Author POV
Gita benar-benar menepati ucapannya. Dengan menggunakan sumber daya yang Devan miliki, akhirnya Ghaida, Dito dan Aldo mendapatkan hukuman seumur hidup.
Tidak ada keringanan apapun, satu-satunya keringanan yang Gita berikan hanya mereka tidak dihukum mati.
Gita pastikan orang-orang ini akan menderita di sana, mereka akan mendapatkan kehancuran yang paling pahit yang bahkan mungkin mereka akan memilih untuk mati. Gita benar-benar memanfaatkan semua sumber daya yang dia punya untuk membalaskan dendam. Salah satu kekejaman yang Gita lakukan jika kalian menyentuh orang yang dia sayang.
"Harusnya kemaren si Aldo gausah dibawa ke polisi sih." ucap Zee protes.
"Iya, harusnya kita abisin aja tuh si bangsat!" jawab Adel dengan kompaknya menyahuti Zee. Ga bisa diragukan emang kebar-baran dua makhluk ini.
"Ga gitu juga. Dia ga ikut campur masalah ini, kalo ga provokasi Gita juga aman tuh muka." jawab Eli.
Mereka terus membahas Aldo yang baru saja mereka masukkan kembali ke penjara. Kecuali Gita, gadis es itu hanya diam ketika namanya kembali dikaitkan dengan Aldo.
Tanpa saya jelaskan, kalian bisa menyimpulkan siapa Aldo ini kan? Harus paham ya, saya malas menjelaskan, lelah. Perdebatan itu akhirnya berhenti ketika Marsha memasuki rumah bersama Ashel dan Kathrina. Walaupun mungkin sudah bertahun-tahun tidak bertemu Aldo, tapi bagaimanapun mereka memiliki darah yang sama, jadi memang lebih baik tidak membahas Aldo di hadapan Marsha.
"Wededeh serius amat keknya. Nih aku abis beli banyak cemilan sama es krim." ucap Marsha semangat.
"Wah banyak es krim nih, Zee panggil Chika sama Kitty sono loe." ujar Eli.
"Ga usah dipanggil, udah di sini nih." Eli terlonjak ketika tiba-tiba Chika sudah berada di belakangnya.
"Dede mau eskriiiiim!" teriak Christy yang baru datang dari kamar dan lagi-lagi mengejutkan Eli hingga diam-diam Eli mengumpat.
Ramailah rumah itu sekarang. Biasanya juga rame sih, tapi ini lebih rame aja. Christy yang sedang dalam mode bocil memakan eskrim dengan belepotan sehingga Chika dan Gita terus membersihkan pipi gadis itu secara bergantian.
Ashel, Marsha dan Kathrina sibuk berbincang-bincang entah apa sedangkan Eli dan si kembar sibuk bermain game. Tiga dunia di satu frame mereka ini.
"Ngomong-ngomong ka Stevi mana deh?" tanya Ashel.
"Kerja dia, jadi karyawannya ka Gita." jawab Marsha.
"Wedeh makin keren aja diliat-liat nih kulkasnya." ucap Ashel lagi.
"Apasih." sahut Gita singkat.
"Jadi akhirnya loe minta ka Stevi bantu elo?" tanya Eli.
"Iya. Gua sama Oniel masih kewalahan juga kalo masih nyambi di perusahaan ci Shani dan pegang usaha kita juga. Ka Celline juga harus secepetnya balik ke Amerika kan? Dia bilang udah cukup dampingin gua sama Oniel 5 tahun. Bosen." jawab Gita.
"Lagipula, ka Stevi juga udah pernah terjun ke bisnis dulu, nempatin dia di HR sekarang ini kayanya cukup. Kalo urusan yang lain masih gua sama Oniel sendiri yang urus." lanjutnya. Eli tersenyum, menepuk punggung Gita dengan bangga.
Siapa yang ngga bangga coba? Eli adalah salah satu saksi dari perjuangan Gita sejak awal, dimana dia hanya bucin pada adiknya, dimana hanya kebahagiaan adiknya yang dia pikirkan hingga sekarang Gita berusaha membuat orang-orangbdi sekitarnya bahagia.
Proses panjang itu tidak pernah luput dari pandangan Eli, dia yang berjanji pada dirinya sendiri akan menjaga Gita dan orang-orang di sekitarnya dengan sepenuh tenaga, seperti apa yang Gita lakukan. Keren ya mba Helisma ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Breaker
РазноеHanya cerita klise antara benci jadi cinta antara mba kulkas sama bokem