Chapter 2

18 0 0
                                    

Rania seolah tersadar akan sentuhan marshel yang mulai menggila, dia mencoba mendorong marshel namun tenaganya tak cukup kuat. Marshel yang merasa dorongan akan penolakan rani, berhenti sejenak, melepaskan bibirnya dengan tidak rela. Matanya menatap dalam rania, setelah itu mencium lembut kening rania. Sungguh jika rania tak menghentikannya, marshel bisa menjamin jika rania tak aka berdaya dalam kungkungannya sampe esok pagi dan mungkin tidak bisa berjalan normal esoknya.

Seakan tersadar rania, melepaskan diri keluar dari mobil. Dan dengan terburu buru masuk ke dalam rumah, tanpa sepatah katapun ke marshel. Marshel mengusap bibirnya sendiri, sungguh rasanya manis bibir rania, dia seakan candu akan rasanya bibir dan saliva rania, apalagi payudara rania seakan tercipta untuknya pas di tangannya. Damn bagian bawah marshel sudah menggembung dengan maksmial, memikirkannya membuatnya pusing. Mungkin mandi malam tak akan masalah bagi marshel kali ini.

Setelah kejadian itu rania, sungguh merasa canggung dan malu jika ketemu marshel. Tidak bisa dia pungkiri, bahwa dia menikmati ciuman itu dan turut terhanyut ke dalamnya. Sungguh rania merasa bodoh bisa bisanya terhanyut oleh ciuman duda.

Namun berbalik dengan marshel, dengan ciuman itu dia semakin ugal ugalan mendekati rania, bahwa dia semakin berani mencium rania walau sekilas di pipinya. Tidak ada penolakan rania, karna marshel mencium secara tiba tiba dan seperti biasa mendapatkan pukulan dari rania.

Hubungan keduanya berjalan seperti biasanya, namun rania belum ingin terlalu masuk ke hidup marshel. Marshel sudah mencoba meminta rania untuk dekat dengan ke 3 anaknya, bisa gila rania umur dia dengan anak marshel yang pertama beda 6 tahun. Rania belum siap jika memulai hubungan serius dengan marshel, memang rania selama ini nyaman dengan marshel namun rania takut akan pernikahan. Pernikahan kedua orang tuanya gagal, ayahnya selingkuh dan menikah lagi dengan wanita muda dan umurnya tak jauh beda dengan rania. Sedangkan ibu rania meninggalkan rania, rania hidup hanya dengan neneknya. Neneknya juga sudah tak sesehat dulu, dia sering sakit sakitan yang membuat rania kadang berat hati jika meninggalkan neneknya saat ingin berangkat bekerja. Rania hanya tamatan sma itu pun dia membiayai sekolahnya sendiri, dia tak mampu jika harus kuliah. Tak ada biaya, semua hasil kerjanya untuk kebutuhan hidupnya dan neneknya. Apalagi rania butuh uang untuk berobat neneknya, yang sering kali sakit. Rania hanya punya neneknya, dia tak tau jika neneknya pergi dia bisa melanjutkan hidupnya atau tidak. Rania tak mau memikirkannya.

Hari ini seperti biasanya, setelah selesai kerja rania balik dengan motor scoopy nya, namun saat di jalan motornya di hentikan oleh mobil. Dan rania yang tau jika itu marshel hanya berdecak kesal. Sungguh rania awalnya memang penasaran dan coba coba saja dengan marshel. Namun jika di pikirkan kok kesel ya liat wajah marshel. Rania merasa jadi orang yang plin plan, tapi mau gimana lagi. Apalagi akhir akhir ini marshel terlalu memaksakan kehendaknya, dan itu membuat rania malas dengannya. Marshel yang selalu mengeluarkan aura dominan selalu menganggu rania, dia merasa tidak bebas.

Marshel turun dari mobil menghampiri rania, memaksanya ikut dengannya. Tentu saja rania tolak, apa Marshel tidak lihat dia sedang memakai motornya jika di pikirkan rania bisa gila dengan sikap marshel yang semakin hari membuatnya jengkel.

Dan yah akhirnya rania kalah dari marshel, rania meninggalkan motor kesayangannya. Dan marshel berhasil meyakinkannya, jika motornya akan di tangani orangnya. Dan rania hanya pasrah duduk di mobil, dan jangan lupakan wajahnya yang tampak cemberut. Marshel yang melihatnya hanya tersenyum gila, dan rania berpikir jika marshel mulai gila.

Tak seperti biasanya, marshel membawanya ke area perumahan. Dan damn rania belum siap, marshel tak bicara apa apa tentang tujuannya. Dan bisa rania tebak pasti marshel akan membawa dia ke rumahnya. Rania mulai gelisah, melihat ke arah marshel menuntut penjelasan, sedangkan marshel hanya tersenyum dan menggenggam tangannya seolah berkata jika semua akan baik baik saja.

Mobil berhenti di depan pagi yang tinggi menjulang berwarna hitam, seketika gerbang terbuka otomatis  Setelah itu marshel melajukan mobilnya, sungguh rania sempat terkagum halaman rumah luas dari gerbang menuju halaman utama agak jauh dan jangan lupa sekeliling tampak indah dengan pemandangan dan bunga bunga yang sedang mekar.

Mobil berhenti di depan pagi yang tinggi menjulang berwarna hitam, seketika gerbang terbuka otomatis  Setelah itu marshel melajukan mobilnya, sungguh rania sempat terkagum halaman rumah luas dari gerbang menuju halaman utama agak jauh dan jangan l...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan pertunjukan utama tentu saja rumah yang membuat rania melongo di buatnya. Rania takjub mungkin karna terbiasa tinggal di lingkungan yang biasa saja, dan secara tiba tiba di tunjukan dengan hal yang baru membuat dia terkagum. Sedangkan marshel yang melihatnya, tampak tersenyum geli melihat wanitanya. Marshel tampak geli sendiri menganggap rania wanitanya, apakah boleh dan tentu saja marshel akan tetap menganggap rania wanitanya.

Setelah itu marshel mengajak rania turun dari mobil, membuka pintu utama dan rania di buat takjub dengan isi rumah marshel. Dan rania merasa kalau dia nampak bodoh sejak tadi. Setalah tersadar dia mencoba memasang muka biasa saja, seolah jika kejutan kejutan ini adalah sesuatu hal yang tak penting.

Marshel menjelaskan jika dia tinggal bersama dengan ketiga anaknya di sini, pekerja di sini totalnya ada 15 orang. Dan dia mengenalkan padaku kepada kepala pelayan, namanya emma nampaknya dia yang paling lama di sini. Emma adalah perempuan paruh baya, yang terlihat awet muda dan tampaknya dia ramah. Dia mencoba mengajak berkeliling, sementara marshel masih belum kembali sejak dia menerima telpon. Dan rania tak memusingkannya, dia di ajak berkeliling oleh emma dan rania jadi tau jika emma sudah bekerja di sini selama 20 tahun. Sudah cukup lama, dia juga menawarkan beberapa cemilan setelah selesai berkeliling.

Sambil menunggu marshel dia hanya memainkan hp nya dengan bosan, emma meninggalkannya setelah mengajaknya berkeliling

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sambil menunggu marshel dia hanya memainkan hp nya dengan bosan, emma meninggalkannya setelah mengajaknya berkeliling. Dan memberitahu harus segera pergi untuk menyelesaikan tugasnya, dan berakhirnya rania duduk di ruang tamu dengan bosan sambil menunggu marshel kembali. Dan ya orang yang sedang di pikirannya muncul dengan muka tak bersalahnya, rania tambah dongkol marshel yang mengajaknya kesini tapi dia juga meninggalkannya.

Marshel menjelaskan jika anak anaknya tengah menginap di rumah pamannya, tentu saja aku lega. Hei jangan salah paham dulu, rania hanya belum siap jika harus bertemu dengan anak marshel. Takut mereka tak menyukainya dan terburuknya dia akan melakukan yang tidak tidak bentuk penolakan terhadap rania.

Rania lega sekaligus was was, dengan hanya berdua dengan marshel. Para pelayan entah pada kemana, rasanya rumah sebesar ini sangat di sayangkan jika seperti rumah kosong rasanya sepi.

Marshel mengajak rania ke lantai dua, entah rania hanya menurut dan tak ingin berdebat dengan marshel. Rasanya tenaganya terkuras habis setelah selesai kerja di ajak berkeliling belum lagi harus  adu urat dengan marshel yang memaksanya kesini.

Dan kami berhenti di depan pintu bercat putih, dan rania tiba tiba merinding apa Marshel sudah gila membawanya ke kamar pria itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 16, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RenungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang