"We really should have a new member."
Dengan rambut merahnya, seorang perempuan yang tengah memainkan ponselnya menoleh ke arah suara. "Maksud lo?"
"Gue baru aja kepikiran," balas perempuan lainnya, "we need someone different than us."
"Someone like her?" Perempuan dengan baju crop top menunjuk seseorang di seberang mereka dengan lip tintnya.
Ketiga perempuan itu kini sama-sama memandang ke arah yang sama. Mereka semua mengangguk sambil tersenyum miring, dengan kompak mereka berkata, "Someone like her."
*
"Katya Narisa Putri."
Aku tersadar dari lamunanku, buru-buru aku mengangkat tangan supaya terlihat oleh Bu Ami yang saat ini sedang melakukan absensi. Tak lama setelah semua mahasiswa disebut namanya, kelas pun selesai. Berbeda dengan dosen lainnya, Bu Ami memang lebih menyukai melakukan absensi di akhir kelas ketika tidak ada yang terlambat lagi.
Seusai mengencangkan kunciran yang mengikat rambutku, aku mengenakan kembali topi baseball yang biasanya aku pakai. Aku mengangkat ranselku dan tanpa kusadari rupanya ransel kecilku menyenggol barang-barang milik perempuan mungil yang duduk di sampingku. Aduh, pake segala jatoh lagi, batinku malas.
"AAA!" Badannya memang mungil, tapi tidak untuk suaranya yang sangat nyaring itu. "Lip tint Dior gue! Ah, bedak MAC gue juga! Demi apa parfum Chanel gue ikutan jatoh?!"
"Sorry," ujarku sambil mengembalikan barang-barangnya ke meja.
"Untung nggak ada yang rusak. Huhu, my baby." Kini ia mengelus-elus barangnya. Batinku heran, kayak barang penting aja dah?
Aku langsung membalikkan badanku dan buru-buru keluar kelas sebelum barbie yang satu ini semakin bawel. Namanya Nala, ya, seperti yang ada di The Lion King. Bedanya ini sangat manja dan penampilannya seperti barbie. Rambutnya pirang, kulit yang terang, bajunya pun bak akan fashion show setiap harinya. Semakin buruknya, Nala tak hanya satu, namun ia memiliki dua sahabat perempuan lainnya yang sama persis dengan dia, namanya Mavii dan Lyan. Aku bisa berteman dengan semua orang di kampus ini kecuali dengan orang-orang seperti mereka. Mereka menjuluki circlenya dengan sebutan "The Queen". Betapa anehnya, bukan? Ngikutin band terkenal aja.
Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya pintu lift di depanku terbuka. Aku memasuki lift dengan lega karena tidak ada seorang pun di dalam lift ini. Ketika pintu lift hendak tertutup, tiba-tiba muncul tas berukuran sangat kecil yang menghalanginya. Pintu lift terbuka lagi dan terlihatlah tiga perempuan dengan rambut warna-warni serta wangi khas mereka yang dapat tercium dari radius 1 kilometer sekalipun.
Astaga.
"Oh my god!" Lyan berjerit. "Katya, hai!"
Aku sedikit menutup kupingku karena terkejut akan jeritan yang sangat melengking dalam jarak yang dekat karena sempitnya lift ini. Aku tersenyum simpul sambil menganggukkan kepalaku menyapa, "Lyan."
"It's her! The one who's dropping my make up!" Terdengar suara Nala dari belakang. Ia langsung memasuki lift dan mengambil tempat di dekatku. Mavii dan Lyan pun mengikuti gerakan Nala.
Aku menghela nafas ketika pintu lift tertutup. Dari segala kejadian buruk yang akan tertimpa olehku, terjebak dalam satu lift yang sama dengan The Queen termasuk yang terburuk. Bibir merah muda mereka sedaritadi tidak berhenti bergerak saking banyaknya pembicaraan yang mereka omongi dalam waktu yang singkat selama di lift. Dari pembicaraan yang aku mengerti sampai yang tidak pernah kudengar sebelumnya, aku hanya bisa menatap nomor lantai lift yang terus berganti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girly Thing
Short StoryHal yang biasanya aku lakukan: 1. Memakai kemeja, celana jeans, sepatu converse, dan terkadang memakai topi. 2. Berteman dengan laki-laki, atau tidak menyendiri. 3. Tidak melakukan hal yang biasanya perempuan lainnya lakukan. Namun sejak aku dipaksa...