Daniella Aurellia

6 2 6
                                    


Sebagian besar orang menganggap bahwa pernikahan dari hasil perjodohan merupakan tindakan egois dari orang tua. Hal yang ditakutkan yaitu menikah dengan orang yang sama sekali belum begitu dikenal kemudian dari pertemuan kedua, tiga, empat dan seterusnya berakhir pada janji suci yang harus dipertahankan sampai akhir karena jika hancur di tengah jalan, dua keluarga besar bisa berakhir menjadi musuh karena tujuan pencapaian mereka gagal.

Seperti yang dijelaskan pada paragraf awal, bahwa hal tersebut bisa terjadi pada sebagian besar orang. Namun, hal beruntung dialami oleh Anindita Kamirah. Wanita yang memiliki paras cantik, tata krama luar biasa, kecerdasan tinggi berasal dari keluarga yang terpandang nan terpuji. Bukan titah dari kedua orang tua melainkan kakek yang begitu menyayanginya. Padahal, ia memiliki kakak saudara kembar yang tak kalah cantik dan berkelas darinya.


Tidak, Anindita bukan merupakan wanita pemberontak yang memiliki egoisme tinggi untuk menentang keinginan kakeknya. Selama ini, ia juga mendapatkan hal yang sangat baik dalam hidup berada di keluarga ini. Tidak mungkin juga, beliau memberikan pasangan buruk bagi cucu-cucunya. Semua sudah dipertimbangkan dengan matang, latar belakang, kualifikasi diri dan tentu saja harus setara dengan mereka yang dijodohkan.


Berbicara tentang kakek, beliau merupakan seorang Jenderal TNI dengan bintang empat yang luar biasa. Dihormati karena kepiawaiannya selama bertugas. Pada waktu itu juga, ia telah memilih seorang perwira yang cocok mendampingi cucunya. 


Awal tahun 1997, Anin dipertemukan oleh seorang perwira yang memiliki pangkat Letnan Satu. Tubuhnya menjulang tinggi, bahu yang lebar, potongan rambut yang begitu rapi. Ketika pertama bertemu, pria tersebut suka sekali mencuri pandang meski dengan kepala tertunduk.

"Mas Nezaam," panggil Anin dengan suara yang lembut.

Nezaam Magani nama pria tersebut. Kulitnya sawo matang, tetapi ketika tersenyum, putihnya gigi membuat beliau begitu menawan dan terlihat manis nan ramah. Gerak-gerik beliau begitu sopan, tidak menunjukkan keangkuhan bahwa ia terpilih oleh Sang Jenderal.

"Setelah kita menikah nanti, jabatan apa yang ingin Anda capai?"

Meski terlihat wanita ramah, Anin merupakan tipe wanita yang to the point. Tidak menyukai percakapan basa-basi yang membuang waktu. Ketika maniknya tajam dan berani menatap pria perwira tersebut, ia justru seakan mendapat serangan yang tak kalah mematikan. Namun, cucu Jenderal tersebut tetap berusaha bersikap tenang. Apalagi, ketika melihat respons Nezaam yang tertawa.


Pria tersebut mengalihkan pandangan ke hamparan taman golf dari hotel yang menjadi tempat pertemuan mereka. Sehari-hari yang digunakannya merupakan seragam kebanggaan berwarna hijau coreng tersebut, kemarin lusa Nezaam sengaja berbelanja ke butik merk terkenal untuk membeli setelan jas yang akan terlihat pantas bersanding di samping seorang Anindita Kamirah.

"Pangkat?" tanyanya memastikan. Namun, ia juga tidak menunggu jawaban dari Anin. Pria tersebut menghela napas seraya memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana. "Apapun saya terima dan akan melakukan tugas sesuai jabatan. Tapi, jika digabungkan dengan pernikahan kita nanti, mungkin tujuan jabatan saya akan berubah."


"Ingin menjadi Jenderal?" Anin bertanya lantang.


Nezaam merubah posisinya menjadi menghadap pada wanita tersebut. Tidak ada lagi ekspresi malu-malu. Kini, ia memasang postur tubuh dengan percaya diri seperti yang dilakukannya selama berada di akademi militer.


"Jadi suami yang kamu inginkan."

Jawaban tersebut membuat Anin tertegun. Kakinya secara tak sadar bergerak mundur.


Universe SisterWhere stories live. Discover now