Bab 2

72 6 0
                                    

Ini sudah hari ketiga Karina berada dirumah Jeno, namun ia masih belum selesai menelusuri isi rumah itu.

"Wah disini juga ada perpustakaan" Ucap Karina sambil memasuki ruangan yang penuh dengan buku-buku.

Karina menelusuri tiap rak dan lemari yang ada hingga ia menghentikan langkahnya didepan sebuah bingkai foto.

"Tuan Jeno terlihat sangat berbeda difoto ini" Ucap Karina.

"Tuan Jeno sepertinya memiliki persahabatan yang menyenangkan" Ucap Karina pilu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tuan Jeno sepertinya memiliki persahabatan yang menyenangkan" Ucap Karina pilu.

Karina nampak sedih, karena jika mengingat kembali masa-masa sekolahnya ia tak pernah memiliki teman.

Kehidupannya dihabiskan di dalam rumah, hanya ada 1 guru yang mengajarinya sejak kecil hingga lulus semua jenjang pendidikan.

Karina sangat penasaran bagaimana rasanya berjalan-jalan diluar dan menghabiskan waktu bersama teman.

***
Selesai makan malam Karina memberanikan diri untuk menemui Jeno diruang kerjanya.

Karina mengetuk pintu, kemudian masuk ketika sudah menerima jawaban.

"Tuan, saya minta maaf karena telah menyinggung anda di hari itu, anda jadi tidak bisa sarapan karena saya yang bodoh ini," Ucap Karina dengan nada takut sambil menunduk sangat dalam.

Jeno menatap Karina dibalik meja kerjanya.

"Angkat kepalamu, jangan terlalu sering minta maaf," Ucap Jeno.

"Atau nanti kata maaf mu tidak akan ada harganya lagi." Sambung Jeno.

"Saya..." Ucap Karina ragu-ragu sambil mengangkat kepalanya.

"Sudah cukup, ini sudah malam lebih baik segera pergi beristirahat," Ucap Jeno.

"Baik, saya permisi." Ucap Karina lalu pergi meninggalkan ruangan itu.

"Cukup unik," cicit Jeno saat Karina sudah pergi.

Saat Donghae ayah Jeno mengabarinya kalau ia sudah memilihkan seorang wanita untuknya.

Donghae juga mengabari bahwa ayah wanita itu sangat perhitungan terhadap anaknya, dan meminta mahar yang besar untuk dapat mempersunting Karina.

Jeno saat itu sempat berfikir apa yang namanya Karina matre dan gila harta.

Namun kini Jeno sadar bahwa mungkin ayah Karina menganggapnya sebagai aset.

***

Sabtu pagi yang cukup tenang diperkebunan, karena semua karyawan dapat memulai aktifitas lebih siang.

Jeno berdiri di balkon dan menatap setiap sudut perkebunan, hingga tanpa sadar dia menemukan karina yang tengah berlarian diantara pepohonan.

"Permisi Tuan, ini kopinya." Ucap Sungchan sambil menaruh secangkir kopi di meja.

Namun Jeno tak menggubrisnya.

Sungchan menghampiri Jeno untuk melihat apa yang sampai menyita perhatian Jeno demikian.

"Oh nona Karina," Ucap Sungchan mengerti.

Jeno masih tak menanggapi.

"Nona Karina memang selalu menelusuri perkebunan seusai memasak sarapan," Ucap Sungchan.

"Tiap karyawan disini selalu disapa dengan ramah sambil dibawakan sarapan hasil masakan nona Karina," Jelas Sungchan.

Jeno cukup kaget mendengarnya.

"Panggil dia kemari, dan bawakan segelas teh untuknya." Suruh Jeno pada Sungchan.

"Baik tuan," Jawab Sungchan kemudian berlalu pergi untuk melaksanakan perintah Jeno.

Taklama kemudian Karina datang dengan ragu-ragu.

"Duduklah," Ucap Jeno saat Karina datang.

"Permisi," Sungchan datang lalu meletakkan teh di meja kemudian pergi.

"Kita belum banyak bicara," Ucap Jeno.

Karina mengangguk sebagai jawaban.

"Coba ceritakan tentang dirimu," Suruh Jeno.

"Emm, tidak ada yg spesial tuan," Ucap Karina ragu.

"Tak apa, ceritakan apapun," Ucap Jeno antusias.

"Saya hanya belajar dirumah sejak kecil, kemudian saat sudah dinyatakan lulus ujian hanya membantu ayah memastikan semua hal dirumah sudah dikerjakan." Ucap Karina.

"Apa kau tidak pergi kesekolah?" Tanya Jeno penasaran.

Karina menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"Memasak dan membersihkan rumah?" Tanya Jeno.

Karina mengangguk.

"Setiap hari?" Tanya Jeno lagi.

Karina mengangguk lagi sebagai jawaban.

"Apakah tidak ada pembantu dirumah mu?" Tanya Jeno penuh selidik.

Kemudian Karina menggeleng.

"Dulu ada Bibi Jo, namun mama mengusirnya saat aku kecil." Mencoba menjelaskan.

"Gila!" Ucap Jeno dengan nada tinggi.

Karina tersentak.

"Oke baiklah sekarang begini, mulai besok datang ke pabrik, kau lihat bangunan besar disana." Ucap Jeno sambil menunjuk sebuah bangunan yg tidak jauh dari perkebunan.

Karina menengok mengikuti arah yang Jeno tunjuk, kemudian mengangguk.

"Disana ada Joy, kau bisa memanggilnya kak Joy," Ucap Jeno.

"Kau bisa belajar apapun yang kau mau tentang usaha ini padanya." Tambah Jeno.

"Baiklah," Jawab Karina semangat.

"Aku mau tanya..." Ucap Karina ragu.

"Ya," Jawab Jeno singkat.

"Apakah disini ada sepeda? Bolehkah aku memakainya? Emm perkebunan sangat luas akan menyenangkan jika aku bisa menggunakan sepeda." Ucap Karina.

"... Sepertinya ada, minta pada Sungchan untuk menyiapkannya." Ucap Jeno.

"Kalau begitu aku pergi keruang kerja dulu, jika butuh apapun jangan ragu untuk menyampaikannya." Ucap Jeno sambil berdiri, kemudian melangkah pergi.

"Baik tuan," Jawab Karina.

Next...

💕💕

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Very well Marriage Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang