3) TEMAN

36 7 0
                                    

:
:
:

Rasa khawatir terus menghantui Jia. Tirtha tak terlihat sama sekali selama seminggu penuh ini.
Entah ia harus senang atau sedih..? Selama seminggu ini tubuhnya tak merasakan rasa sakit dari ulah Tirtha yang begitu kejam terhadap anak kandungnya sendiri.

"Jia harus cari mama kemana? Jia takut ma.."

Pasalnya Tirtha tak terlihat sama sekali selama seminggu ini, memang sering namun terkadang juga Tirtha masih kembali kerumah walau hanya sekedar meminum air putih atau kembali berlaku kasar terhadap Jia. Sekarang, sama sekali tidak.

Ia nekat masuk kedalam kamar Tirtha untuk melihat disana apakah ada Tirtha didalamnya? Nihil, kamarnya bahkan sepi, semua masih tertata rapih.

Saat hendak keluar, matanya tak sengaja terfokuskan pada salah satu foto yang dipajang di atas meja riasnya.

Terlihat disana empat orang dengan satu yang sengaja digunting, iya, foto Jia. Disana terlihat sang ayah dan ibunya dengan gadis cantik ditengah tengah mereka. Manis, cantik, wajahnya sekilas seperti Jia. Itu Jinan, kakak perempuan Jia yang kini sudah pergi dari dunia untuk selamanya.

Saat keluarganya masih utuh, Jia diperlakukan selayaknya anak, namun tidak seperti Jinan yang begitu disayang. Jia memang dirawat, tapi caranya berbeda dengan Jinan.

"Mama liat! Jinan bisa dapat nilai 100 di pelajaran matematika! Kata Bu guru jinan hebat!" Ia berlari menuju Tirtha dengan senyuman sumringah di wajahnya.

"Wah! Anak mama memang hebat! Keren lohh! Jinan kan memang pintar! Sudah pintar,cantik,manis, penurut lagi" katanya sambil melirik kearah Jia yang kini hanya bisa menatap iri kearah Jinan yang sedang berada di pelukan hangat Tirtha.

"Jia juga dapat nilai 100 ma, Jia dapat dua nilai 100 hari ini" katanya dengan bangga.

"Oh, bagus lah. Tapi apa dua nilai saja cukup? Contoh kakak kamu, dia pintar bisa dapat nilai tertinggi disemua mata pelajaran, kamu baru dua saja sudah bangga" sinisnya.

"Tadi mama buat kue untuk Jinan loh! Jinan mau?" Dengan antusias gadis itu mengangguk.

"Ayo ikut mama ke dapur" ajaknya. Namun sebelum itu Jinan melepas genggaman tangannya dengan Tirtha. Ia berlari kecil menyusul Jia.

"Jia kamu hebat!" Katanya sambil memeluk Jia erat. "Adik kecil kakak hebat! Ayo kita makan kue buatan mama sama sama! Sebagai hadiah untuk Jia yang keren ini!!"

"Terimakasih!! Kakak juga keren! Aku harus banyak belajar sama kakak! Mama bilang ini belum cukup, nanti kak Jinan mau ajarin aku?"

"Aku mau kok! Sekarang Jia ikut kakak ya! Kita makan kue sama sama!"

Tirtha mendengus kesal. Ia malas jika harus satu meja dengan Jia, jangankan itu, melihat Jia saja ia malas.

Asan tersenyum bangga. Tuhan begitu baik, telah memberikan dua putri kecil yang begitu lucu untuknya.

"Jinan ayo, biar Jia dengan ayah nanti" katanya dengan nada tak senang. Ia terus melirik sinis kearah Jia yang berada disamping Jinan.

Jia tersenyum pedih,tak terasa air matanya kini jatuh begitu saja dengan tidak sopan.

"Jia rindu kak Jinan.."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 08, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JIANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang