Once Upon A....

2.2K 187 12
                                    

Denting jam di dinding. Suara kumbang mengerat di luar. Cahaya matahari yang menembus celah jendela. Suara anak kecil yang bersahutan dari arah taman. Air mengalir dari pancuran.

Musim panas.

Sasuke berguling di atas karpet kamarnya. Matanya tidak fokus pada layar televisi di mana permainan konsol yang sedang dimainkannya ditampilkan. Dia terus mencuri-curi pandang ke arah ponselnya.

"Aku menang!" Naruto bersorak. Dia berdiri dan mulai mengejek Sasuke dengan membuat gerak-gerak menyebalkan.

"Ya, ya, kau menang." Jawab Sasuke tak peduli. Dia sudah meletakkan konsolnya dan berbaring telentang sambil memegang ponsel yang layarnya menghadap tepat di depan kedua matanya.

Naruto duduk kembali di tempatnya dan mengambil satu bungkus keripik kentang yang belum dibuka. "Kau menunggu pesan masuk?" Tanyanya sambil menguyah. Beberapa remah keripik jatuh mengotori karpet di bawahnya.

Tidak ada jawaban dari Sasuke. Pemuda itu masih fokus pada layar ponselnya. Kedua bola matanya seolah tertancap di sana.

"Kau main game?" Naruto terus bertanya berisik. Dia meninggalkan camilannya dan bergeser mendekat ke arah Sasuke. Mencoba untuk mengintip apapun yang sedang dilakukan sang sahabat.

"Jangan mengintip!" Risih Sasuke. Tangannya menjauhkan ponselnya dari Naruto.

Tapi percuma. Naruto sudah memasang wajah mengejek kepadanya. Sorot matanya menahan geli. Bibirnya membentuk senyum menyebalkan.

"Kau menunggu pesan masuk dari Sakura kan?"

Wajah Sasuke terasa memanas. Pasti ada rona merah yang muncul di pipinya. Jadi dia menolehkan wajahnya dari Naruto.

"Atau justru kau yang ingin mengiriminya pesan?" Naruto masih kekeh ingin tahu urusannya. "Apa kau mau mengajaknya ke festival kembang api malam ini?"

"Tolong diam, Naruto!" Bentak Sasuke. Dia dari tadi sudah bersabar menghadapi Naruto ditambah lagi kegalauan pribadinya perkara kisah cintanya.

Naruto mengerjap. Sedikit terkejut dibentak oleh sang sahabat meski menghadapi mood Sasuke yang seringkali berubah layaknya fluktuasi uang sakunya jika ayah dan ibunya sedang kesal dengan tingkah lakunya adalah hal yang biasa.

"Jangan marah-marah, Sasuke. Aku hanya mau memberitahu padamu kalau kau berencana mengajaknya ke festival, maka kau sudah terlambat. Kemarin aku melihat Sasori, kakak kelas kita mengajaknya duluan ke sana."

Sasuke langsung duduk tegap. Dia menatap mata Naruto lekat. Berusaha untuk mencari tahu apakah sahabatnya sedang berbohong atau tidak.

Seolah tahu sedang dicurigai, Naruto coba menjelaskan tanpa perlu dipinta. "Aku tidak bohong. Aku melihatnya sendiri tapi-.." Kalimatnya tidak sempat selesai.

Sasuke sudah berdiri dan berlari keluar kamar seperti orang kesetanan.

***

Percaya diri itu memang baik, tapi ada kalanya juga untuk sadar diri. Selama ini Sasuke pikir Sakura menyukainya. Alasannya karena semenjak mereka saling kenal kala jadi teman satu kursus privat waktu SD hingga bersekolah di SMP dan SMA yang sama, Sakura hanya dekat dengannya dan selalu diam-diam mencuri pandang ke arahnya.

Jujur saja Sasuke suka pada gadis itu. Sakura cinta pertamanya. Bahkan hingga saat ini, ketika mereka berdua sama-sama berstatus resmi sebagai siswa SMA, belum ada gadis lain yang menarik hatinya.

Sakura masih jadi juaranya. Dan dia berharap Sakura juga menetapkan dirinya sebagai juara di hatinya.

Sasuke dan tingkat percaya diri yang tinggi memang satu paket. Ibaratnya membeli nasi plus karage plus sup miso plis teh hijau di kombini di dekat rumah. Lengkap.

(VOL.6) SASUSAKU ONESHOT COLLECTION - TEENAGE DREAM ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang