PROLOG

106 8 0
                                    


Seorang rookie dari Spanyol memasuki Formula Dua dengan usaha yang tidak sia-sia di tingkat sebelumnya. Saat itu, proteksi dalam mobil belum bisa dibilang terlalu protektif untuk para pembalap. Tetapi, FIA tetap menjalani semua balapan di setiap musim dan merasa yakin bahwa semuanya bakalan baik-baik saja.

Lelaki Spanyol itu bernama, Carlos Sainz Junior. Orang biasa memanggilnya "Carlos".

Carlos lahir di keluarga yang mempunyai seorang ayah, dimana ayahnya adalah pembalap juga dahulunya. Jadi, Carlos terinspirasi menjadi pembalap juga. Tetapi, balapan yang ayahnya alami lebih bahaya daripada Carlos.

Carlos merasa ia akan memiliki masa depan yang cerah bersama teman-temannya di Formula Dua. Di musim pertamanya, ia berteman dengan dua pembalap, yaitu, Charles Leclerc dan Alexander Albon. Dan, mereka berdua mempunyai musim yang sangat berharga, mereka bisa dibilang salah satu trio yang seru dan bahagia di Formula Dua. Mereka selalu mempunyai rasa percaya diri yang tinggi, selalu yakin mereka akan memasuki tim impian mereka di Formula Satu, dan, mereka juga lumayan bagus di musim pertama mereka.

Sehingga, ada tiga pembalap memasuki ke Formula Dua di musim berikutnya, yaitu, George Russell dan Lando Norris. Alex dan George sudah berteman sangat lama, Lando juga begitu tetapi dengan Carlos.

Dan, terciptalah pertemanan dengan lima orang.

-

Suatu hari...

Terjadi suatu insiden di Formula Satu sana, yang bisa dibilang, terlalu kejam untuk didengar.

Seorang pembalap dari Marrusia mengalami kecelakaan yang tragis.

Pada Grand Prix Jepang yang digelar di Sirkuit Suzuka, Jules kehilangan kendali atas mobil balapnya dalam kondisi lintasan sirkuit yang sangat basah sebelum kemudian bertabrakan dengan alat derek yang ada di pinggir lintasan. Ia menderita cedera aksonal difus akibat insiden tersebut. Jules selanjutnya menjalani serangkaian operasi dan mengalami koma, sampai kematiannya di tahun depan.

Kematian Jules adalah kematian pertama akibat kecelakaan dalam sebuah perlombaan Formula Satu selama 20 tahun terakhir, setelah kecelakaan fatal Ayrton Senna yang terjadi di Grand Prix San Marino.

Dengan hal seperti ini, Charles merasa tidak nyaman untuk mengikuti balapan untuk dirinya sendiri, harapannya yang Charles miliki satu persatu menghilang secara tiba-tiba. Jules adalah salah satu anggota keluarga yang spesial dari hatinya Charles - salah satu orang yang dekat dengannya.

"Charles?" Kata Carlos, saat dia duduk disebelahnya.

Charles hanya terdiam dan memikirkan kejadian itu. Beberapa menit dengan keheningan, Charles melihat ke Carlos dengan wajah kekhawatiran itu.

"Kamu pernah mikir gak sih? Setelah kejadian yang dialami dengan ayah baptis ku, aku merasa... Ada yang tidak beres."

Carlos mengangkat alisnya, dan ia menjawab, "Mengapa begitu? Perasaan di setiap balapan, kita merasa aman aja."

Charles merasa kesal saat Carlos menjawab seperti itu, ia berdiri dan tegak di depan Carlos dan menunjukkan ekspresi kemarahannya kepada pembalap Spanyol itu.

"Kamu ngerti kata aku gak sih?! Kamu harusnya juga ikut kesal dan protes kepada FIA yang tidak pernah mengurus masalah yang besar ini!" Kata Charles, dengan suara yang tinggi - ingin teriak didepan wajahnya Carlos.

Carlos juga ikut berdiri, dan ia menjawab, "Terus? Apa hubungannya dengan aku? Kamu kira ini masalah juga timpa dengan aku dan masalah keluargaku juga? Gak kan?"

Charles merasa ingin menangis, dia berusaha keras untuk menutupi kesedihannya. Tetapi, pembalap yang berasal dari Monako itu hanya terdiam. Dan, ia berlari ke arah paddock - tidak sengaja menabrak dengan Lando dan George, sementara, Alex hanya melihat Charles dengan kaget.

"M-maaf." Kata Charles, dan ia tidak melihat mereka bertiga. Charles berlari begitu saja, tentu saja, mereka bertiga merasa bingung apa yang terjadi dengan Charles.

Tetapi, mereka menemukan Carlos. Sepertinya, dia juga merasa bingung dan kesal terhadap Charles. Tiga pembalap itu berjalan dan menghadapi Carlos. Lando bertanya, "Hei, itu, si Charles kenapa? Kok kayak buru-buru gitu sih?"

Carlos hanya bisa menghela nafasnya, dan ia melihat ke arah lain.

"Biasa lah." Katanya, dengan nada yang kesal.

"Protes soal insiden itu lagi?" Lando tanya lagi.

Carlos hanya mengangguk kepalanya sebelum melihat ke mereka bertiga. Alex merasa simpati kepada Charles, dan, ia bilang kepada Carlos, "Tapi, yang Charles bilang juga benar bagiku. FIA kurang memperhatikan keamanan dalam balapan. Yang mereka selalu mikir pasti hanya uang."

Carlos melihat ke Alex, dan begitu dengan Lando dan George.

"Lah? Kocak amat nih anak." Kata Carlos.

Alex melihat ke Carlos juga, dengan ekspresi yang lumayan kaget.

"Mereka pastinya juga berusaha keras memikirkan bagaimana cara menambahkan proteksi dengan mobil-mobil kita dong, masa mereka cuma biarin kita balapan begitu aja? Agak lain."

Alex hanya bisa terdiam, tetapi, Lando merasa setuju dengan Carlos. "Yaahh... Yang kamu bilang juga benar. Mereka juga butuh duit untuk membutuhkan detail yang penting untuk sebuah mobil balap, kan?"

George tersenyum kecil dan menganggukkan kepalanya.

Alex melihat kebawah, dan, punya ide untuk menemui Charles. Ia melihat ke Carlos, Lando dan George. Alex mengatakan, "Sebentar, aku mau pergi bentar."

Alex berlari ke arah paddock lagi, dan George teriak, "Mau kemana woy?!"

Alex hanya tetap berlari, dan, ia menjawab balik dengan nada yang teriak, "Ke garasi, bentar aja!"

-

Sebuah lelaki dari Monako terduduk diam di sofa yang empuk. Dia mengeluarkan suara tangisan yang kecil, Charles tidak mau merasa malu karena dirinya menangis dalam suatu hal yang menyedihkan tetapi bagi orang lain, insiden itu adalah hal yang bakalan dilupakan oleh semua orang. Tetapi, Charles tidak pernah melupakan, dan tidak akan pernah coba.

Alex berjalan ke garasi timnya Charles, dan, Alex mendengar suara tangisan oleh dia. Alex bergegas ke ruangan itu dan membuka pintu dengan rasa kekhawatirannya.

Charles melihat ke atas, dan ia bergegas menghilangkan air mata itu dengan kedua tangannya. Charles tiba-tiba merasa malu, kemungkinan, Alex bakalan ketawa melihat dirinya hancur seperti ini.

"Kamu..."

Charles hanya terdiam, dan melihat ke arah lain.

"Kamu... Nangis, ya?"

Charles melihat ke Alex, dan ia menganggukkan kepalanya dengan ekspresi yang sedih. Sebenarnya, Charles merasa patah hati berminggu-minggu, kemungkinan saja, dia akan merasa patah hati yang ekstrim untuk bertahun-tahun. Karena, dia mikir, semua orang yang spesial akan meninggalkannya sendirian di kegelapan.

Alex menghela nafasnya, dan, ia berjalan ke arah Charles. Dan, dia duduk disebelah Charles. Ia menepuk-nepuk punggungnya dan menggosok punggungnya dengan senyuman dari wajahnya.

"Tidak apa-apa. Keluarkan saja tangisan kamu. Aku juga memikirkan yang sama kok."

Alex memeluk Charles, dan, Charles merasa hal yang ia tidak pernah merasakan sebelumnya. Rasa hangat didalamnya, membuat nangis kembali, di bahunya Alex.

Charles memegang punggungnya dengan kedua tangan. Charles tersedu-sedu lagi, dan Alex hanya bisa menghibur dia dengan caranya sendiri. Kadang, Alex juga merasa sedikit kesulitan untuk menghibur seseorang. Tetapi, dia akan coba.

"Tenang saja, Charles. Kamu akan baik-baik saja, semuanya akan baik-baik saja. Semuanya tidak akan meninggalkan kamu kok, kita semua disini untuk kamu."

Alex melihat Charles, dan ia tersenyum kecil.

"Aku janji, aku tidak akan meninggalkan kamu. Aku tidak akan membiarkan kamu di kegelapan, percayalah."

Charles mencoba senyum juga. Dan, dia menyeka air matanya, "Beneran ya? Kalian tidak pernah ninggalin aku..."

Alex menganggukkan kepalanya.

"Aku gak akan pernah ingkar janji seseorang."




~

- ★ ; to be continue.

Saat Para Korban Bernyanyi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang