Catatan : 14 Hari adalah short story, terdiri dari 4951 kata.
***
Di rumah sederhana milik Biu ada sebuah kotak serba guna. Orang-orang biasa menyebutnya sebagai kotak pos karena setiap ada barang hilang atau paket yang tidak bertuan, maka Biu akan memasukkannya ke sana.
Sebut saja kotak itu, begitu pula dengan rumah Biu adalah tempat singgah untuk paket-paket yang tidak sempat diterima oleh pemiliknya, Biu selalu memastikan bahwa mereka sampai pada pemiliknya, entah itu diantarkan oleh Biu atau dijemput langsung oleh sang pemilik.
Jangan khawatir tentang keamanannya, kotak itu terkunci dan hanya bisa dibuka oleh Biu. Orang-orang mempercayai Biu untuk tempat penitipan barang-barang yang mungkin saja sangat berharga bagi mereka.
Biu juga senang bisa membantu. Dia tidak dibayar sepeserpun atas jasanya yang menyediakan kotak pos untuk warga desa. Biu hanya ingin mendengar sebanyak-banyaknya ucapan terima kasih, itu adalah bayaran yang paling berarti untuknya.
"Biu, kenapa hari ini kau terlihat berbeda?" Seorang wanita tua yang berjalan memakai tongkat menyapanya di sela-sela kegiatannya menjual hasil panen di kebun belakang. Dia memperhatikan penampilan Biu dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"Hai, Nona Jui. Hari ini aku akan pergi ke kota," jawabnya dengan wajah ceria yang tak pernah padam meski diterjang badai kesedihan. Biu seperti punya dunianya sendiri, sudut pandangnya sangat berbeda dengan orang-orang kebanyakan.
Biasanya Jui selalu senang jika menyapa Biu karena hanya Biu yang memanggilnya dengan sebutan Nona, padahal penampilannya jauh dari kata itu, tapi hari ini senyumnya tidak seluwes kemarin-kemarin, ada sedikit raut cemas di wajahnya. "Ada apa? Apa kau tak betah lagi tinggal di sini?"
"Tentu tidak, Nona Jui. Aku sangat suka desa ini, meski tidak jauh dari kota, tapi tetap damai dan asri."
"Lalu kenapa?"
"Besok aku akan menemui kekasihku, tapi aku akan pergi hari ini sekalian membeli hadiah." Senyum manis di wajahnya semakin melebar. Jui yang melihat itu menilai Biu sedikit bodoh. Dia tertawa.
"Maksudmu lelaki yang bernyanyi di televisi itu?" Biu menjentikkan jarinya, tepat sekali, setiap orang di desa ini sudah tahu bahwa Biu sangat mengidolakan selebritis bernama Bible. Bahkan tak jarang Biu mengklaim bahwa Bible adalah kekasihnya, ya, setiap penggemar pasti mempunyai imajinasi seperti itu.
Sama seperti ribuan penggemar Bible, Biu juga sangat senang ketika berhasil mendapatkan tiket fan meeting Bible di kota yang berdekatan dengan desanya. Biu bertekad untuk menyelesaikan semua pekerjaannya sebelum pergi dan menjual hasil panennya adalah tugas terakhir Biu. Dia sudah selesai melakukannya.
"Biu Sayang, berhentilah berhalusinasi, kamu harus hidup berdampingan dengan kenyataan, hidup ini tak melulu indah seperti di negeri dongeng." Raut wajah Jui terlihat serius, artinya wanita tua ini benar-benar mengkhawatirkan sesuatu, Biu adalah lelaki yang sangat ceria.
Namun, justru keceriaan itulah yang kadang-kadang menakutkan. Banyak yang beranggapan bahwa Biu itu gila, bukan gila dalam arti kiasan, tapi dalam arti yang sesungguhnya, hilang akal, tidak waras, sakit jiwanya, dia sering berkhayal tentang yang tidak-tidak, misalnya tentang keajaiban dunia fantasi. Dia percaya pada alien dan makhluk astral lainnya.
"Ayolah, Nona Jui, jika hidup ini tidak indah, lalu untuk apa kita hidup?" Jui tidak pernah bisa lolos dari pemikiran Biu yang selalu unik, dia tersenyum samar, itu ada benarnya juga.
"Tuhan menciptakan banyak keindahan untuk manusia, jadi akan sangat disayangkan jika aku harus mengabaikannya, contohnya senyumanmu, Nona Jui, itu indah sekali." Biu tidak pernah mendebat orang-orang yang menganggapnya gila dengan kata-kata kasar, malah sebaliknya, Biu selalu bisa membuat mereka tersipu malu-malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
14 HARI [SHORT STORY-END]
AdventureSeorang idol tampan nan berbakat tiba-tiba lenyap dari ruang kerjanya beberapa hari sebelum acara jumpa penggemarnya digelar. Hari hilangnya sang idola menjadi hari paling kelam bagi Biu. Dia adalah salah satu dari jutaan penggemar yang menggila bag...