BAB 2

1.1K 78 15
                                    

MANSION MANOBAN.
07:00 AM.

Di dining Room, terlihat Lisa sedang menyantap sarapannya dengan lahap. Dia di temani oleh Istrinya, Sunmi.

Sunmi menatap suaminya dengan senyum manis. Ada satu fakta yang belum kalian ketahui kalau Istrinya ini Bisu sejak lahir. Sunmi sedikit sulit untuk berkomunikasi dengan Lisa, karena Lisa tidak pernah mengerti bahasa bisindo yang biasa di gunakan oleh orang tuli/bisu. Kalau Lisa mempelajarinya, lambat laun pasti mengerti, tapi masalahnya Lisa tidak pernah mau untuk itu. Terbesit di benaknya saja tidak pernah.

Sunmi mengambil notes kecil dan pulpen lalu menuliskan "Apakah makanannya enak?" Lalu menyodorkan notes itu ke samping Lisa.

Lisa hanya meliriknya sebentar tanpa menjawab. Dia terus makan tanpa peduli dengan keberadaan Istrinya. Sunmi sudah biasa dengan semua ini jadi dia tidak keberatan. Akhirnya dia melanjutkan makannya dalam diam.

Beberapa saat kemudian, Lisa selesai dengan sarapan. Setelah membersihkan bibirnya, dia meminum tehnya sebelum berdiri untuk berangkat kerja. Sunmi yang melihat bahwa Suaminya akan pergi, dia segera ikut berdiri tanpa peduli kalau sarapannya belum selesai.

Lisa benar-benar tidak peduli dengannya. Ketika mereka berjalan keluar, Sunmi meraih lengan Suaminya untuk di peluk, tapi dengan cepat di tepis kasar olehnya.

"Jangan pernah menyentuhku." Kata Lisa dengan sangat dingin lalu dengan cepat berjalan untuk mencapai mobilnya.

"Fuck…." Umpat Lisa. Suasana hatinya langsung berubah menjadi buruk hanya karena di sentuh oleh Istrinya. Dengan cepat mobilnya berjalan keluar dari Mansion mereka.

Sunmi hanya berdiri dan menatap mobil Suaminya dengan perubahan wajah yang tajam.

'Apakah aku harus membunuhnya nanti malam?' 

.

.

.

Sementara Lisa yang berada di dalam mobilnya, hanya menatap keluar jendela. Dia selalu berpikir untuk melawan Ayahnya agar bercerai dari Lee Sunmi. Tapi resikonya terlalu besar. Jika dia bisa, sudah sejak dulu dia menceraikan Sunmi, tapi Ancaman dari Armand Manoban tidak sederhana dan Lisa tidak siap untuk itu.

KRING! KRING! KRING!

Dia melihat nama Ayahnya yang tertera di layar ponsel. Dengan malas dia menjawabnya,

"Hm?"

"Selamat pagi Boy…" sapah Ayahnya dengan sopan.

"Yaa, pagi…" jawab Lisa seadanya. Hubungan mereka sebenarnya buruk. Tapi sepertinya Armand tidak merasa demikian.

"Sudah 5 tahun Lisa, apakah aku belum juga di berikan cucu?" Mulai Lagi. Pikir Lisa.

"Di panti asuhan ada banyak Dad. Kau bisa memilih salah satu di antara mereka." Jawab Lisa dengan santai. Sedangkan Sopirnya berusaha menahan tawa karena jawaban Lisa. Bagaimana dia tidak mendengar percapakan mereka, Lisa menggunakan pengeras suara dengan ponsel yang dia letakkan di saku jas begitu saja. 

"Dasar bajingan. Aku mau darah dagingmu." Teriak Armand dengan keras.

"Kalau begitu, ambil darahku dengan sedikit daging dan tempelkan pada mereka. Sudahlah Dad, jika kau menghubungiku hanya untuk membahas ini, lebih baik kau lumpuhkan lidahmu agar tidak usah berbicara lagi." Balas Lisa dengan malas lalu mematikan panggilan begitu saja.

Dia bosan, karena setiap hari yang Armand lakukan ketika menelponnya hanya untuk membahas hal seperti ini. Dan Lisa selalu menghadapinya dengan cara seperti itu. Sedangkan Sopir di depan, wajahnya sudah memerah karena menahan tawa.

THE SILENT (JENLISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang