9. 'Even If You Don't Need My Hand'

128 22 1
                                    

Sungchan tidak sempat memikirkan alasan yang tepat untuk mendasari keputusannya berangkat sekolah sepagi ini. Apalagi, dia tidak serta-merta melangkah ke sekolah. Melainkan━


━ke rumah Yujin.

Kepalanya kosong dan dia sudah menduga barang kali ia terkena sihir dari seseorang. Satu-satunya yang ia pikirkan adalah, ia ingin segera sampai ke rumah Yujin sebelum gadis itu berangkat ke sekolah. 

Tidak. Sungchan bukan ingin berangkat bersama Yujin. Dia hanya ingin bertemu dengan adik kelasnya itu. Dia tahu mereka akan bertemu di sekolah nanti. Hanya saja, ia terdorong untuk bertemu dengan Yujin lebih cepat.


Namun, semua niat itu buyar begitu saja ketika ia menangkap sosok Jihoon tengah berdiri di depan rumah Yujin dengan sepeda motornya. Beberapa saat setelahnya, Sungchan menyaksikan Yujin keluar dari balik pintu dan menyapa Jihoon dengan senyum paling cerah yang dimiliki gadis itu.

Sungchan menghela nafas. Hari ini━atau mungkin sejak beberapa hari sebelumnya━ia adalah orang paling linglung di dunia, dan itu semua karena Yujin. Tapi anehnya, Sungchan tak lagi marah. Ia hanya merasa lemas, entah apa alasannya.

Sungchan sempat berdiri di balik tiang listrik untuk beberapa saat, sebelum akhirnya memutuskan untuk balik kanan karena merasa tak ada yang perlu dia lakukan.

Udah lah! Lagian gue mau ngapain dah, mereka udah pasti saling suka!

Dan tepat ketika Sungchan hendak balik badan━


"Loh? Sungchan!"

Jihoon menyerukan namanya dengan ramah. Ia lalu melambai-lambaikan tangan. Ia tak tahu jika Yujin di belakangnya tengah kaget setengah mati. Sama halnya dengan Sungchan yang sebenarnya sangat tidak ingin dipanggil.

Jihoon memberi Sungchan kode untuk mendekat, membuat Sungchan dan Yujin semakin canggung dengan kondisi tersebut. Meski begitu, Sungchan tak punya pilihan lain selain mendekat. Sesekali ia menggaruk tengkuknya, berusaha mencari alasan agar tak terlihat seperti orang bodoh yang lupa arah ke sekolah.

Dan untungnya━atau sialnya━ponsel Jihoon berbunyi tepat ketika Sungchan berjarak kurang lebih dua langkah dari Jihoon dan Yujin. 

"Eh, bentar ya." 

Jihoon mengangkat telepon itu dengan wajah semringah, seperti baru mendapat kabar paling baik di muka bumi. Sungchan menyaksikan bagaimana Jihoon sempat menghela nafas dua kali sebelum mengusap kepala belakangnya dan menjawab telepon itu dengan nada bicara selembut salju, "Ya, Aeri?"

Sungchan menatap Yujin yang juga menatapnya kikuk. Hanya sepersekian detik, mereka langsung membuang tatapan itu ke sembarang arah. 

Selama beberapa menit, Sungchan seolah kehilangan Yujin dari pikirannya. Ia hanya fokus pada gerak-gerik Jihoon. Jelas sekali bahwa meski raganya berdiri di sini, hatinya seolah berada di seberang sana━bersama seseorang yang tadi dipanggilnya Aeri. 

Matanya yang berbinar-binar dan senyumnya yang tak larut. Kakinya tak bisa diam, sibuk menendangi angin yang entah punya salah apa. Telinganya juga memerah. Tangannya juga tak henti mengusap rambut ke depan dan belakang, sesekali berdiam di tengkuk, sesekali menjambaki rambutnya, dan sesekali mencubit-cubit telinganya. Jelas sekali, Jihoon sedang salah tingkah.


Tak lama, Jihoon menjauhkan ponselnya dari telinga dan menyimpannya ke dalam saku. Ia lalu mendekat dengan tatapan yang masih berbinar-binar. 

"Eh, Yujin. Sorry banget, gue harus pergi sekarang. Lo sama Sungchan ya berangkatnya. Oke?" kata Jihoon sebelum ia menyodorkan Yujin telapak tangannya, menunggu Yujin untuk memberi hi five padanya━yang langsung Yujin sambut. "Sorry ya, nanti gue traktir es krim deh."

Her Panorama [RIIZE Sungchan x IVE Yujin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang