Prologue

3.3K 174 2
                                    

"Setiap karya pasti memiliki keistimewaan tersendiri"
~Nh



Pyar!

"PERGI! KARNA KAU HIDUP KU SELALU DALAM KESIALAN!"

"El-

"Shut up! jangan kau ucapkan nama ku dengan mulut sialan mu!"

Wanita itu meluruh, tubuhnya tak kuat menopang dirinya sendiri. Dia menangis sesenggukan dengan tangisan yang memilukan bagi yang mendengarkannya.

"Mari kita cerai"

♣♣♣

Makam yang selalu dia kunjungi tak pernah terlewat sehari pun, walau pulang berujung sakit. Tapi tetap dia tak pernah merasa kapok ataupun menyesal.

"Maaf, karena aku tidak bisa melepaskan mu"

Melihat gundukan tanah yang mulai dipenuhi rerumputan hijau, tidak terasa satu tahun istrinya telah meninggalkan dirinya untuk selamanya.

Dia meletakkan seikat bunga lily putih kesukaan nya di depan batu nisan istrinya. Mencium batu nisan penuh rasa rindu, bersalah, juga marah menjadi satu.

💐Shelza Devronka D.

"Sepertinya hujan akan turun. Mari kita pulang, ayah belum minum obat" peringat sang anak kepada ayahnya, melihat awan yang mulai menutupi sang surya

"Untuk apa bertahan jika titik kehidupan ku saja tidak ada" kalimat ayah nya mampu membuat langkah sang anak yang mendahuluinya terhenti

"Bawa pulang papa sebelum hujan" pesan sang anak pada salah satu bodyguard, sebelum ia benar-benar pergi

¦
¦

Cahaya temaram hanya diterangi lampu disko, dentuman musik yang keras, banyak nya manusia yang berjoget ria tanpa rasa malu, juga aroma alcohol drinks yang menyeruak.

"One Everclear"

Bartander terkejut! Untuk pertama kalinya ada orang yang memesan cocktail dengan kadar alkohol tertinggi di dunia?!

Satu kata yang cocok untuk pria muda itu ialah 'gila'. Seberat itukah problemnya sampai dia memesan jenis cocktail tertinggi?
Namun tetap sang bartender melayani pesanannya.

Segelas Everclear tepat ada dihadapan pria muda itu. Tanpa keraguan dia mulai meminum nya. Rasa hambar juga panas mengalir ditenggorokannya.

Pikiran mulai melayang, tubuhnya mulai tidak seimbang untuk sekedar duduk. Ini minuman mematikan. Tapi dia suka.

"Bunda.. mari pulang sama Tara" lirih pria muda itu dengan suara tersendat

"Aku tahu bunda pasti sayang sama Tara walau hanya secuil. Papa jahat ya..bunda, tapi dia orang baik kok"

"Maafin papa ya bun.. disisi lain aku seneng bisa lihat bunda meskipun dari jauh, disisi lain juga aku sedih lihat bunda yang tertekan"

Tangannya meraih gelas, baru dia akan meminum air bening itu lagi justru terjatuh sebab rampasan seseorang

"Pulang" perkataan tersirat perintah seseorang membuat pria itu marah

"Gak usah ikut campur!" desis nya tajam walau dengan keadaan mabuk

"Jelas gue ikut campur disaat lihat pacar gue kek orang gila!" menarik pria tersebut dengan kasar "sadar Ra"

Pria itu terkekeh "Gue gila? haha sepertinya itu cocok ya gak, Ca?"

Bugh!

Terpaksa pria itu sadar sebab satu pukulan yang diberikan gadisnya, "Bokap lo kritis Tara, dan lo merenung kek orang bodoh?!" emosi gadis itu sudah di ubun-ubun lantaran hilang akalnya pacarnya

"P-papa?" setelah mengatakan itu pria tersebut langsung pergi meninggalkan gadis yang memandang dia sendu

¦
¦

Kemeja putih lusuh, rambut acak-acakan dengan raut campur aduk antara menyesal, sedih, takut menjadi satu.

Dia mondar-mandir gelisah, doa demi doa ia panjatkan pada maha kuasa. Terkadang dia memukul kepalanya untuk menghilangkan rasa mabuk yang masih terasa.

"Minumlah" sodoran air diberikan oleh gadis yang menjabat sebagai pacarnya.
Pria itu menggeleng bermaksud menolak

Pria dengan almamater putihnya keluar dari ruangan ICCU. Berharap dokter itu memberikan kabar baik

"Maafkan kami tuan muda" melepas masker medisnya dengan raut tanpa ekspresi namun sorot mata yang jelas membuat tubuh pria muda itu merosot lemas

Tidak mungkin..

Papanya.. pergi juga?

Tuhan mengambil ayahnya juga? Baru genap satu tahun bundanya tiada, sekarang ayahnya?

"Ca.. gue se-gak boleh bahagianya ya..?" aduan pria muda itu terdengar menyesakkan dihati

Gadis itu hanya bisa menangis diam, dia baru menjalani satu setengah tahun bersama pria yang ada didekapannya. Tapi, dia bisa merasakan sesulit apa kehidupan pacarnya.

Hidup dikeluarga kaya belum tentu seenak kelihatannya.

"Gue sendiri Ca.. gue sendiri sebelum mereka datang
Papa.. Bunda.. semuanya pergi tanpa memikirkan gue..
Kalau gue mati, apa mereka akan menyayangiku disana?"

"Susst.. lo gak sendiri, mereka menyayangimu hanya saja takdir sedang menguji kamu" mendekap lebih erat kepala pria muda yang menangis pilu

"Andai kehidupan kedua ada, gue harap lo bahagia dengan apa yang lo pengen Ratara"

♣♣♣

Dengan yang baru, ku harap bisa menyelesaikan sesuai harapan

See you next time👋

Just MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang