Malam ini aku terbangun di ruang bernuansa putih, aku mengerjap ngerjapkan mataku untuk beradaptasi dengan cahaya yang ada.
Aku memutuskan untuk bangkit berdiri dari kasur yang sebelumnya aku tiduri, pandangan ku melayang ke sekitar ruangan sambil bertanya tanya dalam hati, sebenarnya ruangan apa ini?.Melangkahkan kaki ke lantai yang dingin dan aku mulai berjalan menyusuri ruangan, tidak ada apapun di ruangan ini. Aku mengeluh dalam hati karena kesulitan menemukan jalan keluar dari sini. Oh God, ruangan yang sangat memuakkan.
Setelah beberapa saat mencari jalan keluar, aku baru menyadari ada sudut yang belum aku periksa. Aku mendekati sudut itu dan menemukan sesuatu! Sebuah gagang pintu yang selaras dengan warna dinding ruangan ini, aku menarik gagang pintu.
Pintu terbuka dan menampilkan sebuah lorong gelap yang panjang berada di depan pintu ini. Dengan berani aku melangkahkan kaki menyusuri lorong di temani dengan bulu kuduk yang meremang.
Lorong ini memiliki ukuran kisaran lebar 1,5 meter, cukup sempit dan menyesakkan untuk di lewati dalam keadaan gelap seperti ini. Aku berjalan mengikuti lorong itu dan baru mengingat kebiasaan ku membawa korek di saku celana dan benar saja terdapat korek disana.
Segera, aku menyalakan korek itu untuk menerangi jalan dengan cahaya yang seadanya, setidaknya aku tidak akan tidak menabrak sesuatu di depan pikirku.
Baru ku sadari bahwa terdapat ukiran-ukiran aneh di dinding lorong ini, aku mendekatkan wajahku untuk meneliti ukiran di dinding dengan nyala korek api yang aku bawa.
Terdapat banyak ukiran di dinding tetapi aku hanya tertarik pada beberapa ukiran. Ukiran yang menunjukkan beberapa orang yang membungkuk hormat pada seseorang dan ada ukiran lain yang menunjukkan ada beberapa orang yang terlihat seperti di penjara, di cambuk bahkan di hukum gantung.
Dapat ku asumsikan bahwa ada satu orang yang di hormati atau di agungkan dan orang yang tidak mau tunduk hormat pada orang ini akan mendapat hukuman, tapi siapa sebenarnya orang ini?.
Bertepatan dengan aku yang sedang kalut dalam pemikiran ku sendiri, terdengar suara orang yang sedang bermonolog dari arah depan sana. Aku mempercepat langkah kaki ku untuk mencari tahu suara siapa itu.
Setelah berjalan sekitar 7 menit, aku melihat sebuah ruangan di depanku di sertai dengan suara orang bermonolog yang semakin jelas.
Rasa penasaran ku semakin di pacu saat mendengar orang itu tiba tiba tertawa terbahak-bahak dengan alasan yang belum di ketahui.Ku pegang gagang pintu ruangan itu dan kubuka dengan perlahan sembari meningkatkan kewaspadaan jika suatu yang tidak diinginkan terjadi. Saat pintu terbuka sempurna, terlihat seorang pria yang terlihat berumur sekitaran 19-25 tahun sedang duduk di sebuah kursi kayu besar yang di bentuk seperti singgasana. Tawanya terhenti saat dia melihat ke arahku dengan sepasang mata coklat gelap miliknya.
"Uh? Siapa kamu? Apakah kamu seorang penyusup atau seorang hamba baru yang di bawakan Fredrick untukku?." Kalimat pertama yang aku dengar dari mulut pria itu terdengar cukup menyeramkan apalagi di tambah dengan nada suaranya yang dingin.
Pria itu dengan gerakan ringan menoleh ke samping dan bertanya kepada udara kosong, "Apakah ini hamba baru yang kamu bawakan untukku, Fredrick?."
Tunggu? Pria itu berbicara pada udara kosong?.
Aku memiringkan kepalaku untuk menatapnya dengan tatapan bingung, ada apa dengan pria ini?.
Kulihat dia terlihat seperti sedang mendengarkan orang lain berbicara, namun yang kulihat hanyalah udara kosong. Dalam hitungan menit pria itu kembali menatapku dengan tatapan menyelidik, "Fredrick mengatakan bahwa dia tidak membawa orang baru lagi kemari sebagai hambaku, lalu siapa kamu?." Pertanyaan retoris itu keluar dari mulutnya di saat aku masih bertanya tanya dengan siapa dia berbicara.