Bab 17

2.5K 250 9
                                    

"Hai om" Sapa Jungwon saat pemuda itu berdiri di depan pintu rumah besar keluarga Park dan si sambut hangat oleh kepala keluarga itu.

"Hai Wonnie, kemana aja?" Tanya Mr. Park sambil menyuruh pemuda manis itu masuk.

"Hehe ada kok om" Jawab Jungwon yang masih kadang canggung dengan keluarga Jeongwoo, aura Mr. Park bukan main. Pantas saja Jihoon punya aura dominan dan kepemimpinan yang kuat, setiap bertemu atau bersitatap dengan ayahnya terasa terintimidasi.

"Santai Won, om gak akan gigit kok" Canda Pak Park sambil mengusap pundak Jungwon.

"Yaudah sana ke atas aja, Jeongwoo ada di kamar, sekalian om titip Jeongwoo ya? Om sama tante mau keluar dulu betar, bang Ji juga tadi pagi-pagi banget keluar, katanya mau ketemu temen lama" Jelas pak Park yang hanya di balas anggukan dari Jungwon, lantas si pipi gembil itupun berjalan menuju lantas dua tempat kamar Jeongwoo berada setelah mendapat izin dari pak Park.

Suara ketukan di pintu Jeongwoo dapatkan, dan menyuruh si pelaku untuk masuk saja, toh Jungwon bukan sekali dua kali main kerumahnya. Jungwon melangkahkan kakinya masuk, ruangan besar ini terlihat kosong sebab si pemilik kamar tengah menggosok giginya di kamar mandi.

"Kenapa dah lo tiba-tiba pengen main ke rumah gue?" Tanya Jeongwoo saat keduanya duduk dibawah dengan alas karpet bulu berwarna cokelat, saling berdampingan, dengan tubuh yang dibawa bersandar pada ranjang dan juga pandangan keduanya yang menatap ke arah luar kamar.

Jungwon menyerahkan paperbag berwarna cokelat dengan motif beruangan dan hiasan kepala serigala sebagai perekat.

"Ape nih?" Tanya Jeongwoo dengan raut bingungnya, ulangtahunnua sudah lewat beberapa hari lalu, bahkan pemuda itu sudah memberikannya kado sehari sebelum hari H.

"Ini titipan dari Jihan sama Liz, katanya kado ulangtahun buat lo. Maaf tahun kemarin mereka gak ngasih lo apa-apa" Raut Jeongwoo seketika berubah, wajahnya terlihat sedih namun bingung.

"Lo masih kontekan sama mereka?" Tanya Jeongwoo, pemuda itu menoleh dan mengangguk mengiyakan.

"Gue juga baru ketemu mereka lagi beberapa bulan lalu, waktu itu gue mau ngasih tau lo, tapi mereka bilang jangan"

"Kenapa?"

"Gara-gara mereka maksa lo masuk kampus ini, lo jadi sering di bully kak Haruto dan harus ketemu Wonyoung dkk juga, mereka ngerasa bersalah" Jelas Jungwon yang sebenernya sudah tertulis dalam skenario rencana yang kemarin lusa sudah mereka susun.

Jeongwoo menghela nafas " Ya Tuhan, gue gak marah loh sama mereka, gue juga gak kecewa atau nyesel masuk kampus ini" Jelas Jeongwoo.

"Lo punya kontaknya gak?" Tanya Jeongwoo, namun sebuah gelengan ia dapatkan dari pemuda itu.

"Gue juga di dm di instagram, kalo mau ntar gue bilangin aja kalo lo mau ketemuu sama mereka. Gimana?" Usul Jungwon, dengan mata yang berbinar dan semangat yang menggebu, Jeongwoo pun lantas mengangguk mengiyakan.






"Jadi intinya, aku minta maaf soal kejadian Jeongwoo. Tapi kalo aku gak ada disana, mungkin kasus yang bakal berubah kak" Ucap Liz sambil tertunduk memainkan ujing kemeja yang ia kenakan. Seperti yang Jungwon akui sebelumnya, kalau Jihoon dan Mr. Park memiliki aura mengintimidasi yang kuat jadi orang lain yang ditanyain nya akan otomatis menunduk.

"Kalo gini kan gue juga lega udah tau alasannya, cuma gue emang belum bisa maafin kelakuan si Wonyoung" Liz hanya mampu mengangguk menanggapi ucapan Jihoon.

"Tapi lo gak ada niatan buat join sirkel itu lagi kan?" Tanya Jihoon memastikan, Liz yang mendengar itu lantas mengangkat wajahnya, mengerang frustasi dan berujar

"Sumpah, aku muak tau kak denger nama sirkelnya aja" Katanya dan di tanggapi kekehan kecil dari Jihoon saat menatap ekspresi kesal Liz.

"Aku sama Jihan masih cari cara supaya sirkel itu bubar dan gak ngerugiin orang lain"

Jihoon mengangguk pelan, gadis di depannya pun menatap kerah Jihoon dengan ragu. Bibir bawahnya ia gigit perlahan.

"Kak"

Jihoon menoleh sambil berdehem sebagai jawaban.

"Aku harap kakak bisa baikan lagi sama kak Hyun" Liz berucap perlahan, ia takut jika ucapannya menyinggung Jihoon. Sedangka pemuda itu memilih merebahkan tubuhnya pada kursi yang ia duduki sambil menghela nafas.

"Disisi lain kak Hyun emang salah udah nyebarin foto dan hal yang gak seharusnya. Tapi disisi lain juga, kak Hyun itu korban, ia mudah ke doktrin sama omongan Wonyoung" Jelas Liz, pemuda dengan tahi lalat di bawah matanya itu pun hanya mengangguk pelan.

"Aku harap kakak bisa maafin dia"

Jihoon tersenyum tipis "dia udah ngatain adek gue, Liz"

"Kak, aku tau kakak lebih kenal Kak Hyun dibanding aku sama Jihan" Lagi lagi Jihoon hanya mengangguk dan menghela napas.

"Itu urusan gampang, gue mau ngurusin dulu kebahagiaan adek gue. Kalo emang bahagianya ada di Haruto, kenapa harus gue larang? Jadi apapun yang udah kalian rencanakan kedepannya selama gak bahayain Jeongwoo, gue setuju" Ucap Jihoon. Gadis di depannya tersenyum cerah dengan pemikiran bijak si kakak tingkat beda kampusnya ini.

"Maafin gue juga tadi sempat marah-marah ke lo, dan nuduh lo jadi komplotan Wonyoung buat nyakitin adek gue"

Liz mengangguk "it's okay kak, lo berhak marah dan suudzon ke gue, ditambah ekspresi gue waktu nunjukin hp dan keributan pagi itu di fakultas seni"

"Lo emang misterius ternyata, gue aja gak tau lo anaknya pak Kim" Liz hanya tertawa mendengar segala celotehan Jihoon yang ternyata, jika sudah mengenal nya, pemuda ini tidak seseram kelihatannya. Ia pemuda yang penyayang dan sopan, bahkan sangat asik jika diajak bekerjasama jika memang semua niatnya baik tanpa merugikan sebelah pihak dan yang paling penting sesuai dengan passionnya.




Siang itu di dua tempat berbeda tengah terjadi obrolan yang serius dan klarifikasi yang sedikit mengejutkan. Berbeda dengan salah satu tempat yang menjadi peraduan Haruto, kamarnya terlihat sunyi dari biasanya, bahkan saat waktu sudah menunjukan pukul 11 siang, pemuda Watanabe itu masih enggan membuka selimut yang menutupi tubuh dan kepalanya, bahkan gorden kamarnya pun masih tertutup rapat tanpa celah sedikitpun agar cahaya matahari sedikit bisa mengintip.

Jihan yang sudah tau dengan tingkah aneh kakaknya jika sedang overthinking pun memilih abai dan melarang orangtuanya mengganggu pemuda jangkung itu.

Ting!

Satu notif berhasil mengisi layar ponselnya.

Anton

Futsal kuy! Jam 1 di lapang indoor kompleks lawan Gyuvin and gangs!

Gakdulu

Kenapa dah lo?

Gwaenchana!


Bangke! Bangun elah, gue liat gorden kamar lo masih nutup kayak warteg di bulan puasa.

Haruto hanya membaca pesan itu tanpa mau ia balas, jujur saja, saat ini ia lebih takut pada rencana kali ini. Ditambah ucapan Jeongwoo tempo hari masih berputar di kepalanya, pemuda manis itu berujar sudah tidak mau melihat wajah tampannya. Ia sedikit bingung untuk mengambil langkah kembali mendekati si manis, jika pemuda itupun sudah enggan menatapnya atau bahkan sekedar melirik pun, Jeongwoo tidak sudi.

"AAAAAAAAAA!!!" Haruto berteriak sambil menyibak selimut yang menutupi wajahnya.

"JEONGWOO!! LO BIKIN GUE GILA TAU GAK?!"

Jihan yang samar-samar mendengar teriakan sang kakakpun terkekeh sambil menggeleng pelan tak habis pikir dengan tingkah tsundere lelaki tampan itu.










"Gue sumpahin lo berdua beneran kawin" Batin Jungwon dan Jihan.

Mistake | Hajeongwoo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang