36. Girlfriend

20 3 0
                                    

Setelah pelajaran selesai, Alvin dan Vivi bergegas keluar kelas. Mereka berlari secara buru-buru. Beberapa kali menabrak orang yang tidak sempat mereka hindari.

Sampai di depan gedung, mobil hitam milik Alvin sudah terparkir, di dalam sudah ada Sam dan Ghea. Alvin dan Vivi masuk. Mereka berdua ada pertemuan lagi dengan team Falling Petals, sebelum masuk ke workshop.

"Sam aku mau nanya." Alvin membuka suara, ketika mobil sudah melaju.

"Apa?" tanya Sam, ia tetap fokus mengendarai mobil.

"Aaron benaran adik kamu? Kandung? Kok bisa? Kenapa enggak pernah cerita? Tapi kok enggak mirip!" tanya Alvin bertubi-tubi. Vivi langsung membekap mulut Alvin. Sam mengangguk. Belum puas dengan jawaban Sam. Vivi ikut bertanya. Mau tidak mau Sam menjawab pertanyaan temannya itu.

Aaron adik kandung Sam. Karena orang tua mereka berpisah. Sam ikut dengan Mamanya karena ia tidak diinginkan ayahnya. Sementara Aaron anak kesayangan ayahnya. Aaron mirip mamanya, Sam mirip ayahnya yang blasteran Amerika. Sam mewarisi gen Amerika di wajahnya lebih banyak.

"Bokap lu ganteng dong?" tanya Ghea spontan. Naluri seorang perempuan, mana bisa tidak takjub dengan pria tampan.

Sam merogoh dompetnya dengan satu tangan, lalu dompetnya ia berikan pada Ghea. Sam menyuruh Ghea membukanya. Di dalam dompet ada sebuah foto mama, ayah, Sam dan adiknya. Sam ketika kecil benar-benar terlihat orang luar.

"Aahh, lu benaran mirip bokap lu!" teriak Ghea. Vivi langsung merampas dompet itu dan melihat foto yang sedari tadi dilihat Ghea. Vivi pun setuju dengan Ghea. Sam sangat mirip dengan ayahnya.

"Kok Aaron benci sama Sam?" tanya Alvin lagi dan dapat anggukan dari Vivi.

"Karena dia tinggal sama Papinya, aku tinggal sama Ibunya. Papiku orangnya keras banget, main bola saja Aaron harus diam-diam."

Alvin dan Vivi mengangguk. Wajar kalau Aaron kesal, lebih keiri. Alvin tahu betul mama Sam begitu baik. Apa pun yang Sam lakukan selalu didukung sepenuh hati. Tidak pernah mengekang. Kasian Aaron.

"Turun!" Perintah Sam pada penumpangnya.

"Mobil siapa, yang berkuasa siapa!" protes Alvin. Tapi ia tetap menurut untuk turun. Ia juga sudah sampai di gedung Fakultas Seni.

Baru keluar mobil Alvin sudah di sambut Hila serta Rain masih dengan tatapan tak bersahabatnya. Ghea dan Vivi masih dalam setelan bodyguard. Mereka langsung mengambil ancang-ancang menghalangi ketika Hila akan menarik tangan Alvin.

"Tolong gandeng pacar lu, jangan gandeng Alvin," ucap Vivi.

"Cuma teman, posesif banget!" kata Hila, ia kesal lalu kemudian beranjak sambil menarik tangan Rain.

"Itu patutnya di tujukan pada kalian!" Vivi menunjuk Hila dan Alvin.

...

Ruang teater,
Suara senior yang menjadi sutradara pun mulai terdengar. Ia memberikan sambutan atas mulainya Falling Petals. Ia berterima kasih dengan pemeran, sponsor, dan lain-lainnya. Setelah memberika sambutan dan memperkenalkan panitian lainnya. Mereka mengumumkan untuk workshop akan segera dimulai esok harinya.

"Niat banget nih teater." Vivi berbisik pada Alvin. Alvin hanya mengangguk.

"Untuk menjalin keakraban yang lebih, kita akan makan malam bersama!" ucap panitia. Hal itu membuat riuh isi ruang teater. Terutama Vivi, ia sangat bersemangt sampai lompat.

Alvin berdiri, ia berjalan menghampiri para panitia. Dengan sopan Alvin menyapa lalu bertanya. Ia bertanya soal dirinya akan membawa dua orang teman, teman di luar team Falling Petals.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Falling Petals (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang