Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Theo itu ganteng banget, ya."
Sheila mengangguk, "Emang ganteng anaknya. Tapi jangan sampe lo suka sama dia, Lun. Yang ada tiap hari makan ati mulu."
Kaluna Sheerina, murid baru yang sejak awal sudah menaruh perhatian pada sosok Theodoric Sky. Lelaki yang dikenal satu sekolah bahkan para guru. Bukan karena kepintarannya, tapi karena cowok itu sering mencari ribut dengan anak kepala sekolah, mengikuti tawuran, balap liar, dan Theo dikenal memiliki temperamen yang buruk.
Namun sejak awal, Kaluna melihat Theo dari sudut pandang yang berbeda. Theodoric Sky hanya manusia biasa yang sama saja seperti manusia lainnya. Kaluna selalu merasa bahwa Theo memiliki sisi lain yang tak pernah ia tunjukkan didepan orang-orang. Dan Kaluna tertarik dan merasa penasaran dengan sisi lain itu.
"Gue rasa selain mental, kejiwaannya juga agak terganggu." Sheila berbicara lagi, sembari menatap sosok Theo yang sedang berkumpul dengan teman-temannya.
"Kayaknya dia kesepian."
"Gue engga tau sih ini bener apa gak. Tapi gosip ini udah jadi konsumsi umum. Dulu, orang-orang itu kenal Theo sebagai cowok ramah yang suka senyum, sopan, anti banget sama yang namanya berantem. Dia bahkan selalu nyapa guru. Pokoknya, bener-bener beda banget sama yang sekarang."
"Lo percaya itu gak?"
"Percaya sih, soalnya gue emang pernah ngeliat dia beberapa kali senyum buat nyapa guru, dia juga keliatan gak ragu buat bantu temen-temennya. Kayaknya waktu itu, waktu gue masih kelas sembilan. Waktu gue naik ke kelas sepuluh, gue justru kayak ngeliat orang yang berbeda. Theo bener-bener udah berubah." Sheila menyuapkan batagornya kemudian menatap Kaluna. "Gak ada yang tau penyebabnya. Tapi sejak itu, Theo keliatan gak akur sama anak kepala sekolah."
Fyi, sekolah tersebut adalah salah satu sekolah elite yang siswa-siswinya kebanyakan dari kalangan atas. Pemilik sekolah, menempatkan Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas di satu kawasan yang sama. Kedua gedung empat tingkat itu, sengaja dibangun bersebelahan.
Kaluna mengangguk-anggukkan kepala, "Jayden? Bukannya dulunya mereka temenan?"
"Hm. Dulunya sih gitu."
"Gue duluan, ya." Kaluna bangkit, ia berjalan keluar kantin setelah netranya berhasil menangkap pergerakan Theo yang bangkit dan menjauh dari teman-temannya. Dia mengikuti Theo dengan jarak aman.
Jika menurut penglihatan Kaluna, Kakak kelasnya itu, Theodoric Sky, seperti tidak memiliki penopang hidup. Lelaki itu seolah hanya mengikuti alur kehidupan yang sudah ditakdirkan untuknya. Beberapa kali Kaluna menyadari tatapannya yang kosong saat memperhatikan Theo.
"Gak bisa jalan yang bener? Minggir."
Suara dingin Theo terdengar menusuk dan tajam, menginterupsi seorang gadis yang langsung bergerak minggir kemudian berjalan cepat menjauhinya.