Rumah Tahanan
Shafira duduk di kursi, meletakkan tasnya di atas meja dan menyilangkan tangan di dada, "Jadi, beritahu saya kenapa saya harus ada di sini." Ada seorang pengacara dan tersangka di depannya.
Gina Abdurrohman, si pengacara berkata, "Saya yakin klien saya ingin membicarakan sebuah kesepakatan."
Melirik sejenak pada kliennya yang nyengir dengan wajah seram ke arahnya, Shafira kembali menatap Gina, "Ibu Gina, klien anda adalah seorang pembunuh dan pemerkosa anak, kesepakatan yang bisa saya tawarkan kepadanya hanyalah makan malam gratis dimalam terakhir sebelum dieksekusi."
"Dia mengaku kepada saya bahwa di masa lalu, dia membunuh dan menguburkan seorang gadis kecil di suatu tempat, dia akan mengungkapkan identitas gadis itu dan di mana dia menguburkan jenazahnya jika Anda setuju dengan kesepakatan itu," Gina berbicara lagi, menjelaskan detilnya.
Shafira tertawa kecil, "Kita sudah tahu kalau dia memperkosa dan membunuh 4 gadis kecil, jadi tidak ada....."
"Mereka ada 5, bukan hanya 4." Tiba-tiba Rommy, si tersangka memotong perkataannya. Dia menyeringai lebar, memperlihatkan deretan giginya, wajahnya penuh kepongahan dan rasa bangga.
Shafira merasakan kengerian untuk beberapa saat, namun menenangkan diri, "Kita tidak butuh korban ke-5, 4 korban saja sudah cukup untuk menyeretmu."
"Apakah kamu tidak ingin memberikan ketenangan pada ibunya?" Rommy berusaha memprovokasi dia.
"Beri saya nama gadis ini!" Shafira berusaha tenang.
"Dia adalah korban pertamaku, dia manis, sangat lembut, imut sekali..!" dengan ekspresi menerawang yang menjijikkan, Rommy terus mengoceh, aksinya berhasil memancing Shafira.
"Beri saja saya nama gadis ini!" Kata Shafira dengan setengah berteriak, menggertakkan giginya menahan marah.
."Hapus hukuman mati untukku, lalu aku akan meneriakkan namanya padamu!" Rommy memberikan kata-kata terakhirnya.
Merasa semua percuma, Shafira berdiri, mencondongkan tubuhnya ke arah Rommy, dan berbisik, "Kamu akan menyesali keputusan ini suatu hari nanti!"
--------------------------------------------------- ---------------
Kantor Kejaksaan (ruangan pimpinan)
Ada perdebatan mengenai keputusan tentang hukuman Rommy.
"Kita itu bekerja untuk rakyat Shafira," Gunawan Arby, sang pimpinan mencoba menyadarkan asistennya yang tiba-tiba memberikan tawaran yang tidak masuk akal. "Dan masyarakat ingin dia mati, kita ingin dia mati, semua orang ingin dia mati."
"Tolong Pak! Coba pikirkan ibu gadis itu, dia perlu tahu tentang putrinya." Bujuk Shafira.
"Tetapi ibu-ibu lain ingin dia mendapat hukuman mati."
"Apakah Bapak sudah menanyakan kepada semuanya?"
"Saya tidak perlu bertanya, itu sudah pasti!" Jawab Gunawan, tapi entah kenapa dia merasa tidak yakin.
Shafira berjalan menuju pintu, dan membukanya, lalu mempersilahkan seseorang untuk masuk ke dalam.
"Ini Bu Wulan Tsanita, ibunya Sheena," Shafira memperkenalkannya pada Gunawan. Keduanya berjabat tangan.
"Saya ikut prihatin atas apa yang menimpa Sheena, Bu! tapi saya berterimakasih dan bangga karena dengan keberaniannya melarikan diri, kita bisa menangkap penjahatnya." Ucap Gunawan sambil mempersilahkan Wulan untuk duduk.
"Ada yang bisa kami bantu?" Gunawan bertanya dengan sopan.
"Saya ingin bajingan itu mati!" Wulan berkata dengan suara tegas, ada amarah di dalamnya. Gunawan melihat ke arah Shafira. Wulan melanjutkan, "Tahukah anda? saat Sheena menghilang, setiap detik, setiap saat saya mengkhawatirkannya, saya tidak bisa tidur, saya menangis sepanjang waktu, saya merasa frustrasi dan marah, dan bahkan terkadang, tanpa saya sadari, saya menjerit sekuat tenaga, 3 hari itu seperti neraka bagi saya," matanya berkaca-kaca, "Makanya saya tidak bisa membayangkan ada ibu malang yang menghadapinya selama bertahun-tahun."
KAMU SEDANG MEMBACA
Justice will Prevail ?? (Versi DDC)
FanfictionPerjalanan seorang jaksa bernama Shafira paringadi dan timnya dalam menangani sebuah kasus. Karakter diambil dari sebuah sinetron berjudul Diantara Dua Cinta yang ditayangkan SCTV Disclaimer : Penulis tidak belajar dibidang hukum, jadi jika ada ist...