Malam itu sungguh membuat Ares lumayan tersiksa, karena tidak di kasih waktu untuk tidur bahkan sebentar. Kiki, anak laki-lakinya itu rewel sekali sedari tadi tak mau turun dari gendongannya, saat sudah tertidur dan akan di tidurkan di kasur pasti langsung kembali membuka mulutnya menangis keras sekali.
"Demam atau gimana? coba mami cek, udah di kasih susu kan?" Betari- mami Ares tiba-tiba masuk tanpa mengetuk pintu kamar sang anak sulung, setelah mendengar tangisan sang cucu yang tak kunjung berhenti.
"Nggak tahu mi, apa waktu di rawat Rei juga tiap malem nangis gini terus ya? pasti capek banget."
"Maka dari itu, kalian berdua itu memang belum siap punya anak, terlalu dini" sang mami mengambil Kiki dari gendongan Ares. "Ya, mau gimana lagi udah lahir anak selucu ini, mana tega mami marah lama-lama."
Mendengar ucapan sang mami, Ares hanya bisa tersenyum canggung. Betari memang mendiamkannya beberapa hari setelah malam datangnya Kiki ke rumah mereka, ia merasa kecewa pada sang anak sulung. Meskipun, tetap saja wanita yang di panggil mami oleh anak-anaknya itu dengan sukarela merawat Kiki dengan telaten dan kasih sayang penuh.
"Nggak demam kok, kangen mamanya kali mas? ini udah diem coba mami tidurin di kasur." mungkin ucapan Betari benar, karena sekarang sang cucu itu sudah pulas tertidur di kasur besar sang papa, karena belum punya boks bayi sendiri.
Malam yang semula berisik oleh tangisan bayi itu pun kembali hening, sang mami juga sudah kembali ke kamar untuk melanjutkan tidur yang semula terputus karena tangisan Kiki. Sedangkan Ares memutuskan untuk keluar ke area balkon kamarnya dengan lampu yang sengaja di matikan dan tangan yang menggenggam sebuah handphone, mencoba menelepon Reiko, ibu dari sang anak. Tetapi, sayang sekali nomor itu sudah beberapa kali pun ia hubungi tak ada satupun yang tersambung ke si pemilik nomor.
Malam berganti pagi, sang bayi kecil anggota baru keluarga Mahatma itu sudah membuka matanya lebar padahal semalam tidur terlalu larut karena menangis.
"Kikiiii, matanya bagus banget huaaa, ih pengen uncle gigit pipimu, mbulll" Giandra, adik laki-laki Ares itu terlihat gemas sendiri pada sang keponakan, mengabaikan teriakan sang mami yang menyuruhnya untuk sarapan.
"Sana dah lu, takut gue kiki lu makan"
"Yaelah mas, gue pengen gendong please, sebentar aja" Ares memutar bola matanya malas, melihat tingkah sang adik yang memasang muka sok imut.
"Nggak, mi ini mi Gian gangguin Kiki, jewer ajalah mi."
"Hattala Giandra Mahatma, kamu kesini atau mami kesana narik telinga kamu!!" sang adik lari terbirit-birit mendengar teriakan sang mami, setelah sebelumnya mengancam Ares karena sudah mengadu.
"An an, mi mi waaa"
"Iya, uncle Gian nakal ya dek? adek mau di gigit." Ares memangku sang anak menghadap ke arahnya, mendengarkan bayi berusia lima bulan lebih itu berceloteh ria.
"Cucu oma mau minum susu ya? adek laper, sini-sini oma gendong." Kiki berpindah ke gendongan sang mami yang menyuruh Ares untuk bergantian Sarapan.
"Kiki mau lihat burung ya, burung Kiki mau lihat nih" sepasang nenek dan cucu itu berjalan ke area taman belakang rumah yang cukup luas dan tertanam beberapa pohon besar yang di hinggapi burung-burung.
Hari ini jadwal kuliah Ares berada pada jam satu siang hingga sore, dengan dua mata kuliah. Ares kembali mencium sang putra sekali lagi, sebelum akhirnya berpamitan pada sang mami yang memang setiap hari berada di rumah tidak bekerja.
"Udah, nanti kalau bangun nangis mas"
"Iyaa, yaudah Ares berangkat dulu ya mi, maaf jadi ngerepotin mami mulu buat jaga Kiki." suara Ares menjadi lebih pelan pada akhir kalimat yang ia ucapkan.
"Apa lho, mami juga seneng ngejagain Kiki anak lucu gembul begini siapa yang nggak mau ngajak main, udah sana berangkat nanti telat lagi."
"Yaudah, makasih mamiiii" Ares memeluk sang mami juga mencium pipinya sebelum benar-benar melangkah pergi ke arah pintu keluar rumah.
🐾🐾🐾
"Lo, kenapa sekarang jarang mau main sama kita-kita dah, kalo udah jam pulang cepet banget ngilangnya." ucap Ken, teman Ares sejak SMA bersama empat orang lainnya Genta, Siska, Lani dan yang terakhir Reiko ibu dari sang anak.
"Lo semua kan tahu, sekarang di rumah udah ada Kiki, ya pulang cepet karena mau ketemu anak gue lah, apalagi?" Siska memutar bola matanya malas mendengar nada sombong yang keluar dari mulut Ares di akhir perkataannya.
"Yaudah, kalo gitu ijinin kita main ke rumah lo lah, dari kemaren udah pengen main ketemu Kiki lo larang larang mulu." Genta mengangguk setuju dengan perkataan Lani.
Circle pertemanan SMA Ares memang sejak awal kehamilan Reiko sudah tahu, kesalahan mereka berdua yang terjadi pada malam ulang tahun Siska yang waktu itu di rayakan di salah satu club malam. Mereka semua awalnya bingung, yang cewek-cewek memihak Reiko dan menyalahkan kehamilan itu pada Ares sepenuhnya, sedangkan yang cowok membela Ares menyatakan bahwa Reiko juga salah. Sampai akhirnya mereka berenam kembali akur dan ikut deg-degan waktu malam kelahiran Kiki.
"Ga usah deh, kapan-kapan aja, Kiki juga paling tidur."
"Halah itu mulu alesan lo dari kemaren." sahut Siska sewot.
"Yaudah oke, lo semua boleh deh main ke rumah gue sekarang"
"Nah, gitu kek dari kemaren Res, sebenernya kalo masih gak lo ijinin kita mau nerabas aja sih tinggal ke rumah lo kayak biasanya." ucap Ken yang di setujui oleh ketiga teman lainnya.
"Btw, lo masih nggak bisa hubungin si Rei?" Ares menghela napas sebentar sebelum mengangguk menjawab pertanyaan Genta tanpa suara.
Mereka berlima berjalan bergerombol menyusuri koridor kampus yang masih lumayan ramai oleh mahasiswa yang mungkin mendapat jadwal matkul sore hari.
"Si Rei kayaknya tuh ke Jepang deh, nyusul ortu sama kakaknya, tapi ngapain coba pake segala ganti nomor, kalo katanya bakal balik buat nengok Kiki." giliran Lani yang mengungkapkan pendapatnya tentang menghilangnya si sahabat dekat mereka itu.
"Mungkin mau lost contact sama gue kali?, tapi ngapain juga? gue juga nggak bakal tiap jam nelponin dia dah." ungkap Ares yang juga merasa bingung dengan hilangnya Reiko.
"Takut ketahuan bonyok nya kali? sama abangnya, lo berdua belum pernah ngomong soal Kiki ke ke keluarga Rei kan?"
"Bisa jadi sih, mami aja hampir stress waktu Kiki tiba-tiba di serahin ke gue, apalagi keluarga Rei yang tinggal jauh dari dia." ucapan Ares menjadi akhir dari perbincangan lima pemuda itu sebelum akhirnya menaiki mobil milik Ken untuk pergi ke rumah Ares.
________________
N.b :Pemerannya aku reveal kapan kapan ya, heheheheSee you next chap😉
Tolong, beri aku kritik dan saran dong peps, kalo mau vote juga gratististis lho✌️😎
KAMU SEDANG MEMBACA
The Adventures of Kiki and Papa
FanfictionA Fan Fiction by @mankoosteen ----------------------------------->>> Orang lain pikir, Akio memang sebuah kesalahan. Anak kecil bertubuh gembul itu hadir di waktu yang tidak tepat, namun bagi Ares sang ayah, Akio adalah alasan terbesar dari semua a...