Ada seseorang yang malamnya masih sering terjaga hanya karena merindukanmu. Pada hening dan sunyinya malam, masih terasa menenangkan, hanya saja tak lagi terasa sama karena rengkuhan hangatmu sudah tak dapat lagi dirasa. Alunan musik yang biasa didengarkan bersama pun masih sering ia nikmati sampai saat ini, meski seorang diri dan berteman dengan isak tangis. Bibirnya berucap mampu tanpamu, sedang kenyataan sebenarnya, ia kalut, hilang arah dan tersesat, tak tahu hendak kemana lagi harus melanjutkan langkah. Kalau kamu bertanya, “Siapa dia yang belum terbiasa?” Itu aku.