50. Pesan Tante Iin

2.6K 236 18
                                    

Happy 91k viewers!.

Yok bisa yok tembus 500k ❤️❤️

Yang berkenan, bantu promoin cerita ini ke base dong, biar makin banyak yang baca hehe





"Kajo, Gemi itu sakit apa?" tanya Eila, ketika duduk di kursi panjang dekat air mancur sambil makan es krim.

Di antara duo bocil, Jovan yang juga menikmati es krim mengedikkan bahu. "Lo masih piyik, nggak akan ngerti."

"Ooh, Gemi itu sakit piyik?" Eila manggut-manggut sok tahu.

Buat Jovan berjengit dengan mata membeliak dongkol, sementara Chilla hanya tertawa renyah menyaksikan interaksi paman dan sepupunya. Well, dibanding Eila, Chilla jauh lebih pendiam.

"Bukan itu, Maliiih!" dongkol Jovan.

"Kajo, nama Eya itu Eya Gauli Adhiyaksa, bukan Malih. Masa Kajo tidak tahu?" balas Eila, meralat panggilan Jovan. "Kajo," panggilnya dengan serius. "Kajo kalau panggil Eya sepelti itu lagi, nanti Eya jewel telinganya."

"Bodo amat!" tukas Jovan, dongkol kuadrat.

"Kajo," panggil Eila lagi.

"Hm?" sahut Jovan, ogah-ogahan.

"Kajo punya pacal tidak?" tanya Eila.

Memancing dengkusan Jovan. "Bocil!" cibirnya, tergelak. "Tua amat lo segala nanya pacar ke gue. Emang kenape? Lo mau nyariin gue pacar?"

"Memangnya pacal itu dicali? Sepelti uang?" balik Eila.

"Hah?"

"Mama suka cali uang. Belalti sama sepelti pacal," lanjut Eila, "Kajo, Kajo," panggilnya kemudian, ribut. "Tapinya pacal Kajo itu di mana? Eya mau lihat. Titi saja punya pacal. Namanya Yoyo."

Jovan terbengong-bengong. Entah didikan seperti apa yang diajarkan oleh Nada pada bocah empat tahun ini, tapi yang jelas, mantan kakak iparnya telah berhasil menerapkan etika dan kecakapan saat berinteraksi. Terbukti. Eila ini anak cerdas --menurut Jovan. Di usianya yang terbilang masih sangat belia, dia memiliki banyak kosakata, dan mampu merespons setiap pertanyaan atau kalimat yang terlontar dari bibir sang lawan bicara.

"Kenapa Kajo diam saja?" Suara Eila menyadarkan Jovan.

"Pacar gue lagi nyari duit di Korea," jawab Jovan, asal.

"Namanya siapa?" tanya Eila, kepo.

Dan Chilla tampak fokus menatap paman juga sepupunya bergantian.

"Jeni," kata Jovan.

"Ooh, Jeni oh Jeni itu pacalnya Kajo?" tebak Eila, mulai sok tahu.

"Wooh, anaknya duda!" seru Jovan, disentilnya pucuk hidung Eila, praktis sang empunya langsung bereaksi --menghapus bekas sentilan tersebut. "Itu Jinny oh Jinny, zaman bapak mamak lo masih bocil. Gue juga belom lahir kayaknya."

"Memangnya Kajo itu tidak lahil?"

Jovan mendengkus. "Nggak. Gue didownload!"

"Ooh, sepelti lagunya Om Denny Caknan?"

"Bodo amaaaaaat!"

Tawa Chilla menyembur geli.

Tepat ketika Nada dan Nimaz menampakkan diri.

"Eila," panggil Nada, lembut, menarik seluruh perhatian.

"Mama!" seru Eila, melompat turun dari kursi --masih dengan sisa es krim di tangan.

Menghentikan langkah, Nada berjongkok menyambut tubuh si kecil yang menghambur ke pelukannya. Sepersekian detik, dekapan terurai. Ia tatap kanak-kanak menggemaskan di hadapannya. "Makan apa itu?"

Repair [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang