2016 pada kenaikan kelas dua SMA sekaligus penentuan jurusan dan kelas sesuai hasil tes yang telah seluruh siswa SMA Dharma Bangsa lakukan pada akhir semester sebelumnya. Tidak ada jurusan khusus yang diinginkan, daira bersedia berada di jurusan dan kelas manapun namun berharap berada di kelas yang sama dengan geonina vannya putri. Dari awal masuk hingga saat ini hanya dia teman pulang dan pergi sekolah, kami memiliki rumah di arah yang sama membuat jadi semakin dekat.
Memutari setiap kelas untuk melihat daftar nama siswa yang ada di dalam kelas-kelas tersebut, selain untuk melihat nama kami tentu saja untuk berjalan-jalan memutari sekolah setelah lama libur semester. Sayangnya pada kelas yang terletak disebelah ruang tatausaha hanya terdapat nama geonina vannya putri IPA 2 tapi aku juga turut senang untuknya karena sejak masuk dia selalu bercerita ingin masuk jurusan kesehatan.
"Ai nama lo gak ada, kita pisah kelas dong" vannya berbicara sambil melihat ruang kelas dan murid yang mungkin akan sekelas denganya.
"Tapi ai kalau nama lo gak ada disini, berarti lu anak kelas unggulan dong" itu yang daira pikirkan sejak tadi karena dari semua kelas yang kami lihat hanya tersisa kelas IPA 1 dan IPS 1, karena rasanya tidak mungkin kami berada di kelas yang akan berisikan anak-anak ber IQ tinggi itu.
"masa sih nya aku masuk kelas unggulan" mungkin saja ada kesalahan input dari pihak sekolah.
"kita cek aja ada nama lo atau enggak"
"biar aku aja sendiri yang lihat, nanti kamu dapat tempat duduk yang belakang kalau lama masuknya" vannya itu rabun jadi dia harus selalu duduk di bangku depan meski pun sudah di bantu kacamata.
Setelah jam pembelajaran berakhir mereka akan saling menunggu didepan kelas yang paling terakhir keluar dan sudah dipastikan itu kelas daira karena berada di IPA 1. sudah menjadi rahasia umum kalau kelas IPA 1 akan dihuni oleh siswa yang sedikit special dari semua siswa lainnya dan menjadikan itu sebagai kelas yang keluar paling akhir. Saat keluar daira melihat vannya berbicara dengan salah satu senior yang popular di luar maupun didalam sekolah, mereka tampak akrab karena vannya memang gadis yang asik dan seru untuk di ajak bicara, kepribadiannya sedikit bertolak belakang dengan daira yang lebih banyak diam dan malas untuk beriteraksi dengan orang lain.
Tidak ada yang special dari semester pertama di kelas 2 ini hanya saja daira mendapatkan teman baru yang mungkin cocok untuk menjadi temannya. Dan karena itu anggota untuk kekantin dan pulang bersamanya bertambah. Aku masih selalu pulang bersama vanya karena rumah kami yang dekat meskipun telah mempunyai kawan baru masih-masing kami tetap akan bercerita apapun berdua saat libur atau saat kami tidak disibukkan dengan kegiatan masing-masing, rumah vanya adalah tempat berkumpul kami atau kadang dirumah mutia yang terletak tidak jauh dari sekolah.
"daira titip surat buat rania ya" aldo ketua eksul karya tulis menghentikan langkahnya menuju kelas vanya. daira hanya menerima suratnya tanpa mengatakan apa pun. Tidak mengerti kenapa aldo tidak langsung memberikan suratnya langsung pada rania. Ini bukan kali pertama aldo menitipkan surat untuk rania kepadanya, juga masih banyak lagi orang-orang yang ingin memberikan surat pada rania tapi selalu melaluinya.
Dari kejauhan vanya melihat aldo yang memberikan surat untuk daira ia tau kalau itu pasti bukan di tujukan untuk sahabatnya, maka dia melangkah dengan cepat kearah mereka berdua dengan kekesalan yang terlihat dari wajahnya. Saat langkahnya sudah semakin dekat dengan mereka dia mendengar aldo mengucapakan terimakasih namun sebelum aldo sempat melangkah dari sana vanya sudah menarik tangannya lalu merampas surat yang ada di tangan daira dan meletakkanya di tangan aldo sambil menampar tangannya dengan keras.
"kalau mau ngasih surat langsung ke orangnya jangan malah nyuruh orang lain"
Marah Vanya sepertinya sudah tidak bisa mewajarkan sikapnya ini pada sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST TWO OF US
RandomHow? Daira hanindya halim Meet Ilham Dewangga Pramudya cr cover: canva cr pict : Pinterest