"Karina... Ya ampun kalo masak yang benar, ini ga enak..." Teriak Diana sambil melemparkan piring berisi pie apel buatan Karina.
Bunyi pecahan piringnya terdengar hingga ke kamar utama rumah itu.
Sementara Karina meringis ketika jarinya terluka karena memunguti bekas pecahan piring.
"Kenapa ini?" Tanya Prasetya sambil menuruni tangga.
"Biasa ini, anakmu kalo bikin sesuatu ga pernah benar," Ucap Diana sambil melirik sinis Karina.
"Sudahlah, kalau ga suka ya ga usah dimakan ga perlu dilempar," Ucap Prasetya sambil berjalan menuju pintu utama.
Diana nampak tak peduli dengan tanggapan suaminya.
"Karina bereskan itu, lalu pergi ke kamar," Ucap Prasetya yang kemudian kembali lagi dengan sebuah paper bag.
"Ini bawa, baca petunjuk di dalamnya! Mulai hari ini kamu tinggal dirumah calon suami mu." Jelas Prasetya.
"Suami?" Tanya Karina.
Namun Prasetya tak menjawab dan memilih meninggalkan ruang makan.
"Iya, kamu akan segera menikah dengan pilihan ayahmu," Ucap Diana.
"Selesaikan semua dan lakukan apa yang ayahmu suruh." Lanjut Diana sambil berlalu pergi.
Karina hanya menunduk kemudian menganggukkan kepalanya.
***
Sore itu Karina sudah melangkahkan kakinya di sebuah jalan menuju rumah besar.
Karina memang diantarkan oleh salah satu sopir ayahnya tapi hanya sampai gerbang perkebunan.
Itulah yang membuatnya harus berjalan sambil menarik dua kopernya secara perlahan.
Karina tidak pernah menyangka akan pindah ke sebuah rumah di tengah perkebunan anggur nan luas.
Saat mendekati pintu utama rumah itu Karina melihat seseorang sedang menurunkan beberapa barang dari mobil.
"Permisi pak, saya mau tanya dimana saya dapat menemui tuan Jeno?" Tanya Karina dengan sopan.
"Nona Karina?" Tanya pria itu.
"Iya," Jawab Karina.
"Perkenalkan saya Sungchan," Kepala Pelayan di rumah tuan Jeno.
Karina hanya mengangguk kemudian menunduk.
"Mari, saya antarkan ke ruangan tuan Jeno," Ucap Sungchan kemudian memandu jalan menuju ruang kerja Jeno.
Karina mengangguk kemudian mengikuti Sungchan hingga mereka sampai di depan sebuah pintu.
Sungchan mengetuk kemudian membuka pintu, lalu mempersilahkan Karina untuk masuk.
Karina masuk dengan membawa 2 kopernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Very well Marriage
FanfictionJeno menatap Karina dibalik meja kerjanya. "Angkat kepalamu, jangan terlalu sering minta maaf," Ucap Jeno. "Atau nanti kata maaf mu tidak akan ada harganya lagi." Sambung Jeno. "Saya..." Ucap Karina ragu-ragu sambil mengangkat kepalanya. This only f...