O1

15 4 2
                                    

Sakura sama sekali tidak mengenal Dewangga sebelumnya. 

Ia masih terhitung mahasiswa baru saat mereka pernah bergabung menjadi panitia di satu acara yang sama. Saat itu, Sakura menjadi bagian dari divisi logistik dan Angga menjadi divisi acara.

Entahlah, ia juga tidak ingat pastinya.

Sakura juga sama sekali tidak tahu apa-apa tentang Dewangga sebelumnya. 

Termasuk saat semua orang tahu bahwa lelaki itu gay.

Ia baru tahu siapa Angga disaat lelaki itu tanpa sengaja menabrak dirinya hingga terjatuh di depan ruang tata usaha jurusan. 

Angga terjatuh menimpah dirinya dan bibir lelaki itu membentur keras sudut bibirnya —setengah ke pipi, membuat kesan seakan mereka sedang melakukan tindak asusila di lingkungan kampus. 

Semua orang yang berada di lokasi tersebut terkejut. Terlebih lagi Sakura, yang secara tiba-tiba ditabrak dan dalam hitungan detik semua pandangan menghakimi tertuju padanya.

Saat itu Sakura hampir tidak bisa berpikir apapun. Namun, yang ia ingat, tak lama setelah kejadian tersebut mereka berdua dipanggil ke ruang dosen untuk dimintai keterangan.

Itulah awal mula Sakura mengenal sosok lelaki yang kini sedang memakan makanan dengan lahap di depannya.

"Kok gak di makan, Yang? Padahal yang ini lebih kruncy loh."

Sakura memaksakan senyum, "Iya, ini dimakan kok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sakura memaksakan senyum, "Iya, ini dimakan kok."

Sakura menunduk, mencoba mengingat-ingat kembali apa yang membuat ia sekarang berstatus menjadi pacar Dewangga selama 3 bulan terakhir ini.

Huft, sepertinya dulu Sakura sedang mabuk saat menerimanya.

Kencan yang biasa mereka lakukan di hari sabtu pun tidak meninggalkan kesan apapun untuk Sakura. Terlalu biasa, sampai tidak terasa hari sudah berganti malam dan Angga –dengan vespa Piaggio kuningnya- sudah sampai di depan kos gadis itu.

"Kamu langsung istirahat ya, Yang. Dadah Kuraku sayang!"

"Dah. Hati-hati Ngga."

Tidak ada adegan manis membukakan helm, memberikan ciuman perpisahan, atau kata-kata gantle lainnya. Hanya ada suara lembut dengan gestur dan ekspresi yang kemayu juga. Sakura memaksakan senyum saat tangannya melambai ke arah Angga dan segera luntur ketika gadis itu berbalik badan.

Sakura sungguh-sungguh tidak paham apa yang merasukinya sampai-sampai ia mau menerima pernyataan cinta lelaki itu.

3 bulan yang lalu. Satu semester setelah adegan 'ciuman' itu terjadi. Sakura tidak ingat pasti tanggal berapa namun ia cukup yakin kejadiannya berlangsung pada bulan Maret, saat mereka sedang melaksanakan evaluasi dari proker yang dijalani. 

Kali ini Sakura adalah panitia dari divisi keamanan dan Angga adalah koordinator dari divisi konsumsi. Maklum, ini adalah tahun terakhir jabatan Angga sebagai anggota himpunan untuk bisa mengikuti kepanitiaan. Lelaki itu sudah memasuki semester 6, sedangkan dirinya sendiri masih semester 2.

Mereka sedang mendiskusikan progress per divisi disaat Angga, selaku koordinator divisi konsumsi, yang seharusnya menjabarkan progress divisinya, malah menyatakan perasaannya tepat di depan semua panitia yang hadir.

Sakura yang saat itu sedang terkantuk-kantuk segera panik saat semua orang menatap ke arahnya.

"Kur, mau gak jadi pacar gue? Gue pikir gue selama ini gay, tapi pas semenjak ciuman sama lo kayaknya gue straight deh. Soalnya gue deg-degan gitu hehe. Mau ya, pacaran sama gue?"

Padahal sebelumnya, interaksi Sakura dan Angga hanya sebatas menyapa di jalan dan membahas masalah proker di acara ini. Jadi, Sakura tidak tahu pasti mengapa Angga menyatakan cinta padanya dan mengapa ia mengangguk cepat dengan raut panik saat itu.

Ah, spontanitas.

Sepertinya itulah yang membuatnya kini terjebak menjadi pacar seorang -mantan- gay selama 3 bulan ini.

"Gimana kencannya, enak?"

"Diem deh lo, gue pusing."

Sakura mendorong pelan tubuh Lika yang sedang terbahak dan segera merebahkan diri di kasur. 

Ia lelah. Baik fisik maupun emosinya.

"Lo tuh ya, dinikmatin aja kali kencan sama kak Angga. Dia kan kaya, bisa lo porotin sekalian."

"Gue gak matre kayak lo ya, sialan!" umpatnya masih dengan mata terpejam, "Gue nyesel banget ngangguk pas dia nembak waktu itu."

"BWAHAHA!" tawa Lika meledak lagi. Perempuan berambut pendek itu kemudian menghampiri sahabatnya dan ikut berbaring, "Gimana rasanya jadi famous, Ibu Sakura?"

Sakura meringis sesaat sebelum kemudian berteriak kencang, "AAAA KENAPA PERCINTAAN GUE GINI BANGET SIH TUHAN???"

Tentu saja.

Menjadi pacar orang yang sempat mengaku gay akan berdampak pada dirinya juga.

Kehidupan normal Sakura dari Mahasiswi-Biasa-Saja kini menjadi Mahasiswi-Pacarnya-Angga-Yang-Gay

Ia yang dulu menjalani kehidupan kampus dengan tenang, kini harus berjalan menunduk kerena rasanya semua pasang mata sedang menatapnya. Sambil berbisik-bisik, kadang orang-orang tersebut tertawa mencemooh, ada juga yang tidak ragu untuk menunjukkan raut wajah mengejek saat berpapasan dengannya.

Itu semua karena mereka mengenal Angga.

Dan Angga adalah pacarnya sejak 3 bulan yang lalu.

Ah, sial banget sih hidup gue!


♡♥♡♥♡♥♡♥♡♥♡♥


a/n:

Yeay, first episode!

Seperti yang udah aku bilang di Disclaimer sebelumnya, aku gak ada maksud menjelekan atau menghina siapapun dalam cerita ini. Pun kondisi yang terjadi dalam cerita ini murni hanya sebagai penambah latar belakang atau pemanis cerita aja, karena ke depannya, kita bakal fokus sama kehidupan percintaan Sakura! ><

Jangan lupa vote and comment! hihiw.♡

Yayang Kura x JUNGWOO NCT [ 4 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang