Makan Malam

6 1 0
                                    

Rena terbangun dari tidurnya. Ia tersenyum. Undangan malam dari kekasih hatinya Ivan, membuatnya berfantasi kalau ia akan dilamar. Rena masih muda . Dua puluh empat tahun. Ivan empat tahun diatasnya. Mereka sudah berpacaran dua tahun. Dan mereka berdua memiliki karir yang cukup bagus. The Roof Top, restoran mewah dikotanya. Harus dengan reservasi, dan Ivan sudah booking dari dua minggu yang lalu.

Tiga mingu lagi kakaknya, Raisa, akan melangsungkan pernikahan. Dan mereka hanya beda sebelas bulan. Bayangkan, semua tamu akan bertanya kapan ia akan menyusul kakaknya. Raisa seorang dokter. Baru lulus dan ia akan menikah dengan seorang dokter spesialis bedah. Mama, membesarkan mereka berdua seorang diri. Papa memilih pergi mengejar cinta lamanya. Saat itu Rena masih lima tahun. Perkawinan papa dengan mama adalah perjodohan. Mama seorang bidan yang cukup terkenal. Dan benar saja. Sore ini ia menelfon Rena

"Hallo, Assalamualaikum",sapa suara disana

"Walaikumsalam ma"

"Kamu sudah makan?. Pekerjaan kamu di Bank itu sangat melelahkan. Bagaimana kamu kalau bantu klinik mama".

"Ma, Rena suka bekerja di Bank. Ga semua kan harus ceritanya tetang suntikan dan obat".

"Oh ya, bagaimana dengan pacar kamu itu Ivan?. Kamu tau ngga banyak yang nanyakin ke mama Rena kapan nyusul?, sudah ada calonnya belum?. Mama jawab apa coba?", cerocos mama lagi diseberang sana.

"Ma, besok malam Ivan ajak Na ke resto mewah. Fine Dining. Semoga saja Ivan akan melamar Na disana ma. Doain yah ma",balas Rena.

"Terus kamu jangan pakai telat lagi, rapat mendadak lah, selling day lah employee gathering, entah apa alasan lainnya lagi. Pokoknya kali ini semua harus perfect dan mama cuma mau dengar anak mama dilamar!".

"Doain deh ma semua lancar. Besok Na juga dah cuti kok ma. Sekalian ambil baju seragam Ivan buat pesta mba Raisa di laundry".

"Oh ya jangan lupa kamu ambilin selendang mama ditukang payet langganan kita yah".

"OK ma, nanti Na ambilin"

"Na, jangan capek-capek banget. Mama sayang kamu"

"Bye ma"

Rena menghela nafas Panjang. Ia lega. Doa mama baginya sebuah afirmasi bahwa keinginannya akan segera terkabul. Rena memiliki sebuah rumah minimalis berlantai dua. Lokasinya strategis. Tapi ia tidak memiliki kendaraan pribadi. Baginya memiliki rumah jauh lebih crucial. Rena melihat agendanya dan mulai memeriksa list yang dibuatnya.



Adrian seorang pria sederhana. Tidak terlalu tampan. Juga tidak jelek. Penampilannya juga biasa saja. Memakai kacamata bingkai hitam dengan lensa tebal. Ia seorang pengacara yang tengah naik daun. Memenangkan beberapa case penting. Terakhir pembunuhan seorang bintara polisi. Membuatnya diliput berbagai media. Sontak bayarannya melambung. Tapi tidak membuatnya besar kepala.

Hal ini juga membuatnya diliput di berbagai media dan FYP di media sosial. Itulah awal Melinda tertarik melihatnya.

"Wow Melin, lawyer muda ini lumayan sepertinya", cetus Rara sahabatnya.

"Lumayan what?, cupu?, nerd?" tanya Melinda sinis.

Bukan goblok. Lihat ini, ingat ngga ini senior kita di SMA yang dulu suka banget sama kamu. Naksir",balas rara sewot.

"Which one? Yg naksir sama aku dari dulu ituh banyak",balas Melinda sambal memonyongkan mulutnya.

"Adduh stupid, Adrian, murid teladan SMA kita. Terus dia lulus FH-UI. Kan pak Ranto kepsek kita tuh bangga banget sama dia", terang Rara gusar sambil mengibaskan rambutnya.

Saat Aku Bertemu RenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang