Bab 13: Leathery

1.3K 162 11
                                    

"Assalammualaikum," sapa Sandrina sesampainya di apartemen.

"Waalaikumsalam," balas Angga, menengok singkat ke arahnya sebelum kembali fokus menatap layar televisi.

"Gimana ketemuannya tadi sama Diandra?" tanya Angga tanpa menatapnya.

Sandrina sempat melirik ke layar televisi yang tengah menampilkan pertandingan sepak bola. Olahraga yang ia nilai sebagai olahraga paling melelahkan sepanjang masa. Bayangkan saja, dua puluh orang berlarian tanpa henti memperebutkan satu bola, selama 90 menit dan hanya diberi jeda istirahat 15 menit saja? Sama sekali tidak masuk akal baginya. Itu mengapa ia melabeli sepak bola sebagai olahraga paling melelahkan. Melihatnya saja sudah lelah.

"How is she, by the way?"

"Gitu-gitu aja," jawab Sandrina lalu berlalu, masuk ke dalam kamar tanpa menghampiri Angga sama sekali.

Biasanya, tiap kali ia kembali dari berpergian seorang diri tanpa sang suami. Ia akan mengucap salam, berjalan menghampiri Angga lalu menyodorkan wajahnya untuk kemudian dicium kening, pipi kanan-kiri dan bibir.

Namun, kali ini tidak. Sandrina ingin tahu kira-kira Angga sadar atau tidak bila dirinya dengan sengaja melewati rutinitas mereka ini. Satu, dua, tiga, hingga lima detik berlalu begitu saja. Tak ada panggilan atau komplain dari Angga. Tentu saja, apa yang diharapkan dari para pria ini. Mereka sama sekali tidak peka dengan istrinya. Diletakkannya asal tas selempangnya ke atas ranjang, berjalan ke arah lemari pakaian dan menarik salah satu daster rumahannya.

"Berharap suami peka sama aja kayak berharap Indonesia masuk final Piala Dunia. Tidak akan pernah terjadi. Mustahil bin mustajab!" gerutunya kesal dengan suara pelan.

Selesai berganti pakaian, Sandrina pun keluar dari kamar. Ia berjalan menuju dapur, membuka kulkas dan mengeluarkan buah semangka sisa semalam yang sudah dipotong kecil-kecil oleh Angga. Setelahnya, Sandrina pun berjalan menghampiri sang suami.

Tangan kirinya mengusap-usap perut besarnya lalu berbisik pelan. "Mama mau balas Papa kamu, ya Nak. Jadi, tutup mata, tutup telinga kamu dulu. Karena ini bukan buat ditiru," ucapnya terus mengusap-usap perutnya.

Kali ini Sandrina tidak memutari sofa seperti yang biasa ia lakukan ketika melihat sang suami sedang asyik menonton televisi. Ia hanya terus berjalan menuju sisi Angga duduk lalu dengan santainya, ia memposisikan tubuhnya menyamping. Sengaja membelakangi sang suami, membuat bokongnya sejajar dengan wajah Angga. Tertutuplah sudah pandangan suaminya itu ke layar televisi.

"Ih, nggak cukup!" protesnya pada Angga.

"What?" tanya Angga bingung dengan kepala miring ke kiri, mencoba untuk tetap bisa melihat televisi.

Tak segampang itu, Ferguso! Makan nih bokong aku!Sandrina dengan sigap melangkah ke kiri sedikit hingga menutupi pandangan Angga kembali. Mari kita lihat, sesabar apa kamu ngadepin aku, Bi!

"Honey, where do you wanna go?" tanya sang suami.

Sandrina tersenyum simpul. "Mau duduk di samping kamu. Tapi ini nggak cukup lewat. Kamu tuh nggak peka banget, ih!" sahutnya sambil menatap Angga dengan mata mencureng.

Tarikan napas keras terdengar di belakang Sandrina lalu tanpa berkomentar apapun, Angga menaikkan kedua kakinya ke atas sofa. Kedua lengan kekar itu diletakkan di samping pinggangnya dan dengan perlahan menggeser ... tunggu, bukan menggeser. Melainkan mendorong pelan tubuhnya. Walaupun agak kesal, tapi Sandrina dengan baik hati menahan emosinya itu.

"Pelan-pelan duduknya," ucap Angga. Melirik sekilas lalu fokus kembali menonton pertandingan sepak bola.

"Bantuin."

Cheeky WifeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang