Semua berakhir dengan mempersembahkan ratapan dari diriku dan Kenne kepada hamparan Samudera di hadapan kami. Dari pinggir pelabuhan dan tidak tahu bagaimana cara mencurahkan rasa duka kami kepada sosok Eradit. Eradit, tidak ada yang memperhatikannya, dan tidak ada juga yang berduka untuknya selain kami berdua. Aku menatap sedih kepada Kenne yang dengan tubuh lemahnya. Aku paham, betapa sedihnya ia mengetahui nasib kedua kakaknya itu. Aku sendiri tidak tahu lagi harus bagaimana dengan rasa bersalah ini.
Seluruh keluarga besarku yang telah dipidanakan, semua barang, aset, dan masih banyak lagi yang diambil dari keluarga ini tentu tidak ada apa-apanya dibandingkan apa yang telah dilakukan oleh keluarga tersebut kepada Eradit bersaudara. Kenne yang bertahun-tahun lamanya terisolasi di ruangan laboratorium dan dijadikan bahan percobaan, lalu perundungan dan segala ketidakadilan yang dialami oleh Eradit, dan sakit hati yang dirasakan oleh Eva, semuanya dilakukan oleh anggota keluarga Anendra yang keji. Aku sendiri tidak sudi menyematkan nama 'Anendra' pada diriku. Walaupun aku sendiri pernah menjadi korban dari rasa sakit hati Eva, aku sama sekali tidak mendendam padanya dan tidak ingin ia dipidanakan. Dan Bright, untuknya, aku mendedikasikan diriku untuk menjaga adiknya, Kenne.
Terdapat sejarah panjang sebelumnya yang pada akhirnya terungkap setelah aku menyelidikinya. Perasaan ganjil yang kudapatkan sesaat setelah kembalinya ingatanku dari pingsan, dan terbangun di depan ruangan bawah tanah mendorongku untuk menyelidikinya, dengan berbagai petunjuk seperti syal, ruang bawah tanah, 'adik', dan sosok Bright yang bertemu denganku satu bulan setelah aku keluar dari rumah sakit. Bisa dibilang, kemunculan Bright yang tiba-tiba pada saat itu dan meminta tolong padaku untuk menemukan adiknya mendorongku untuk memecahkan sejarah ini.
Aku memejamkan mataku sejenak dan bernostalgia kembali pada saat itu. Ketika aku mendengar suara yang sangat tidak asing pada mimpiku dan aku terbangun karenanya.
"Win? Kau kah itu? Adikku?"
Saat itu, aku tiba-tiba terbangun di ruangan kamar rumah sakit setelah koma selama dua bulan dan dengan tanpa ingatan apa pun, bahkan namaku. Ternyata aku telah tenggelam ke dalam lautan dari kapal sebelumnya. Itulah bagaimana kisahku bermula.
Ketika satu bulan pun berlalu, aku masih belum juga mendapatkan kembali ingatanku kecuali beberapa saja, seperti mengingat anggota keluarga ku misalnya. Saat ini, aku sedang mengayuh sepeda menuju ke sekolah. Tak diduga, sosok pemuda asing tiba-tiba berjalan di depanku dan menghentikan sepedaku. Spontan aku mengerem hingga berdecit, hampir terjatuh namun berhasil kembali menyeimbangkan diri. Setelah sesaat, aku menatapnya marah dan menuntut jawaban. Pemuda itu menggunakan kemeja hitam legam, dengan celana panjang putih, dan dia... dia tidak mengenakan alas kaki. Aku pun keheranan dan kembali memusatkan fokusku pada wajahnya.
"Apa kau ada perlu denganku?" Tanyaku.
Tampaknya ia tak menyadari kekesalan ku. Aku pun menghela napas sejenak, ku lihat ia pun mengangguk dan balik bertanya, "apa kau adalah adikku yang aku cari?"
Aku kembali dibuat heran olehnya. Pertanyaan macam apa itu? Mana mungkin ada orang yang sedang mencari seseorang yang bahkan dia sendiri tidak tahu siapa itu? Ah sudahlah, orang ini memang aneh. Aku berusaha mengingatnya, tapi aku benar-benar yakin bahwa aku hanya memiliki seorang kakak. Aku pun menggeleng dan menjawabnya, "aku bahkan tidak mengenalmu, sepertinya aku bukan adikmu. Kau pasti salah orang."
Wajah orang itu tampak tidak yakin.
"Tapi aku mengenalmu, Win. Aku pernah menangkapkan syal yang melayang untuk mu saat kita berada di kapal kemarin. Aku juga lah yang memberimu makanan dan mengeluarkan mu dari ruang bawah tanah. Apa kau benar-benar tidak ingat aku?"
Aku tertegun sejenak, apakah semua yang dia katakan memang benar? Mungkinkah aku mengenal orang ini sebelumnya? Aku yang penasaran dengan identitas orang ini pun berniat untuk bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bright
Teen Fiction[Cerpen] Mengisahkan tentang pertemuan mendadak yang dialami Win dengan pemuda asing nan menyebalkan tanpa alas kaki lalu dengan gigih membujuknya untuk membantu menyelamatkan adiknya. Namun bahkan pemuda itu sendiri tidak tahu yang mana adiknya. Pe...