"Ai kuy kekantin" itu vanya yang menjemputnya kekelas untuk istirahat bersama disebelahnya ada mutia teman sekelasnya.
Daira bukan tidak memiliki teman dikelasnya hanya saja dia tidak mudah percaya pada orang lain. Makanya sampai semester dua ini hampir berakhir dia jarang pergi istirahat dengan orang lain karena saat kita istirahat kita akan makan dan minum bukan, dan daira tidak bisa pura-pura nyaman untuk ngobrol makan dan minum dengan orang yang tidak dia percayai maka dia akan memilih diam tapi tenyata teman sekelasnya beranggapan kalau dirinya dingin dan pendiam.
"ra aku bareng kalian ya kekantin, dila masih sibuk belajar persiapan lomba" itu rania datang sambil merangkul tangan daira yang langsung membuat tatapan vanya berubah tapi anggukan dari daira membuat rania terseyum dan vanya yang bertambah kesal mutia hanya menjadi pengamat karena dia tau temannya itu tidak menyukai rania.
Daira menoleh kearah bangkunya menunggu rara yang sedang mengambil botol minumnya yang disembunyikan yahya sepertinya mereka berdebat lagi. Daira curiga yahya ini suka dengan rara karena selalu menjahili rara yang sumbu pendek itu.
"sialan si yahya awas gue balas nanti pulang sekolah" umpatan itu mereka dengar begitu rara berjalan kearah mereka.
"vanya nanti jadi kita makan di café yang baru buka itu sebelum les kan?" rara bertanya sambil berjalan disebelah vanya yang berada di depan daira dan rania.
"jadi dong,gue udah searching menu yang oke di situ" vanya menjawab dengan ceria terlihat antusias dengan rencana mereka dari minggu lalu itu, lalu menoleh pada daira " ai lo pasti suka makanan dan suasana disana gue yakin" ucap vanya yang dibalas tatapan curiga dari daira melihat senyum mencuriga itu lagi dari si kancil vanya.
"jangan macam-macam geonina" nada suara daira yang lebih lembut dari biasanya itu sudah merupakan peringatan untuk vanya,bagi yang baru mengenal daira mungkin tidak menyadarinya tapi vanya yang hampir setiap hari main bersamanya pasti dapat melihat itu. Dan mutia yang lagi lagi menjadi pengamat menyadari itu juga ekspresi tidak senang rania saat melihat interaksi vanya dan daira.
"gak ai tenang aja lo bakal terimakasih ke gue" balas vanya tersenyum lebar
Suasana kantin ramai membuat vanya dan rara yang mencari bangku kosong dan memesan makan untuk mereka. "dai lo ikut gue bantu bawa makanan sama minumnya ya" rara menarik tangan daira kearah tukang mie ayam.
"semua disamain aja mie ayam biar gak ribet si rara" mutia bersuara setelah mereka sudah mendapatkan meja. " van bilang rara mie ayam bakso semua 5, minumnya jus jeruk sama air mineral samain semua" sambung mutia pada vanya saat melihat antrian rara dan daira yang tersisa 2 orang didepan mereka. Saat vanya akan beranjak suara rania menghentikannya dan membuatnya ingin melayangkan tangannya pada bibir wanita itu.
"vanya tapi aku gak bisa makan mie ayam sama jus jeruk dikantin" lihat suara menyebalkan itu.
"yaudah lo gak usah makan kalau gitu" jawab vanya cuek pergi dari situ kearah rara.
"vanya kayaknya gak suka sama aku ya mutia" tanya rania pada mutia yang dari tadi menjadi pengamat, yang hanya dibalas senyuman oleh mutia.
"padahalkan gak semua orang seleranya harus sama, aku tuh lagi diet tau mutia jadi harus makan salad gitu gak boleh yang banyak lemak gitu" kalau dia sedang diet seharusnya dia tidak kekantin bersama mereka karena di kantin ini tidak ada yang menjual salad.
"tapi ya mutia sebenarnya aku jarang makan dikantin karena kata mamaku takut gak sehat" gila ya baru pertama kali mutia berjumpa dengan manusia sejenis rania ini, dan itu sangat menyebalkan.
Melihat mutia yang diam saja saat dia bercerita membuat rania kesal "kamu kenapa diam aja mutia? Kamu juga gak suka juga sama aku ya?".
"lagi sakit gigi gue, males ngomong" balas mutia malas menanggapi.

KAMU SEDANG MEMBACA
JUST TWO OF US
RandomHow? Daira hanindya halim Meet Ilham Dewangga Pramudya cr cover: canva cr pict : Pinterest