PROLOG

717 32 52
                                    


Malam masih tenang dan panjang. Namun, Layla tak bisa tidur. Ia justru malah mengintip bulan, di balik tirai jendela kamarnya yang kusam. Aroma malam melambai masuk ke jendela kamar, membuat perasaan Layla terasa segar sekaligus tersenyum tipis. Meskipun ia sedang duduk di atas kasur, tapi nyatanya Layla malah larut dalam kegelapan yang sedang mengendap-ngendap masuk ke dalam hatinya. Sebenarnya Layla menyadari tindakannya tidak terlalu berdasar, tetapi wajahnya masih ingin menatap langit malam.

Matanya kian sedih, tatkala ia menatap bulan yang tak mampu bersinar. Senyum palsu yang diberikan bulan, seakan mencoba menghibur rasa gundahnya. Mungkin bulan sengaja, tak ingin menceritakan kisah indahnya karena tertutup oleh awan. Karena itulah, malam ini Layla akan memberanikan diri. Hanya untuk mengambil lembaran masa kecilnya yang tersimpan rapi di balik lemari tua. Matanya yang penuh perasaan. Hanya bisa menatap kegelapan sembari sesekali membuka lembaran itu. Malam itu, tak banyak hal yang ia pikirkan. Ia hanya ingin mengingat masa kecilnya, di balik lembaran kenangan yang lusuh. Seolah dibiarkan terbenam dalam jangkar harapan yang hampir putus.

Hatinya kian sendu. Tatkala memandang memandang diari yang berisi catatan kekanakan, penuh coretan, terkesan lusuh, dan tidak sengaja mencatat sebuah rahasia yang mengubah pandangan hidupnya. Diari yang terus-menerus menerangkan bagaimana ia menjadi versi Layla yang sekarang, dari dulu yang ditinggalkan, dengan segala kebahagiaan dan kegalauannya. Helaian lembar kertas terus terbuka, mengungkap beberapa kenangan terlupakan. Namun, pikiran Layla yang terbagi dua. Membiarkan bibirnya tersenyum yang menyusup ke dalam kelam. Di saat jemarinya membuka lembaran-lembaran yang menjadi saksi bisu, Layla merasa ketakutan. Sebuah lembaran yang membuat hatinya tertutup rapat, kembali terbuka. Lembaran yang sengaja menyembunyikan sesuatu dalam kesenduannya, tentang rahasia kecil yang tak sengaja Layla temukan.


[Layla yang sedang meyakinkan dirinya untuk membaca diari masa kecilnya saat ia berusia 10 tahun]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Layla yang sedang meyakinkan dirinya untuk membaca diari masa kecilnya saat ia berusia 10 tahun]


"Layla, malam ini kamu sudah beranjak menjadi gadis yang berusia 17 tahun. Berhenti menjadi pengecut, ngak usah takut. Jadi, Layla. Ini hanya diari saat kamu berusia 10 tahun, beranikan dirimu untuk membacanya sekali lagi. ini tidak akan sulit. Ya, ngak akan sesulit itu." Layla menepuk kedua pipinya, berusaha meyakinkan dirinya untuk membaca isi diarinya.

Seperti layaknya penulisan anak-anak yang berusia 10 tahun. Dirinya yang dulu masih kecil, punya perasaan yang kompleks dan ekspresif. Ia masih kecil, tapi tak bisa luput dari peristiwa yang pernah ia temui. Yang akhirnya tertulis dalam catatan diari lusuhnya.


Senin, 3 Januari 20xx

Hari ini Layla dan Mamah pergi menginap ke rumah Nenek. Kami berangkat dengan menyewa mobil. Sebenarnya Layla ngak terlalu suka naik mobil karena Layla mudah mabuk kendaraan. Sepanjang perjalanan, Layla sering muntah padahal Mamah udah ngasih obat mabuk untuk Layla. Perjalanan kali ini memang sangat berat untuk Layla. Tapi, itu semua ngak masalah bagi Layla. Karena di rumah Nenek Layla itu seru dan di sana Layla punya banyak teman. Sesampainya di rumah Nenek, Layla langsung istirahat di dalam kamar. Rencana untuk main, Layla tunda besok aja. Hari ini Layla mau tidur karena Layla capek sekali.

L-AIYLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang