Happy reading. Hope u guys enjoy~
Kalo ada typo mohon maaf~•
•
•Nadia bangkit dengan sedikit tergesa setelah panggilan telepon berakhir. Gadis jangkung itu menyambar sweater yang tergeletak di atas meja belajar kemudian bergegas keluar dari kamarnya. Menghampiri Rika-ibunya yang sedang khidmat menikmati acara gosip di televisi.
"Bun, aku ke rumah Reno bentar dia kecelakaan."
"Ko bisa?! Reno kecelakaan dimana? Parah? Sudah ke rumah sakit? Ya ampun Reno ada-ada aja."
Seperti yang sudah Nadia duga, reaksi ibunya persis dengan apa yang ia bayangkan.
"Keserempet doang bun, aku pergi dulu ya."
"Yasudah, jangan kemaleman. Ayah pulang malem ini."
Mendengar kabar tersebut, membuat senyum Nadia muncul dengan sendirinya. Ayahnya akan pulang malam ini tak ayal membuat perasaan hangat melingkupi hatinya.
Memiliki ayah seorang pelaut, membuatnya jarang bertemu dengan cinta pertamanya itu.Melirik jam dinding yang menggantung di ruangan. Masih jam empat sore. Setelah mencium tangan ibunya, Nadia bergegas menuju rumah Reno, sahabatnya.
Tepat saat menutup pintu, tubuhnya sedikit terlonjak mendapati sesosok lelaki bertubuh tinggi berdiri di teras rumahnya. Mengerutkan kening kala lelaki itu tersenyum ramah.
Pikirannya sibuk mencocokkan wajah dihadapannya kini dengan nama yang dikenalnya. Jelas manusia dihadapannya kini asing, Nadia rasa dirinya memang belum pernah bertemu dengan sosok satu ini.
Rambutnya sedikit gondrong, untuk ukuran laki-laki kulitnya terbilang putih, tubuhnya tinggi, kacamata bertengger pas di hidung runcingnya.
Manis.
Nadia tersentak pikirannya sendiri. Apa yang baru saja terpikirkan oleh otak kecilnya itu?
"Saya Alan, teman Indah. Apa indahnya ada?"
Wajahnya ramah, suaranya pun halus, dan namanya Alan?
Nadia mencoba menggali ingatannya. Setiap ciri-ciri yang dia lihat, persis seperti apa yang selalu Indah -kakaknya- bicarakan. Alan, tinggi, putih, dengan kacamata.
Benar.
Itu Alan yang seringkali Indah ceritakan padanya. Salah satu Anggota BEM favorit Indah di kampus. Pantas saja kakaknya itu tergila gila pada Alan. Dalam sekali lihat saja Nadia langsung merasakan daya tarik yang begitu kuat.
"Cari kak Indah? Masuk aja. Ada ko di dalem."
Setelah mengatakan hal tersebut Nadia bergegas pergi meninggalkan teras rumahnya. Namun tubuhnya berbalik kala mendengar sapaan ceria Indah yang menyambut kedatangan Alan, tanpa diduga laki-laki berkacamata itupun melihat kearahnya.
Alan tersenyum, membuat Nadia diam tak berkedip, sampai dirasa handphone dalam genggamannya bergetar, gadis yang sempat kehilangan fokus itu buru-buru berbalik dan mengecek notifikasi yang masuk ke telepon genggamnya.
Rere : "Obat merahnya abis. Gue tumpahin ga sengaja. Beliin baru dong di apotek depan"
Benar, dia harus segera mendatangi Reno. Temannya itu butuh pertolongannya, dengan sedikit rasa kesal karena tingkah laku sahabatnya itu, Nadia mengetikkan pesan balasan.
Nadia : "Makanya kebut-kebutan aja sono lo! Kalo udah gini yang direpotin siapa hah!?"
Rere : 😆😘
Tak berniat membalasnya, Nadia memilih mengantongi handphone dan kembali melanjutkan berjalan menuju apotek untuk membeli obat merah, sebelum datang ke rumah sahabatnya.
Otaknya seakan kekurangan pekerjaan sehingga sejak tadi terus memutar pertemuan singkatnya dengan Alan.
"gak jelas banget! dia gebetan kakak lo Nad!" gumamnya sambil berjalan. Seakan memantrai dirinya sendiri.
•••
Hallo guys...
It's not my first story, jadi emang dari awal aku beberapa kali pernah post cerita cuman beberapa kali juga di take down. Karena ya males aja.
Sekarang aku memutuskan untuk mempublikasikan cerita ini. SAMPAI AKHIR. Ada atau tidak ada pembacanya.
salam hangat,Yellowin:)
KAMU SEDANG MEMBACA
LUKA
Teen FictionNadia pikir sosok Alan yang sering Indah-kakaknya- ceritakan itu biasa saja. Hanya gambaran laki-laki baik pada umumnya. Sampai akhirnya Nadia melihat dengan kepalanya sendiri bagaimana sosok Alan. Rasanya semua cerita Indah tentang Alan itu nyata a...