“Hey, kamu baik-baik saja?”
Pertanyaan tersebut dilontarkan kepadaku namun, aku menghiraukannya. Seorang bapak tua berdiri di sampingku sambil menatapiku yang sedang duduk dengan muka murung.
“Hey nak!” panggil bapak itu.
Aku hanya menatap kosong sambil memikirkan apa yang telah terjadi siang tadi, mengingatnya saja sudah membuatku ingin muntah.
“Hey! Kalo dipanggil tuh jawab!” teriak bapak itu membuyarkanku dari lamunanku. Aku melirik ke arah bapak itu dengan pandangan kosong dan bertanya.
“Apa yang kamu mau?” tanyaku, tidak bisakah aku memiliki ketenangan?
“Kamu itu dari tadi ditanya diem saja, emang kenapa sih? Kamu terlihat sedih,” kata bapak itu khawatir. Mendengar itu, aku hanya bisa tertawa kosong yang membuat bapak tua itu diam kaget.
“Ya, gimana ya… lagi susah aja hidup,”
“Kamu masih remaja gini aja bilang hidup susah, bayangkan kalau kamu udah tua nanti kaya bapak,” balas bapak itu mendengus kesal.
“Emang kenapa sih? Masalah percintaan?” lanjutnya. Mendengar itu aku hanya diam sebelum akhirnya, aku mengangguk dengan pelan. Tidak ada salahnya memberi tahu bapak itu. Bapak tua itu menghela nafas lalu, dia duduk di kursi sampingku.
“Jadi?” tanyanya. Aku diam tidak nyaman menjawab pertanyaan tersebut. Namun, aku menelan perasaan itu dan menjawab.
“Aku mencintainya, aku bahkan mengorbankan semua yang ku miliki deminya tapi, lihat kemana itu membawaku…,” jawabku dengan pahit.
“Aku sudah memberinya semua yang dia inginkan, aku sudah berada di sisinya paling lama tapi, dia dengan cepat pergi meninggalkanku,” lanjutku
Bapak itu hanya diam mendengar keluh kesah ku. Memang terdengar sangat payah kisahku ini, siapa yang sampai hancur begitu jika saja ditinggalkan oleh pacarnya? Sampai duduk di kursi taman meratapi kisah cinta mereka dan berbicara dengan seorang bapak tua yang tidak dikenal, menganggap kalau hidup seketika itu menjadi sangat susah karena ditinggali pacarnya.
Tapi itulah kenyataannya. Aku sudah berada di sisi Adel sedari aku kecil, aku sudah berada di sisinya dalam suka maupun duka. Aku bahkan sudah menjadi pacarnya selama lebih dari 4 tahun. Bagaimana tidak sakit, jika saja orang yang kamu cintai dari masa kecil meinggalkanmu begitu saja tanpa peduli apa yang kamu rasakan. Lebih parahnya lagi, Adel melakukannya dibelakangku, dia tidak berbicara denganku mengenai pemutusan hubungan. Tidak, dia langsung saja pergi dan meninggalkanku dengan orang yang dia cintai.
~
“Hey Adel! Kamu mau ketemuan ga hari ini?” tanyaku dengan anthusias.
“Boleh, mau ketemuan dimana?” tanya Adel dengan senyum kecil. Senyum yang selalu membuat jantungku berdetak lebih kencang, senyum yang hanya dia tunjukkan untukku, senyum yang tidak pernah gagal dalam membuatku bahagia.
“Mau ke mall ga? Aku dengar ada festival di sana,” tanyaku dengan semangat
“Ya sudah! Nanti jemput aku ya~"
“Ok! Jam 12 nanti aku jemput,” balasku dengan tidak sabar. Aku pun pulang ke rumah untuk bersiap-siap. Setelah mengecek apakah pakaianku sudah rapih atau belum, aku langsung bergegas mengambil kunci motorku lalu pergi untuk menjemput Adel.
Aku sangat tidak sabar karena, aku sudah lama tidak bertemu dengan Adel. Aku dan Adel memang sibuk dengan tugas dan ulangan tapi, itu sudah lewat. Untungnya beberapa minggu ini sekolah agak tenang dan tugas yang diberikan guru-guru tidak terlalu banyak. Entah mengapa ada kala dimana Adel menolak dan bilang kalau dia ingin istirahat karena capek dengan tugas sekolah. Tentu saja aku membiarkannya, aku tidak ingin Adel sakit karena tidak istirahat jadi aku membiarkannya saat dia ingin beristirahat. Tapi karena itu, aku jadi sudah lama tidak bertemu dengannya. Tentu saja, ini juga karena kita beda sekolah jadi sedikit sulit untuk bertemu. Tapi mengetahui kalau hari ini adalah hari dengan waktu yang luang, aku berasa senang. Tentu saja aku juga senang karena akhirnya Adel dan aku memiliki waktu bersama.