Can I?

108 9 1
                                    

Haihai! Aku balik lagi nihh setelah 1 tahun vakum di dunia wattpad. Dan sekarang aku mau lanjutin cerita si Vania dan si Steven!

-----------------------------------------------------------

Vania POV

Aku berjalan mengekori Steven yang sudah berjalan menuju ke parkiran dimana mobil Steven diparkir. Aku masih bingung dan gak tau harus ngapain.

Akhirnya dia berhenti di salah satu mobil yang berderet di parkiran rumah sakit dimana aku dirawat. Kulihat mobilnya mewah banget, pasti dia orang kaya.

"Ayo masuk, mau sampai kapan bengong di luar?", sahut Steven yang membuyarkan lamunanku.

"Eh iya, maaf hehe", jawabku dengan sedikit tersenyum.

Dia terkekeh dan masuk ke dalam mobil. Kok dia ganteng ya? Aku pun masuk ke mobilnya.

----

"Rumah kamu dimana?", ucap Steven dengan nada sangat lembut.

"Di daerah Jakarta Timur", jawabku yang diikuti senyumnya yang benar benar membuat kegantengannya nambah 1000%.

Akhirnya diantara kami berdua pun gaada yang ngomong sampe akhirnya aku terlelap tanpa sadar.

Steven POV

Kulihat ke sebelah, dan aku mendapatkan dia yang sudah tertidur nyenyak dengan kepala tersandar di jendela mobilku.

Tanpa sadar aku tersenyum menatap wajahnya yang menurut ku lucu saat dia tertidur. Tanpa sadar aku terkekeh pelan sekarang.

DUG!

Bunyi itu terdengar dan mengagetkanku. Aku langsung menoleh dan mendapatkan Vania yang terlihat kesakitan. Dia menatapku dan tiba tiba mukanya memerah karena tersadar bahwa aku sedang memperhatikannya sambil tersenyum. Dia blushing!

Aku meminggirkan mobilku dan memutuskan untuk berhenti sebentar.

"Kamu gapapa? Sakit? Yang mana yang sakit?", tanyaku dengan muka khawatir.

"Gapapa ko pak, eh Stev", sahutnya kebingungan.

Ternyata dia masih bingung harus memanggilku dengan sebutan apa. Tapi melihatnya kebingungan membuat ku tersenyum. Lagi.

"Rumah kamu dimana?", tanya Steven memecahlan keheningan dan melajukan mobilku kembali.

"Di Jakarta Timur, kamu?" jawabnya datar.

"Oh sama kita, aku tinggal di apartement di daerah JakTim. Kamu ngekost atau gimana?" ucapnya lembut.

"Iya aku ngekost di deket Apartement Sano.", jawabnya.

"Hah? Apartement Sano? Aku tinggal disitu", ucapnya dengan nada yang terlihat seperti seorang anak dibelikan permen sekarung.

"Oh disitu.. BTW, makasih udah nolongin aku.", ucap Vania sambil tersenyum.

"Iya gapapa, tapi kamu lagi nunggu siapa ya kemarin?", tanya Steven penasaran.

"Aku nungguin Ayah kemaren. Tapi dia ga dateng setelah 3 jam aku nunggu disitu. Ayah pergi ke Amerika hari ini makanya aku pengen banget ketemu kemarin. Tapi ayah selalu seperti itu, susah sekali menepati janjinya karena kesibukannya di perusahaannya...", tanpa sadar beberapa air mata mengalir si wajahnya.

Tiba tiba hatiku terasa sesak melihatnya menangis. Huh, kenapa sih ko jadi ikutan sedih. Dia siapa kamu Stev? Rasa apa ini? Kenapa rasa sesak ini semakin parah saat dia mulai terisak dengan cukup keras.

"Maaf.. Jadi nangis di mobil kamu..", lirihnya.

"Gapapa, jangan sedih lah. Pasti ayah kamu punya alasan kenapa dia ga dateng kemaren", ucapku dengan lembut sambil memberikan tisu ke arah tangannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 14, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

She's Mine, Forever !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang