Pain

665 44 12
                                    


Chapter ini lumayan panjang.
Cekidot!

Ternyata menggantikan tugas Mary tidak lah mudah di tambah dengan kondisi tubuhnya yang sedang tidak baik-baik saja.

Dan tentu saja banyak pertanyaan yang bersarang di kepalanya tentang kemana Mary? Ada kepentingan apa hingga dia bisa begitu berani meninggalkan tuannya yang sedang sakit, juga melimpahkan semuanya padanya?

Binara menghapus beberapa bulir keringat di dahi. Rasanya lebih lelah dari biasanya oh tentu saja tugas pelayan biasanya tidak seberat tugas si kepala pelayan.

Setelah di rasa melakukan semua tugas yang Mary lakukan, yang dimana juga jam sudah menunjukan pukul 23.12 Binara memilih mengakhiri segala kegiatannya. Kebetulan hanya tinggal tersisa dirinya di tepi kolam setelah selesai mengurasnya.

Tak ingin berlama-lama dengan rasa lelah dan tubuh lengket penuh berkeringat, Binara menuju kamarnya untuk mandi. Dan itu hampir 20 menit lamanya Binara mengabiskan waktu di kamar mandi.

Keluar dari kamar mandi dengan pakaian santainya dan rambut basah. Setika pandangannya berhenti pada buku merah yang dia simpan di atas nakas. Buku random yang tidak sengaja dia lihat isiannya, Binara lupa mengembalikannya ke perpustakaan.

Lantas menunda waktu istirahatnya untuk kembali keluar kamar dan menuju lantai 3 di mana perpustakaan berada. Dengan menggunakan lift Binara sampai juga di perpustakaan rumah mewah tersebut.

Lampu yang di gunakan di ruangan ini tidak begitu terang namun juga tidak begitu redup. Namun cukup membuat Binara was was. Dengan cepat Binara berjalan ke arah pojok ruang dimana dia terjatuh.

Setelah menyelesaikan tugasnya Binara berbalik arah hendak akan berlari kecil, namun suara benda jatuh membuat tubuhnya membeku.

Bug!

Yang sebenarnya Binara bukan perempuan penakut tapi siapa yang tidak takut jika tengah berada di posisi Binara sekarang?

Binara menoleh kebelakang dan tidak menemukan apapun di sana. Bahkan buku atau barang jatuh pun tidak. Lantas? Mustahil jika di rumah sebesar ini tidak ada hantu.

Dengan berani Binara berbalik ke tempat semula, dan kali ini indera pendengarnya bukan lagi mendengar suara barang jatuh melainkan suara benda yang di seret?

Benda yang begitu berat hingga membuat seretan itu terasa menyulitkan. Namun suaranya tidak berasal dari ruangan ini. Tidak berasal dari perpustakaan melainkan dari luar.

Karena tepat di ujung lemari atau lebih tepatnya di pojok ruang paling belakang ada jendela yang tertutup gorden transparan.

Dug!

Rasa penasaran dan takut menjadi satu membuat Binara kesulitan mengambil langkah, antara maju ke depan pada jendela itu atau memilih memutar tubuhnya dan berlari kemudian tertidur?

Seketika perkataan Mary berhasil Binara ingat. "Tetaplah menjadi gadis lugu dan naif jika kau masih menyayangi nyawa mu"

Namun di sinilah Binara sekarang di depan jendela perpustakaan yang langsung menghadap pada taman belakang rumah di lantai 2.

Sret!

Tubuhnya sedikit tersentak saat suara seretan yang bersamaan dengan suara langkah kaki kembali di dengar. Kali ini lebih jelas. Tidak ingin di hantui rasa penasaran dengan tangan bergetar Binara menyikap gorden putih itu.

Lantas matanya melotot dan membekap mulutnya sendiri dengan cepat, saat Binara hampir saja kelepasan untuk menjerit. Karena baginya itu pemandangan kedua paling mengerikan selama 18 tahun hidupnya. Ke satu tentu saja melihat mayat kedua orang tuanya yang hangus terbakar.

Dès Fautès [Chanbaek GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang