10. Debat

1.9K 88 3
                                        

Fia berjalan memasuki pekarangan sebuah rumah yang letaknya saling berseberangan dengan rumahnya, rumah mewah bercat putih itu adalah tempat tinggal Rio. Ia sengaja datang ke sana untuk mencari jawaban dari cowok itu.

"Bi, Rio ada?" tanya Fia pada seorang asisten rumah tangga yang kebetulan berada di teras rumah.

"Ada, Non. Tumben cari Den Rio. Lagi akur, ya?" tanya balik wanita setengah baya bernama Asti itu.

"Nggak juga, bentar lagi juga pasti ribut lagi aku sama dia. Liat aja," jawab Fia, membuat Asyik menautkan alisnya.

"Kok, udah direncanakan aja, Non. Nggak boleh lho ribut-ribut."

"Si anak manja itu duluan yang suka cari ribut." Asti tampak menghela napasnya, tidak aneh sebenarnya ketika melihat Fia ribut dengan majikannya. Dan keduanya itu sama-sama tak bisa dikasih tahu, dan tidak mau ada yang mau mengalah. "Dia ada di mana, Bi?" tanyanya, ia tak ingin berlama-lama berada di sana.

"Tadi lagi di Gazebo, Non. Masuk aja," ucap Asti.

"Om, Tante, sama kakak-kakaknya ada di rumah nggak?"

Asti menggelengkan kepalanya, dan berkata, "Belum pada pulang."

Fia mengangguk mengerti, lalu ia masuk ke rumah Rio dan berjalan menuju Gazebo yang ada di halaman belakang rumah itu.

Seperti kata asisten rumah tangga tadi, Rio memang berada di Gazebo. Cowok itu sedang main game di ponselnya sendirian. Rio adalah anak laki-laki satu-satunya di keluarga, plus anak bungsu. Sama sepertinya anak bungsu dan perempuan satu-satunya. Jika tidak main ke luar bersama teman-teman, paling di rumah sendirian ketika kedua orang tua dan kakak-kakaknya sibuk dengan urusannya masing-masing.

"Mario!" panggil gadis itu, membuat si empunya nama mengalihkan pandangan ke arahnya.

"Lo, ngapain?" tanya Rio.

"Gue butuh jawaban yang jelas," jawab Fia, membuat dahi cowok itu mengernyit tak mengerti.

"Jawaban apa?"

"Tentang Aby dan Maya."

Rio terdiam, ia tahu sekarang jawaban apa yang diinginkan gadis itu.

"Gue belum percaya kalau Aby dan Maya itu dijodohin sama orang tuanya," ujar Fia.

"Kenapa nggak percaya? Lo nggak percaya sama penjelasan sahabat lo sendiri?" tanya Rio, membuat Fia terdiam.

Tadi siang setelah acara membantu Maya selesai di sekolah, Maya menjelaskan semuanya pada Fia penyebab sahabatnya itu tiba-tiba nikah bersama Aby. Katanya dijodohkan oleh kedua orang tua mereka. Namun, entah kenapa ia tak bisa percaya begitu saja dengan penjelasan itu.

"Katanya sahabat, masa nggak percaya sama sahabatnya sendiri," lanjut Rio.

"Gue bukannya nggak mau percaya sama Maya, cuma gue merasa aneh aja," balas Fia.

"Aneh kenapa?"

"Ya, aneh. Tiba-tiba dia nikah, kalaupun dijodohkan apa nggak bisa nunggu mereka lulus sekolah dulu buat dinikahin? Kenapa mendadak kayak gitu?"

"Tadi kan, Maya udah jelasin. Om Harun takut nggak bisa menjaga Maya, apalagi sakitnya makin parah. Makanya mereka cepet-cepet dinikahin,* jelas Rio.

"Tapi, gue rasa keluarga Maya dan keluarga Aby itu nggak saling kenal sebelumnya. Aneh aja, mereka tiba-tiba langsung jodohin mereka." Fia benar-benar tak bisa menerima penjelasan yang diberikan Maya dan Rio, rasanya aneh, ia merasa ada yang disembunyikan mereka darinya.

Rio menghela napasnya, lalu berdiri hingga saling berhadapan dengan gadis itu. "Tau apa, sih, lo tentang keluarga Aby dan Maya? Mereka udah saling kenal atau nggak, bukan urusan lo. Lagian, lo tau dari mana coba kalau mereka nggak saling kenal?" tanyanya.

Rumah Sepasang Luka ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang