Kiw kiww

25 3 1
                                    

Senin pagi, Pukul 06.28

Zea sedang menunggu bus antar jemputnya untuk berangkat ke sekolah.

"Duhh busnya mana sih, lama banget!" Zea mendengus kesal sambil memainkan ponselnya.

Tapi beberapa menit setelah Zea mengatakan hal tersebut, bus sekolah Zea datang, berangkatlah Zea ke sekolah.

Didalam bus tersebut lumayan ramai dengan celotehan siswa siswi didalamnya, membuat Zea kurang nyaman.

Akhirnya, Zea memilih mendengarkan musik menggunakan earphonenya hingga busnya sampai di sekolah.

Btw masih pada inget ga? Di chapter sebelumnya kan Zea senyum senyum tuh pas pulang.

Tau ga alasannya apa?

Ternyata, selama ini dia tuh suka sama Lian, dan pas momen kemarin, Zea sempet diajak foto sama Lian, ya ga berdua, fotbar rame rame gitu, terus di post sama Lian di story-nya.

Pikiran Zea mah, ga masalah fotbar rame rame, yang penting dia udah debut di story Lian.

Author : Suka suka lu deh Ze.

Tak terasa Zea sudah sampai disekolah, kemudian, Zea pun turun dari busnya dan membayar biaya antar-jemput kepada supir busnya.

Setelah membayar biaya bus, Zea berjalan sendirian menuju gerbang sekolah, sialnya, Zea bertemu Lian, Rieco, dan Seano.

Zea tidak bisa menghindar karena mereka bertiga tepat didepan Zea.

Fyi : 3G abis nginep dirumah Rieco, jadi Lian sama Seano ga naik bus.

"Cill, sini dulu dong," ejek Lian.

Zea tidak menanggapinya, sebenernya pengen, tapi gengsi number one guys.

"Jangan cuek cuek dong cill, kasian si Lian dicuekin bocilnya," timpal Rieco

Kemudian mereka bertiga tertawa, sedangkan Zea hanya tersenyum salah tingkah.

Pukul 11.30

Zea sudah berada di UKS untuk latihan materi bersama teman-temannya. 3G juga ada di UKS, mereka baca materi mereka juga.

*Gayanya baca, aslinya mah main.

Pada saat itu Zea sedang membaca buku yang berisi materinya, terkadang Zea juga bermain slime yang ia bawa dari rumah.

Saat Zea sedang fokus membaca buku, tiba tiba "Cekrek".

Ternyata itu Seano yang memotret Zea. Tanpa Zea sadari ternyata sedari tadi Zea duduk bersebelahan dengan Lian.

Parahnya Lian sedari tadi menyenderkan kepalanya di bahu Zea, namun Zea tidak menyadarinya.

Author : buset itu Zea kagak peka amat.
Zea : gimmick doang thor.

Namun, Zea membiarkan agar Lian tetap menyandarkan kepalanya di bahu Zea.

"Ciee, dibiarin nyender yaa!" Seano menatap Zea dengan tatapan mengejek. Yang membuat siswa dan siswi yang berada di UKS mengejek Zea dengan Lian.

Zea kemudian sedikit memindahkan kepala Lian, namun, Lian tidak mau berpindah, Lian malah memeluk pundak Zea dari belakang.

"Ihh bentarr, Ian, gw haus," keluh Zea.

"Iya, iya, ini gw ambilin." Lian mengambil air mineral yang tepat berada didepannya.

"Nah minum." Lian memasukkan sedotan dan menyodorkannya pada Zea.

Zea pun meminum air tersebut sambil menyender.

*Ya iyalah, orang itu kepalanya dihadang tangan Lian, biar Lian tetep bisa nyender.

Zea kemudian meletakkan air minumnya di meja, dia beralih ke handphonenya untuk mendengarkan Playlist Spotify miliknya.

Isi Playlist-nya lagu lagunya mbak Indilla, Benson Boone, James Arthur, gitu-gitu lah.

Ya, Zea ini bisa dibilang selera musiknya agak lain dari kawan-kawannya, ga jarang dia dianggap aneh.

Zea : Aneh aneh gini sering jadi perwakilan sekolah, bosqu.

"Ze, sekali sekali dengerin lagu yang asik gitu, lagu lagu indo, jangan lagu luar mulu," ujar Lian.

"Gamau, ngatur gue lo? Dasar jamet," balas Zea.

Lian langsung menggelengkan kepalanya dengan ekspresi lelah.

Lian ikut nge-baca buku punya Zea, tapi banyak tanya gitu, ya gapapa, dari pada pas lomba malah beban.

"Eh, Ze, itu Henry Dunant tuh asalnya dari mana? Kok, bisa sampai ke Desa Solferino? Kan di sana lagi perang?" Lian mencecar Zea dengan banyak pertanyaan

"Nanya itu pelan-pelan, Lo kira gw AI? Jadi tuh, Henry Dunant asalnya dari Jenewa, Swiss. Kok bisa sampai di Desa Solferino? Soalnya beliau lagi perjalanan mau menemui Kaisar Napoleon 3, Presiden Prancis kala itu. Niatnya bahas bisnislah, nah, ternyata Kaisar lagi perang di kawasan Desa Solferino," - jelas Zea panjang.

Lian hanya mengangguk dan terus mengamati buku Sejarah PMR milik Zea.

"Mau dijelasin, atau mau baca sendiri?" tanya Zea.

"Jelasin aja, biar gue cepat paham," ujar Lian.

"Jadi, intinya, yang perang disaat itu, Juni 1859, adalah Prancis vs Austria. Gue kurang tau jelasnya perang karena apa, tapi itu bikin beliau lupa sama tujuan awalnya, karena melihat banyak pasukan perang yang terluka, sekarat, bahkan meninggal berdarah-darah. Hati nurani beliau tergerak buat menolong," tukas Zea.

"Akhirnya, beliau pakai salah satu gereja di sana untuk dijadikan rumah sakit darurat. Beliau juga mengajak ibu-ibu dan wanita di sana supaya membantu mengobati dan merawat para korban perang," terang Zea

"Entah berapa lama kemudian, beliau pulang ke Jenewa, berdasarkan pengalamannya, beliau menulis buku berjudul 'Un Souvenir de Solferino' yang berarti 'Kenangan Solferino'. Buku itu diterbitkan pada tahun 1862. Di dalam buku itu dimuat 2 himbauan, lo tau?" Zea memandang Lian dengan tatapan bertanya.

Lian mengangguk.

"Himbauan pertama, agar di setiap negara dibentuk sekelompok relawan yang tugasnya mengurus korban di masa perang, dan himbauan kedua, agar negara-negara membuat kesepakatan untuk melindungi para relawan pertolongan pertama ini. Benar, kan?" Lian memiringkan kepalanya sambil menatap Zea.

"Pinter juga lo," puji Zea

Lian terkekeh percaya diri, Zea hanya menatapnya dengan tatapannya yang seperti mengatakan 'apaan sih, pede banget, tapi gue suka'.

Published
Thursday, 12 Oct 2023

Dellio CevisottaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang