O2

17 3 2
                                    

"Loh, kamu udah dateng?"

Angga tersenyum lebar sambil mengangkat plastik belanjaannya, "Aku beli beberapa buat kamu juga."

Sambil membenarkan handuk di kepalanya, Sakura berjalan mendekati Angga. "Padahal gak usah juga gapapa."

"Ya sekalian lah. Toner sama moisturizer kamu kan udah habis."

Sakura menggaruk pelan belakang telinganya, masih belum terbiasa mereka berbagi skincare yang sama.

"Eh Yang, sini duduk, aku keringin rambutnya biar sekalian aku kasih vitamin rambut."

Angga yang antusias langsung duduk di kasur Sakura dan menyuruh gadis itu untuk duduk di karpet berbulu lembut sambil bersandar pada ranjangnya.

Angga yang antusias langsung duduk di kasur Sakura dan menyuruh gadis itu untuk duduk di karpet berbulu lembut sambil bersandar pada ranjangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sakura menurut. Memangnya, kapan sih ia bisa menolak Angga? Ia akan selalu menuruti permintaan lelaki itu meskipun dengan setengah hati.

Segera setelah Sakura duduk, Angga dengan cekatan mengambil handuk dari kepala gadis itu dan mulai mengeringkannya. Mengusap lembut rambut Sakura yang hitam legam, berhati-hati agar tidak melukai kepala gadisnya. Senyum pun tak luput dari bibir Angga selama ia mengeringkan rambut gadis itu.

"Rambut kamu agak panjangannya, ya?" ujar lelaki itu, masih menggosok-gosok pelan rambut Sakura.

"Masa sih?"

"Iya. Dari pertama aku nabrak kamu itu, ini udah panjang banget."

Angga tertawa saat mengingat bagaimana mereka bertemu untuk pertama kali. 

Bukan awal yang bagus karena tatapan Sakura saat itu seakan ingin membunuhnya. Namun, tatapan itu yang kemudian membuatnya jatuh cinta. Tatapan yang akhirnya membuat jantungnya berdegup kencang.

Tatapan itu juga yang membuat Angga menyadari bahwa selama ini ia bukan gay.

Sedangkan gadis yang kini sedang memeluk kedua lututnya hanya menampilkan raut tanpa ekspresi. Menolak mengingat kejadian memalukan yang dulu terjadi. Kejadian yang ia sesali sampai sekarang.

Angga lalu mengambil plastik belanjaannya dan mengeluarkan vitamin rambut yang baru saja ia beli. Memakaikannya ke rambut Sakura yang sudah setengah kering dengan lembut. Perlahan-lahan disertai beberapa pijatan kecil yang Angga harap dapat membuat kepala Sakura nyaman.

"Kamu mau aku potong rambut?" tanya Sakura pelan.

Angga tersenyum, "Enggak. Kamu cantik. Mau rambut pendek atau panjang, kamu tetap aja cantik hehe."

Tapi Sakura sama sekali tidak tersipu mendengarnya.

"Yayang Kura..."

Gadis itu dapat merasakan tangan Angga perlahan melingkari pundaknya ringan. Kepalanya yang tadi dipijat ringan kini sedikit terasa berat karena Angga menaruh dagunya disana. Lelaki itu memeluknya lembut seperti biasa.

"Hm?"

"Aku sayang banget sama kamu."

"..."

"Aku senang aku nabrak kamu waktu itu, jadinya aku tahu kalau aku bukan gay. Kalau aku sebenernya normal. Aku gak jadi bikin keluargaku kecewa gara-gara kamu, Yang. Makasih banyak ya, Yayang Kura."

Sakura tidak menjawab. Tidak juga membalikkan badannya untuk membalas pelukan lelaki itu. Gadis itu terdiam tanpa melakukan apapun. Hanya menerima dan selalu menerima semua perlakuan Angga tanpa ada niat untuk memperlakukan lelaki itu serupa.

Sakura membuang napas kecil,

Tapi aku gak sayang kamu, Ngga...

♡♥♡♥♡♥♡♥♡♥♡♥

"Lo itu ya, kalau emang gak suka sama Kak Angga putusin aja sih. Ribet banget." ujar Lika sambil mengunyah. Menatap malas Sakura yang lagi-lagi menjatuhkan dirinya di kasur dengan tidak berdaya.

"Gue gak bisa mutusin dia..." balas Sakura lirih, masih tidak bergerak.

Lika memutar bola matanya, tiba-tiba malas melanjutkan pembicaraan.

Selalu seperti ini. Setiap mereka selesai berkencan, Sakura malah tampak semakin muram dan terlihat kosong.

Tidak ada cerita hebat tentang kegiatan apa saja yang mereka lakukan saat berkencan tadi. Tidak ada senyum malu-malu ataupun wajah berseri-seri layaknya orang jatuh cinta.

Oh, itu karena Sakura memang tidak mencintai Angga.

"Liburan semester ini dia mau ngajakin gue liburan ke Bali." Ujar Sakura lagi, akhirnya menggerakkan badannya untuk berganti pakaian.

Lika menoleh sekilas dari acara TV yang sedang di tontonnya, "Oh? Berdua doang?"

"He-em."

"Lo gak takut? Nanti kalau lo di anu-anuin, gimana?"

Sakura berdecih, ia memutar kedua bola matanya malas, "Kayak dia nafsu aja sama gue."

Lika sontak tertawa kencang, membuat Sakura mendelik tidak suka, "Jangan resek deh, Lik!"

"Pesimis banget sih sama cowok lo, Kur!" Lika masih tidak menghentikan tawanya, "Kan dia udah ngaku cowok 'normal' sekarang. Bisa aja dong, kalian nanti...." Lika tersenyum miring, ia mengangkat-angkat alisnya penuh goda.

"Berisik ih!" Sakura melempar bantal yang membuat tawa Lika semakin pecah, "Mana mungkin! Setiap kali kita jalan dia masih ngeliatin cowok-cowok kok!" serunya.

"Mungkin dia cuma jadiin gue pengalihan doang." Lanjut Sakura pelan, yakin Lika tidak akan mendengarnya karena sahabat sejak mahasiswa baru-nya itu masih sibuk tertawa mengejek.

"Well, sesuai rumor kan kalian udah ciuman, masa lo gak bisa ngerasain ketulusannya sih?"

Sakura mendesah, "Kita gak pernah ciuman." tekannya "Sama sekali gak pernah. Yang dulu itu kecelakaan dan dia juga cuma nyium sudut bibir gue."

Dalam hati, Sakura mengumpat. 

Gara-gara pernyataan cinta Angga yang seakan menyebutkan kalau mereka sudah pernah berciuman, sekarang semua temannya menatapnya dengan pandangan menghakimi.

Padahal, Sakura sama sekali tidak pernah berciuman dengan Angga. Ia belum pernah berciuman dengan siapapun sebelumnya. Ia tidak akan sudi mengakui kecelakaan waktu itu sebagai ciuman pertamanya.

Lagipula selama mereka berpacaran, Angga paling jauh hanya memeluk tubuhnya. Lelaki itu tidak pernah menunjukkan tanda-tanda ingin mencium bibirnya. Maka dari itu Sakura merasa aman saja kalaupun mereka berdua liburan ke Bali.

Toh, Angga tidak menaruh minat pada tubuhnya.

"Sakur... Sakur. Kasian banget sih nasib lo. Pertama kali pacaran malah sama cowok yang baru sadar kalo di gak gay. Ngakak anjir!"

"Sumpah, Lika, lo berisik banget!"

Sakura masuk ke kamar mandi dengan langkah yang dihentakkan kesal. Perasaannya sudah cukup kacau setelah pulang berkencan dengan Angga. Bukannya membantu, Lika malah menambah rasa kesalnya.

Segera setelah membasuh wajahnya di wastafel untuk menenangkan diri, Sakura menatap pantulan wajahnya di cermin. Menangkap sosok tanpa ekspresi disana.

Tatapan mata yang kosong. Bibir yang tertutup kaku. Wajah yang terlihat kusut dan membosankan. Bertanya-tanya dalam hati, apakah wajah dingin ini yang Angga lihat setiap hari darinya?

Karena untuk kesekian kalinya hari ini, Sakura menghela napas lagi.

"Sial banget sih gue..."

♡♥♡♥♡♥♡♥♡♥♡♥

a/n:

Gimana chapter dua ini, udah bisa ngegambarin gimana perasaannya Sakura ke Angga belum? Semoga suka sama chapter dua ini, see ya next week!♡

Yayang Kura x JUNGWOO NCT [ 4 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang