01.

27 3 0
                                    

Menyendiri adalah pilihan terbaik ketika kita ingin menenangkan pikiran yang tidak bisa dikendalikan oleh raga.

- Kalea Jenira -

* * *


Seorang gadis berumur tujuh belas tahun sedang melamun di kamarnya, keadaannya seperti telah menanggung banyak beban yang dia terima. Perlahan gadis itu berjalan ke arah lemari, memilih hoodie yang akan dipakainya untuk mencoba menyegarkan suasana hatinya.

Gadis itu membuka kenop pintu, berjalan keluar rumah dan menikmati suasana malam hari di pinggir trotoar, banyak kendaraan berlalu-lalang meramaikan suasana jalanan.

Karena rumahnya 'lumayan' dekat dengan mall, Kalea ingin mencoba memainkan beberapa permain di dalamnya.

Setelah sampai di mall, Kalea menaiki lift ke lantai dua, banyak orang berlalu-lalang disana. Gadis itu menengok ke kanan-kiri dan menemukan tempatnya, disana lumayan ramai dan rata rata hanya di isi oleh para remaja seumurannya.

Kalea berjalan ke arah tempat untuk membeli kartu yang akan di isi saldonya, mengantri dengan sabar karena banyak remaja yang seumuran dengannya mendatangi tempat itu, kebanyakan membawa kekasihnya atau dengan teman-temannya.

Setelah selesai mendapatkan kartunya, Kalea berjalan ke arah arcade basketball, permainan itu hanya ada dua disana, Kalea melihat seorang cowok tinggi yang sedang memainkan itu juga, satunya kosong. Ini kesempatan baginya!

Kalea menggeser kartu itu yang berada di bawah lututnya. Langsung mengambil bola basketnya dan memainkan game itu. Cowok di sebelahnya menatap ke samping kanan, melihat Kalea yang tengah berusaha mengejar goal cowok disampingnya yang sudah mencapai ratusan goal.

Cowok itu tersenyum, merasa tertarik dengan gadis disampingnya.

"Lo mau nandingin gue ceritanya?" Suara berat yang keluar dari mulut cowok itu membuat Kalea mendongak ke samping kiri, badannya hanya setinggi pundak cowok itu.

"Kalo iya, kenapa?" Kalea menjawab sambil terus memasuki bola basket, cowok itu hanya memperhatikan Kalea lamat-lamat.

Cowok itu terkekeh, melihat goal miliknya yang beberapa angka lagi sudah mencapai batas maksimal dan melihat angka disebelahnya yang masih lumayan jauh.

"Lo ga akan bisa. Gue udah menang" dengan santai cowok itu berkata, mencetak tiga goal dan berhasil mencapai batas maksimal. Cowok itu terkekeh lagi, Kalea masih tertinggal sepuluh goal lagi dan dirinya menyerah, memencet tombol merah dan memasang wajah malas.

Beberapa kertas kecil keluar dari mesin basketball itu, tiketnya keluar secara bersamaan. Kalea mencabutnya dengan kasar dan meninggalkan cowok disebelahnya, ingin mencoba permainan lain.

Namun saat dirinya menggeser kartu untuk bermain shoot the zombie, cowok itu melakukan hal yang sama dan tersenyum menantang ke arah Kalea.

"Kali ini lo tanding sama gue, kalo gue menang, tiket punya lo kasih ke gue dan sebaliknya. Gimana?"

Kalea merasa ini akan menarik, "Tapi tiket gue baru dikit" ucap Kalea.

"Gue ga peduli mau tiket lo dikit atau banyak, intinya siapa yang kalah harus ngasih tiket ke yang menang." Tutur cowok itu.

Kalea mengangguk, "Siapa takut" ucapnya penuh percaya diri, gadis itu mengambil pistol air yang telah disediakan dan memasang pose menembak, seolah-olah dirinya benar-benar menembak para zombi dengan pistol betulan.

Kalea lebih unggul, dirinya sudah menembak dua puluh zombie sedangkan cowok disebelahnya enam belas, karena game ini mempunyai timer, beberapa detik lagi akan selesai.

Nice to Meet YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang