataannya. Bocah itu pun mengetahui nama dari anak laki - laki itu.

" Liam, apakah kamu inging tahu siapa nama aku ? " tanya bocah laki - laki itu.

Liam yang mendengar ucapan itu pun berhenti berjalan, lalu menatap bocah laki - laki itu dan langsung menjawab. " Ya, siapa nama kamu ? "

" Galih Alexi " ucap bocah laki - laki itu.

" Baiklah, kalau begitu aku akan memanggil kamu Alex " ucap setuju Liam kepada Alex.

Alex yang mendengar itu pun mengangguk setuju. Lalu Liam dan Alex pergi bermain.

Liam yang mengingat kejadian itu sangat menyesal sekarang mengapa dia tidak dulu tidak bertanya alasan dia menangis, dan malah mengatakan sesuatu yang buruk padanya. Tidak lama kemudian, Alex mulai melanjutkan ceritanya lagi.

" Setelah kepergian ayah, aku hanya hidup berdua bersama ibuku. Aku hanya mempunyai satu tujuan yaitu membahagiakan ibuku, aku bekerja dengan sangat keras hanya untuk memberi ibuku nafkah agar kami bisa makan, tetapi tidak lama kemudian 2 tahun yang lalu takdir memberi kami sebuah takdir yang sangat jahat. Ibuku dinyatakan terdiagnosa sakit kanker otak stadium 4, sebulan kemudian ibu meninggal dunia. Harapan dan tujuan aku untuk menjalani hidup sudah mati sejak hari itu. Lalu aku tidak tahu harus hidup seperti apa lagi, aku malas bekerja tetapi aku membutuhkan uang untuk makan ".

Liam mendengar ini pun menjadi sedih, karena ia dulu sering bertemu ibunya sejak kecil. Bahkan ibunya sangat baik padanya. 5 menit kemudian Alex melanjutkan pembicaraannya.

" Suatu hari aku bertemu seseorang misterius yang menawarkan aku pekerjaan, aku yang sudah putus asa saat itu, langsung menerimanya saja. Aku awalnya tidak mengetahui barang apa yang dikirim, aku hanya menjalankan tugas seperti biasa. Hal seperti itu tidak membuatku penasaran, karena yang aku pikirkan hanyalah uang. Awalnya berjalan dengan lancar, tetapi 2 hari yang lalu aku menerima telepon dari seseorang misterius itu bahwa ada seorang pengkhianat dan harus segera dimusnahkan dan dia akan memberikan aku imbalan sebesar 5x lipat uang dari gaji ku sebulan. Aku sangat tergila - gila dengan harga yang diberikan, tanpa basa - basi aku menyetujuinya begitu saja ".

Liam yang mendengarkan penjelasan itu pun langsung merasakan kebencian sangat luar biasa. Liam pun mulai bergegas keluar dari tempat persembunyian, dan mulai mengangkat senjatanya menembakki satu persatu musuh dari anak buah Alex dengan tatapan dinginnya.

HIGANBANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang